Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

XLII. Akan Kucoba

Chanyeol mendengarkan hasil rekaman Emlyn melalui earphone yang menggantung di telinganya. Sudah sejak satu jam lalu, hanya suara itu yang mengalun di telinganya, tidak ada lagu lain. Mendengar suara Emlyn berhasil meredakan sedikit rasa rindunya. Jujur saja, ia merasa bersalah karena menarik diri dari jangkauan Emlyn, tapi ia juga tidak tega menyeret perempuan itu lebih jauh lagi dalam kebencian orang banyak.

Dunia yang dia tinggal sekarang bukanlah dunia yang dipenuhi dengan energi positif. Banyak hal-hal yang harus berani dilawan atau diabaikan agar ia bisa hidup dengan baik. Beruntung, teman-temannya memahami alasan ia menjauh dari Emlyn. Mungkin, jika mereka berada di posisi Chanyeol juga akan mengambil langkah yang sama. Banyak cara untuk mencintai, termasuk menarik diri dengan tujuan melindungi sang pujaan hati.

"Hyung masih mendengarkannya?" Sehun yang baru datang dengan dua cup kopi di tangannya, duduk tepat di depan Chanyeol.

Tadinya mereka baru selesai latihan vokal bersama, kebetulan memang hanya Chanyeol dan Sehun. Sementara member lainnya memiliki kegiatan yang berbeda, ada yang latihan menari, ada juga yang sedang berkegiatan di luar agensi. Album yang akan rilis dalam beberapa waktu ke depan sudah rampung, tapi mereka harus tetap latihan untuk promosi. Rampungnya album bukan pertanda mereka bisa duduk santai tanpa beban. Malah inilah tekanan berikutnya, mereka harus gencar promosi dan menampilkan yang terbaik untuk para penggemar. Ya, tujuan mereka hanya para penggemar. Sebab bagi mereka, penggemar adalah bagian dari diri mereka sendiri.

"Aku tidak menyangka ternyata dia memiliki suara semerdu ini," ungkap Chanyeol tanpa mengalihkan pandangannya menghadap Sehun. "Waktu itu aku mendengar suaranya setiap hari, ada nada marah, senang, malu, bahkan tangis. Semua sangat cepat berlalu. Ketika itu aku sangat senang sampai aku lupa ia bukan warga negara kita, bahwa ia akan pulang kembali ke negaranya. Mau menahan juga, aku ini siapa?" Chanyeol mengutarakan isi hatinya pada Sehun dengan pikiran yang melayang pada masa-masa dirinya dan Emlyn hidup bersama.

"Jatuh cinta itu berat, ya?" tanya Sehun seraya menyeruput kopi miliknya.

"Kalau belum siap, lebih baik jangan." Suara yang terdengar bukanlah milik Chanyeol, melainkan milik seorang lain yang baru datang dengan jaket yang tersampir di bahunya. Wajahnya terlihat lelah dan sedikit berpeluh.

"Baekhyun hyung, bukankah tadi bilang tidak bisa datang? Urusanmu sudah selesai?" sapa Sehun sambil menyerahkan kopi milik Chanyeol pada Baekhyun yang baru datang.

Baekhyun mengedikkan bahu sebagai jawaban untuk pertanyaan Sehun. Ia tadi memang harus bertemu salah seorang teman untuk membicarakan bisnis pakaian yang sedang dikelolanya, tapi entah ada halangan apa, orang tersebut tidak datang dan ia berakhir di ruangan ini melihat sahabatnya masih merenungi nasib.

"Kenapa kamu harus melamun seperti laki-laki bodoh? Kamu bisa menghubunginya jika memang sangat merindukannya. Kamu membuatku kesal dengan berdiam diri seperti ini. Kupikir kamu menyerah dengan makna sebenarnya, tapi ternyata kamu menyerah untuk menyakiti diri sendiri," omel Baekhyun.

Sebagai teman, mereka awalnya sudah menyetujui keputusan Chanyeol menyerah karena lelaki itu beralasan bahwa itu akan menyusahkan Emlyn dan ia tidak mau itu terjadi. Akan tetapi, kenyataannya kini pilihan itu malah menyulitkan dirinya sendiri. Selama ini mereka menuruti kemauan Chanyeol jika ingin mendengar suara Emlyn via telepon, tapi sepertinya Baekhyun sudah di ambang kekesalan.

"Aku tidak bermaksud menyudutkanmu. Tapi, apa kamu tahu bagaimana sakitnya ketika kita harus merelakan seseorang yang benar-benar kita sayang? Terlebih, jika orang itu juga memiliki perasaan yang sama terhadap kita. Bohong kalau misal Emlyn tidak memiliki perasaan terhadapmu. Jelas terbaca dari gelagat dan cara dia mengkhawatikan keadaanmu kala itu. Jelas terlihat bagaimana ekspresinya ketika bisa menghabiskan waktu denganmu. Kamu pikir itu normal karena dia seorang penggemar? Bukan! Itu karena dia seorang pencinta.

"Ayolah, jangan menipu diri kalian berdua hanya karena rintangan yang belum kalian lalui tapi sudah dianggap tak bisa dijalani. Mana Chanyeol yang suka dengan tantangan? Mana Chanyeol yang menggebu-gebu ketika tahu ada ombak besar di depan mata tapi siap melewatinya? Kamu tahu kamu bisa, tapi kamu menjadi lemah karena kekhawatiran yang belum ada pastinya. Itu bukan Chanyeol!"

Kata-kata tegas yang diucapkan oleh Baekhyun disetujui anggukan Sehun, sementara Chanyeol masih saja termenung meresapi kata demi kata. Memang, dalam hal percintaan tidak ada yang berani terlalu ikut campur, tapi ini sudah sangat melelahkan. Bukan hanya untuk mereka yang menjalani, tapi juga bagi mereka yang melihat.

"Aku tidak bermaksud memaksamu untuk harus 'iya' dengan Emlyn. Tapi, coba kamu lihat lagi, siapa yang tersakiti dari cara ini? Kalian berdua! Bukan hanya kamu atau dia. Kalian tidak mau mencoba berjuang untuk sesuatu yang kalian inginkan. Kalian sangat egois," pungkas Baekhyun.

Kalimat terakhir memaksa Chanyeol menatap intens pada Baekhyun. "Kami egois? Kamu tahu apa yang harus kami lewati jika ingin bersama? Oke, untuk masalah negara bisa diatasi walau harus mengurus berapa banyak berkas dan perbincangan berat tentang siapa yang akan tinggal di negara siapa. Apa aku bisa tinggal di sana sementara semua kerjaanku di sini? Apa dia bisa meninggalkan negaranya dan pekerjaannya beralih ke negara ini sementara dia tidak mengerti sastra Korea? Hal paling besar yang harus kami pecahkan, agama. Mana bisa aku dan dia bersatu sementara kami berbeda, Baek. Tidak mungkin dia keluar dari agamanya demi aku, begitu pun denganku. Itu tidak mungkin. Jadi, jelas, hubungan kami tidak mungkin."

Chanyeol meluapkan emosinya saat menyampaikan hal apa yang selama ini membebaninya. Tidak berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh Emlyn. Agama. Itulah hal yang membuat keduanya memilih mundur dan menahan hati untuk bertingkah seolah tidak ada apa-apa dalam hati mereka.

Chanyeol mengerti alasan Baekhyun memintanya untuk maju jika memang benar-benar mencintai. Baekhyun memiliki trauma tersendiri terkait hal ini. Ia menyesal telah merelakan seorang perempuan di masa lalu, padahal mereka masih saling mencintai. Chanyeol mengerti Baekhyun tidak ingin dirinya merasakan penyesalan yang sama. Namun, bukankah situasi mereka sekarang berbeda?

Baekhyun mengatur napas terlebih dahulu. Ia meredakan emosi sebelum lanjut berbicara. "Aku melihatnya bersama seorang laki-laki. Aku tidak tahu laki-laki itu siapa. Hari itu kami melakukan panggilan video untuk membicarakan beberapa hal terkait teknik vokal, dan laki-laki itu menyapanya dengan sangat ramah. Dia juga tampan. Emlyn tidak membahas tentang lelaki itu dan aku pun tidak menanyakannya. Aku tidak memberitahumu karena aku pikir kamu benar-benar menyerah. Tapi, melihatmu seperti ini, kurasa aku harus memberitahumu. Jangan sampai kamu menyesal. Segala permasalahan akan ada jalan keluarnya. Kalian tidak akan pernah tahu jika tidak mencoba. Sekalipun jalan keluarnya itu sebuah kepahitan, bukankah itu lebih baik karena kalian telah mencoba? Dibanding kalian menyerah hanya karena terkaan yang tidak jelas."

Chanyeol dan Sehun tertegun mendengar pernyataan Baekhyun mengenai laki-laki lain itu. Perasaan Chanyeol menjadi tidak karuan. Matanya memerah, antara kesal dengan diri sendiri juga karena tersakiti oleh hal yang tidak pasti.

"Aku... akan mencoba memperjuangkannya."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro