LXXVIII. Godaan Manis
Laman media sosial penuh dengan berita menggemparkan dari Chanyeol XO. Kabar darinya mematahkan hati sebagian penggemar tapi banyak pula yang memberi dukungan.
Emlyn menggulirkan layar ponsel berulang kali untuk memastikan apa yang tertulis di sana.
Hai, saya Kim Chanyeol.
Maaf, jika saya harus kembali menulis surat seperti sebelumnya. Saya kira ini sudah waktunya untuk menyampaikan agar tidak adanya kesalahpahaman lebih lanjut dengan berita-berita yang beredar. Terkait kepindahanku itu memang benar adanya. Tidak ada sangkut paut dengan siapapun. Itu keputusanku setelah berpikir panjang. Banyak waktu yang aku habiskan untuk menetapkan pilihan itu.
Lalu, saya juga akan hidup bersama seseorang (yang saya harap untuk selamanya). Kami telah memutuskannya bersama keluarga besar. Pihak agensi pun sudah mengetahuinya. Saya harap kalian memberikan restu dan mendoakan yang terbaik untuk semuanya. Saya akan terus beraktivitas dalam grup dan akan lebih giat lagi bekerja keras ke depannya.
Terima kasih karena selalu di sisi saya sampai sekarang.
Emlyn hampir saja menitikkan air mata saat membaca pesan tersebut. hal yang selama ini dipertanyakan oleh orang-orang sekitar, kini terjawab sudah. Ya, tidak ada salahnya kita menunggu orang lain memilih waktunya sendiri dalam mengungkapkan hal paling penting. Ini hanya soal waktu dan kesabaran. Tidak akan ada yang percuma.
Ponsel Emlyn berdering sedikit mengejutkannya. Ia menerima panggilan tersebut dengan degup jantung yang belum sepenuhnya normal.
"Maaf, aku terlalu lama melakukannya, kan?" ucap suara berat dari seberang sana.
Sudah. Air mata Emlyn menitik sudah di pipi. Ia terharu dengan cara Chanyeol yang menurutnya sangat manis.
"Ada beberapa hal yang sedikit bertentangan dengan agensi, sehingga aku harus meluruskannya. Tidak mudah meyakinkan mereka dengan apa yang sedang aku lakukan sekarang. Beruntung aku memiliki member yang selalu mendukung dan turut membantu. Beruntung pula aku mempunyaimu yang setia mendengar cerita anehku padahal itu hanya untuk pengalih saja," ujar Chanyeol dengan tawa garing di seberang sana. Terdengar ia merasa bersalah karena tidak melakukan ini lebih awal.
"Terima kasih, kamu sudah melakukannya." Kalimat itulah yang dipilih Emlyn untuk menjawab Chanyeol. "Kamu bisa saja membagi bebanmu denganku tanpa harus menanggungnya sendiri. Apa kamu akan terus demikian sampai kemudian hari? Lalu, aku hanya menjadi pendengar atas kisah-kisah seru tanpa membantumu dalam masalah?"
"Aku tidak bermaksud begitu. Kita baru saja memperbaiki hubungan ini, jika aku langsung menghadapimu dengan permasalah pelik di sini, aku khawatir kamu akan kesulitan dan merasa bersalah di sana dan kembali memilih mundur. Kamu tahu betapa traumanya aku dengan kepergianmu saat lalu hanya karena kamu tidak percaya takdir?"
Emlyn terpaku mendengar Chanyeol memilih itu sebagai alasannya. Emlyn yang kurang percaya diri dan memilih menyerah sebelum mencoba nyatanya telah membuat Chanyeol waswas.
Sembari menelengkan kepala dan menggaruk tengkuk, Emlyn menyahut, "Manusia bisa berubah. Kamu saja sekarang sudah berubah dari satu sisi, jadi tidak ada alasan lagi untuk aku tidak melanjutkan perjuangan ini. terlebih ini bukan hanya menyangkut kita berdua, melainkan dua keluarga. Kalau pun aku harus memilih mundur lagi secara tiba-tiba, yang alasannya entah apa, aku pasti memikirkan dampaknya pada keluarga kita." Emlyn berusaha serasional mungkin dalam menimpali Chanyeol.
"Jadi, kamu dulu tidak memikirkan dampaknya padaku?" serang Chanyeol balik.
"B-bukan begitu," Emlyn menyambar bantahan. Tidak berselang lama intonasi Emlyn menurun. "Aku memikirkan kita, perbedaan kita, tapi mungkin lebih pada ketakutan rasa sakitku sendiri." Kini Emlyn sedang memilin ujung kemeja dengan wajah menunduk.
Nita dan Ethan yang sedari tadi duduk di depannya tidak tahu alasan di balik tingkah Emlyn. Walau tentu mereka penasaran dengan berbincangan tersebut.
"Kamu tidak memikirkan rasa sakitku?" lanjut Chanyeol.
"Tapi akan lebih sakit kalau dipaksa, kan? Kenapa kamu harus memanjangkan perkara yang sudah selesai?" intonasi Emlyn kembali tinggi karena kekesalannya dengan ungkitan Chanyeol terhadap masa lalu mereka.
Chanyeol di seberang sana menahan tawa. Ia tahu Emlyn akan bereaksi demikian, karena egonya yang tinggi. "Nyatanya sekarang tidak dipaksakan tapi berjalan tanpa rasa sakit, kan?"
Mata Emlyn menyipit. Jelas Chanyeol tidak akan melihat ekspresi ini, tapi gurat wajahnya secara spontan demikian. "Kamu sedang menertawakan keputusanku yang lalu? Seakan kamu berkata, aku mengalahkanmu dengan cara yang tak tertandingi."
Tawa Chanyeol pecah di seberang sana setelah tertahan sekian waktu. "Kamu pintar sekali. Pasti sekarang wajahmu cemberut dan kesal karena caraku. Itu lucu sekali. Andai aku ada di sana, aku akan tertawa lebih keras dari ini."
"Puas sekali tawamu itu, Tuan," sindir Emlyn yang semakin kesal.
Chanyeol berdeham, menghentikan tawanya yang masih saja menggelitik perut. "Besok malam aku akan terbang ke Indonesia."
"Untuk apa?" tanya Emlyn singkat.
"Mengurus pernikahan kita, apa lagi?"
"Tidak bisa diurus jarak jauh saja?"
"Hubungan jarak jauh saja kita selama ini sudah kesulitan, apalagi jika harus mengurus persiapan itu jarak jauh. Bisa-bisa mood kamu seperti singa setiap harinya."
"Ah, kamu mengesalkan sekali hari ini. Haruskah kuputuskan saja panggilan ini?" ancam Emlyn.
"Utututuuuu, penggemar spesialku sedang ngambek sekarang. Haruskah aku terbang sekarang ke sana dan menyuguhkan wajah tampanku ini ke hadapanmu biar kamu bisa kembali senyum?" tawar Chanyeol membuat Emlyn mengulum senyum. "Aku yakin kamu sedang tersenyum sekarang."
Emlyn gemas sendiri dengan Chanyeol. Andai ada di sampingnya sepertinya ingin dikunyel-kunyel wajah tampannya itu. Chanyeol tahu sekali kelemahannya. Wajah tampan.
Keduanya tidak lagi melanjutkan perbincangan karena Chanyeol harus melanjutkan pekerjaan. Terdengar suara Suho tadi memanggilnya dari kejauhan. Ia bahkan tidak tahu sedang berada di mana mereka, tidak sempat menanyakan itu karena terlanjur mendebatkan hal sepele.
Dulu, Emlyn sering aneh melihat Nita bertengkar tidak penting dengan kekasihnya. Sedikit-sedikit kekasihnya merajuk dan Nita harus membujuk. Kini, setelah memiliki hubungan dengan lawan jenis, Emlyn tahu alasannya. Perasaan yang bercampur aduk, pikiran yang tak terkendali, kerap kali menjadi alasan untuk beradu argumen. Entah Chanyeol yang sudah mulai memahami tingkat emosinya, sehingga bisa dibawa santai, atau memang begitulah cara Chanyeol menghadapinya. Jika diingat-ingat, dulu Chanyeol lah yang lebih sensitif antar keduanya, mengapa kini menjadi terbalik?
"Em, jadi berita yang seliweran di media sosial itu kamu?" Perempuan dari bagian editing yang tadi sempat berbincang dengan Emlyn kini kembali hanya untuk mengonfirmasi ulang setelah melihat berita yang beredar. Ekspresi kaget tidak tertutupi sama sekali di wajahnya.
Emlyn tersenyum tipis dan mengangguk kecil. "Nggak ada yang nggak mungkin kan?" tanggapnya.
Perempuan itu mengerjapkan mata beberapa kali dan membalikkan badan. Ia benar-benar datang untuk mengonfirmasi langsung. ia melanjutkan langkah seperti orang linglung yang salah berbicara pada lawan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro