Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

LXXIV. Restu?

Emlyn terdiam sepanjang perjalanan pulang. Ia tidak mengucap sepatah kata pun pada Harry yang mengemudi. Isi pikirannya mengulang-ulang pernyataan Chanyeol. Karena pernyataan itu pula, Emlyn menjadi semakin bertanya-tanya, tempat seperti apa yang dikunjunginya tadi? Chanyeol memutuskan hal besar tersebut setelah empat bulan tinggal di sana? Hanya berdasarkan ketenangan jiwanya? Sungguhkah? Sesederhana itu?

Masih terasa kurang logis jika keputusan Chanyeol berdasarkan apa yang dirasakannya selama tinggal di sana. Hampir tiga puluh tahun Chanyeol mengimani keyakinan yang dianutnya. Tahun-tahun itu bisa dikalahkan dengan empat bulan? Emlyn belum jua menemukan titik temu.

"Sejauh apa pun kamu memikirkan sebuah jawaban dari ribuan pertanyaan, nggak akan kamu dapatkan seperti yang kamu butuhkan. Ada hal-hal yang terjadi di luar kendali kita. Entah itu karena memang dorongan hati, atau bisa jadi memang sudah waktunya," ujar Harry menjawab kegelisahan Emlyn.

Emlyn menatap lamat-lamat wajah Harry. Begitu tenang, dan tersenyum saat sesekali melirik ke arahnya.

"Papa mengetahui hal ini sejak awal? Menyembunyikannya dariku?" tuding Emlyn sekenanya.

Tertawa. Itulah yang respons Harry. Ia mengusap ubun putrinya hingga hiijab yang dikenakan sedikit bergeser.

"Bukan bermain rahasia, tapi kamu yang selama ini menarik diri. Kalau misalnya kamu nggak bersikap seolah Chanyeol udah bukan apa-apa, pasti Papa akan berbagi denganmu. Kalau malam itu kamu nggak mengambil keputusan sepihak, kamu mungkin akan dengar langsung dari mulutnya tentang pilihan yang akan diambil."

Emlyn tidak menyahut. Ia berdiam diri sebagai bentuk mengakui kesalahan atas egoisnya memutuskan segala hal secara sepihak. Ia yang tidak memberikan kesempatan pada Chanyeol untuk mengatakan sepatah kata pun malam itu. Jika dipikir-pikir lagi, siapalah dirinya yang seenaknya berbuat demikian pada lelaki yang penggemarnya tersebar di seluruh dunia? Andai ada penggemar lain yang tahu ini, sepertinya komentar hujatan akan menumpuk di akunnya.

Banyak perempuan yang mengidolakan Chanyeol; mengelu-elukannya setiap hari, mengirimkan semangat dalam bentu pesan, mengirimkan surat, memuji talentanya yang tidak sedikit. Sementara Emlyn yang diberikan kesempatan untuk dekat dengan Chanyeol malah mempermainkannya? Iyakah? Begitukah? Padahal dulu Emlyn yang jingkrak-jingkrak salto saat tahu ada kesempatan itu untuknya.

"Perbedaan agama akan selalu menjadi permasalahan. Baik dulu, kini, maupun ke depan. Selalu ada perdebatan, dari kalian pribadi, keluarga, lingkungan lain. Itu adalah hal besar karena menyangkut keyakinan, karenanya nggak perlu berharap banyak. Nggak banyak dari mereka yang berhasil menuju pernikahan. Kandas di tengah jalan. Termasuk yang sudah menikah, ada pula yang harus saling balik arah.

"Karena itu, kalau pun pilihan Chanyeol saat ini udah di atas delapan puluh persen, dia masih memiliki sisa dua puluh persen untuk berbalik arah. Saat itulah putusan yang sebenarnya. Saat itulah semestinya kamu siap. Bukan saat dulu, sebelum kamu mendengar apa yang ingin dilakukannya. Papa nggak minta kamu untuk membuka lagi harapan itu, toh Papa rasa kamu masih juga memiliki rasa itu untuknya. Papa ingin, coba kamu lihat hal baiknya," tutur Harry tanpa emosi yang menggebu-gebu. Inilah yang membuat Emlyn nyaman bercerita dengan Harry. Ia lebih tenang dibanding Danita, lebih bisa memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain tanpa menghakimi satu kemungkinan. Ya, sifat Danita menurun pada Emlyn sebenarnya.

Emlyn tidak berniat membantah, membela diri, atau apapun itu namanya. Ia ingin mengambil waktu sejenak untuk mencerna apa yang benar-benar terjadi kini, dan langkah mana yang harus diikuti. Jangan sampai dia menyesal kedua kali.

***

"Kamu yakin dengan pilihanmu?" Mama Park memperhatikan putra semata wayangnya dari layar ponsel dengan tatapan sendu.

Chanyeol tersenyum simpul. Ini keputusan berat. Ia sudah sempat membicarakan hal ini sebelumnya. Mama Park menentang, bahkan Yoora mengatakan Mama Park mogok makan selama seminggu karena mendengar keputusannya.

"Aku melakukan ini bukan karena Emlyn, Ma. Kuakui, awalnya niatku benar begitu. Demi bisa bersama Emlyn aku ingin melakukan apa pun. Tapi semua itu berubah sejak aku tinggal di tempat ini, Ma. Sekalipun, nanti Emlyn tidak bersamaku, aku akan tetap memilih jalan ini. Ketenangan yang aku dapatkan berbeda.

"Aku memperoleh nilai-nilai baru yang selama ini terlewati. Aku lebih bisa mengatur jiwaku dibanding sebelumnya. Aku kurang bisa menjelaskan detailnya seperti apa, tapi aku menemukan sesuatu yang baik untuk jiwaku, Ma." Chanyeol berupaya meyakinkan Mama Park yang masih belum ikhlas dengan kepindahannya.

"Kamu akan meninggalkan kami?" Yoora yang duduk di samping Mama Park pun turut bertanya.

"Mana bisa aku meninggalkan kalian. Kalian keluargaku. Kalian tetap milikku seumur hidup. Walau nanti kita berbeda, aku akan tetap menjadi keluarga Kim yang sama. Aku masih memiliki darah yang sama dengan kalian, Kak," sahut Chanyeol yang ingin sekali memeluk kakaknya sekarang. Perempuan itu sudah semakin chubby. Sebentar lagi ia akan melahirkan bayi mungil ke dunia ini.

Mama Park hanya bisa mengulas senyum atas keputusan anaknya. Walau bagaimana pun, putranya sudah cukup dewasa untuk mengambil pilihan mengenai masa depan. Siapa yang tidak berat hati ketika harus berbeda keyakinan dengan anak sendiri? Tapi, bukankah setiap insan punya kesempatan untuk menentukan jalan yang diinginkan? Seperti apapun pihak keluarga menentang, jika pilihan itu sudah bulat, maka ikuti sajalah. Memberi dukungan lebih baik dibanding harus menahannya pada sesuatu yang ingin ditinggalkan.

"Kamu akan melakukannya di sana?" tanya Papa Kim memastikan.

Chanyeol mengangguk pelan. "Kalian akan membersamaiku?"

"Tentu. Kami akan mengantarkanmu pada hidup yang baru."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro