Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

LXIII. Batal

 Yoora semalam menginap di rumah orang tuanya. Ia sudah menyiapkan rencana keberangkatannya ke Bali bersama suami dan adiknya, Chanyeol. Chanyeol padahal sudah mengatakan bahwa ia tidak akan bisa ikut dengan keduanya karena ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan, tapi Yoora bersikeras adiknya yang tampan itu harus ikut dengan mereka. Alasannya sederhana, bertemu Emlyn.

Namun, siang ini segala semangat itu hilang begitu mendengar pesan yang disampaikan oleh Chanyeol. Wajahnya tertunduk lemas dan tatapannya tak lagi berbinar.

Batal.

Mereka batal ke Bali.

"Aku padahal sangat ingin ke sana. Bisa berlibur dan bertemu adik iparku yang manis," lirih Yoora tak bertenaga.

"Dia belum menjadi adik iparmu, Kak," bantah Chanyeol seketika.

"Belum, tapi akan," sahut Yoora cepat seraya mengangkat kepalanya dan melotot ke arah sang adik.

Chanyeol tidak menyahut untuk bantahan selanjutnya. Ia pun dikejutkan oleh kabar itu sebenarnya. Setelah semalam ia mencari cara untuk bisa terbang ke Bali selama dua hari saja, siang tadi Emlyn menghubunginya mengatakan bahwa keberangkatannya diundur.

"Kenapa diundur?" tanyanya dengan mata yang masih mengantuk. Ia nyaris tidak tidur semalaman.

"Salah satu pemeran yang semestinya ada di awal syuting masuk rumah sakit pagi tadi karena diare dan harus dirawat. Akhirnya PH memutuskan untuk merubah jadwal. Besok siang kami akan ke Singapura terlebih dahulu, dan dari sana kami akan terbang ke Bali," jelas Emlyn secara singkat.

"Singapura? Kamu pasti akan sangat kelelahan dalam perjalanan kali ini," respons Chanyeol lesu. Walau Emlyn tidak tahu seperti apa wajah Chanyeol sekarang, tapi ingin rasanya Emlyn menyubit pipi lelaki itu.

"Aku pernah melakukan penerbangan ke Korea yang menghabiskan waktu sekitar tujuh jam. Apalah ini yang tidak sampai dua jam. Hanya satu kedipan mata," jawab Emlyn enteng.

"Bukan itu yang kumaksud. Kamu akan berkegiatan di sana, bukan berlibur seperti saat ke sini. Bagaimana jika nanti kamu tersesat lagi di Singapura, lalu bertemu lelaki aneh?" Chanyeol dengan waswas menyampaikan perasaan cemasnya.

"Seperti aku bertemu denganmu dan Baekhyun Oppa dulu? Kemudian aku menghabiskan hari-hariku dengannya?" lanjut Emlyn menebak. Ia tertawa ringan sebelum melanjutkan, "Ayolah, keberuntungan yang sama tidak terjadi dua kali dalam hidup."

Chanyeol yang sudah duduk bersila di ranjang dengan rambut yang masih kusut, menggesek-gesekkan kakinya seperti bocah yang merengek. "Terserah terserah. Kamu harus selalu didampingi oleh temanmu. Aku tidak ingin mendengar kabar bahwa kamu tersesat dan ditemukan oleh orang asing."

Emlyn kembali tertawa renyah di seberang sana. "Kamu mengkhawatirkanku?" godanya.

"Jika kamu menghilang, aku pastikan untuk menemukanmu," balas Chanyeol dengan mantap.

***

"Kamu yakin kali ini aman? Nggak akan tersesat seperti sebelumnya? Kenapa baru ada kabar sekarang kamu akan ke Singapura?" omel Danita ketika putri sulungnya menyampaikan harus pergi ke luar negeri lagi dengan para kru.

Emlyn awalnya kesulitan untuk mengatakan hal tersebut, karena ia berpikir akan susah mendapatkan izin. Diketahui mamanya pasti masih trauma saat ia tersesat di Korea kala itu dan malah membuat wajahnya beredar di mana-mana karena tersandung skandal dengan idola dunia. Akan tetapi, ini menyangkut pekerjaan, ia berani meyakinkan diri tidak akan tersesat kedua kali.

"Kalau kamu nggak ikut, gimana? Syuting akan tetap berjalan, kan? Kamu ikutnya yang ke Bali aja nanti. Ini jangan. Ya?" danita mulai membujuk anaknya. Walau bagaimanapun ia seorang Ibu, hatinya cemas jika kejadian itu terulang lagi. bagaimana nanti ia harus menghadapi hari kalau anaknya hilang kedua kali. Sudah cukup ia merasakan frustrasi berkepanjangan kalau Emlyn hilang di Korea sampai tak bisa dihubungi. Jangan sampai ia kehilangan Emlyn dan berujung tak kembali. Huft, na'udzubillah.

"Em, benar apa kata Mamamu. Kamu itu bukan anak yang gampang ingat jalan. ya, kamu pernah ke Singapura. Tapi, apa nanti kalian akan ke tempat yang sama seperti kita liburan keluarga dulu? Terus, gimana kalau misalnya nanti kamu terpaksa harus pergi ke suatu tempat sendiri karena suatu hal? Kamu itu agak ceroboh, susah dipercaya kalau bepergian jauh seperti ini," tambah Harry yang sama cemasnya dengan Danita.

Emlyn menghela napas panjang. Hatinya sangat bersyukur memiliki orang tua yang peduli dan mengkhawatirkannya. Namun, pikirannya terus mencari cara agar ia bisa profesional dalam bekerja tanpa harus terhalang akan kekurangannya yang satu itu.

"Aku bawa Aqmar!" ucapnya tiba-tiba membuat si pemilik nama tersedak saat mengunyah mie goreng yang tadi dibuatnya.

"Aqmar anak yang cerdas, mudah mengingat, dan sangat sigap. Dia akan sangat membantu agar kalian nggak kehilangan putri yang manis ini," lanjutnya diakhiri dengan kedua tangan menangkup wajah dan mata yang dikedip-kedip cepat.

"Aku sekolah, nggak sempat jadi bodyguard," tolak Aqmar.

"Kamu nggak sekolah sebulan juga kamu bisa tetap jadi juara umum karena otakmu itu. Ini palingan cuma seminggu. Ayolaahhh." Emlyn segera mendatangi adiknya dan memasang tampang memohon yang sejujurnya sangat buruk di mata Aqmar.

Aqmar bergeming. Ia, si pecandu belajar, tidak bisa meninggalkan sekolah dengan alasan tidak penting seperti ini. Ia bisa membayangkan pasti sangat membosankan mengawal kakaknya yang tidak seru itu.

Ingatan Aqmar berputar ketika mereka liburan dua tahun lalu ke Australia. Sepanjang perjalanan, Emlyn hanya membaca buku ataupun tertidur. Ia tidak tertarik menikmati perjalanan. Ketika sampai di tempat yang indah, perempuan tersebut akan mengambil beberapa potret, dan selesai. Ia lebih senang dengan diri sendiri daripada alam. Berbanding terbalik dengan Aqmar yang ingin tahu segala hal tentang tempat yang mereka kunjungi. Ia semangat berbincang dengan pemandu untuk menambah wawasan dan pengalaman. Sungguh, itu hal yang paling ditunggunya jika harus berlibur ke luar negeri.

"Keputusan yang tepat adalah kamu tidak ikut, Em. Jangan bawa-bawa adikmu untuk meloloskan niatmu itu," ucap Danita. Ia juga sepakat dengan si bungsu yang tidak boleh ketinggalan pelajaran karena harus pergi di luar waktu libur.

"Aku akan ikut," jawab Aqmar kemudian yang mengejutkan kedua orang tuanya. Kenapa? Kenapa dia mau ikut?

"Thank you, tampan. Kamu memang paling bisa diandalkan," balas Emlyn dengan senang hati sembari memeluk Aqmar, tanpa ia tahu bahwa adiknya memiliki niat lain.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro