Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

LVI. Kabarku Buruk

"Bagaimana kabarmu?" Lelaki bersuara serak itu menghampiri Emlyn yang sedang menghirup udara segar di teras hotel yang mereka inapi.

Emlyn kembali merasakan euforia yang sama ketika masih berada di Korea Selatan beberapa waktu lalu. Ia mencicipi hidangan yang sama, di meja yang sama, dengan orang-orang yang sama. Tentu saja aura bahagia tak lekang dari wajahnya. Meski tak dapat dipungkiri, rasa canggung tetap menguasai ketika ia harus bersitatap dengan lelaki tubuh tegap tersebut.

Sama halnya seperti detik ini, tanpa membalikkan tubuh pun ia tahu siapa yang mengajaknya berbicara. Emlyn menarik napas terlebih dahulu agar bisa menghilangkan sedikit ketegangan dari tubuhnya. Akan tetapi, kenapa degup jantungnya tak berdetak dengan normal? Terlalu kencang.

Emlyn menggeser sedikit tubuh kecilnya ke kanan sehingga lelaki itu bisa berdiri di sisi kirinya. Tanpa berpaling sama sekali. Walau berjarak beberapa sentimeter, dapat dirasakan keberadaan lelaki itu di sampingnya dengan aroma tubuh yang khas.

"Kamu bertanya kabarku setelah mengabaikan pesan-pesanku dulu? Kemarin juga kamu bertindak sesuka hati ketika gladi dan tadi di atas panggung seolah begitu memedulikanku. Sepertinya semua ini basa-basi yang terlanjur basi," ketus Emlyn dengan seringaian tipis.

Emlyn bodoh. Kenapa malah berkata kasar begitu? Bodoh. Bodoh. Semestinya kamu bersikap manis saat dia udah mau mencoba mendekatkan diri, umpat batin Emlyn ketika ia tersadar dengan ucapan yang dilontarkannya. Memang, hati dan mulut tidak bisa diajak kompromi kalau sudah gengsi.

Tidak hanya Emlyn, Chanyeol pun mengembuskan napas kasar. Namun, bukan seringaian, lelaki itu memilih untuk tersenyum walau getir. "Aku memaklumi kemarahanmu. Kamu bisa melampiaskan semuanya padaku. Aku memang tidak jantan menghadapi skandal kita waktu itu. Maafkan aku," balasnya dengan menatap lalu lintas yang padat di bawah sana. Sekarang mereka berada di lantai 10, tepatnya di restoran hotel yang didesain glamor dengan pemandangan kota yang luar biasa.

Merasa diberi kesempatan untuk meluapkan emosi, Emlyn pun mengalihkan pandang dengan sedikit menengadah, agar bisa melihat wajah tampan itu. "Ini bukan tentang seperti apa kamu menghadapi skandal yang menyebar. Ini tentang kamu dan aku. Ya, aku tahu kita tidak seperti apa yang diberitakan, lantas kenapa kamu harus menghindar dariku? Apa karena kamu seorang idola dan aku hanya sebatas penggemar? Lalu, apa memang begitu seorang lelaki bertindak untuk menjauhi penggemar yang diisukan dengannya? Jika memang kamu risih dengan semua berita bohong itu, kamu kesal dengan pesan masuk dan panggilan dariku, katakan. Setidaknya aku di sini tidak perlu khawatir dengan keadaanmu di sana.

"Aku tahu, idola tidak hidup bahagia seperti apa yang sering mereka perlihatkan di layar kaca. Aku bahkan pernah masuk dalam hidupmu walau hanya dalam hitungan hari. Aku melihat bagaimana kalian berupaya untuk para penggemar. Hal yang tidak bisa kuterjemahkan adalah ketika kamu mengabaikanku sementara aku di sini memikirkan bagaimana kondisimu di sana ketika harus berhadapan dengan para petinggi. Beruntung, member lain menghubungiku dan mengatakan kamu baik-baik saja. Itu sudah lebih dari cukup untuk menyimpulkan bahwa kamu tidak menghargaiku sama sekali. Aku hanya pembawa skandal untukmu.

"Mereka berkata agar aku tidak perlu menyesal dengan apa yang terjadi. Apa aku harus demikian? Aku mencoreng nama baik seseorang yang aku idolakan? Aku membawanya ke dalam masalah yang membuatnya harus mengklarifikasi pada dunia. Aku sangat menyesal dengan pertemuan kita. Bukan. Bukan dengan kenangannya, tapi dengan awal ketersesatanku di Korea. Terlalu banyak perandaian yang kusebutkan dengan menyalahkan diri sendiri.

"Sekarang kamu di sini menanyakan bagaimana kabarku? Aku buruk." Emlyn akhirnya melepaskan apa yang selama ini dipendam. Selama ini ia hanya mendengarkan apa kata orang untuk menyemangatinya tanpa memberitahukan dengan jelas apa yang dirasakannya. Kini, pada orang yang tepat ia meluapkan segalanya.

Chanyeol menatap manik cokelat milik Emlyn. Ada sesak yang dirasakan ketika melihat manik itu penuh kekhawatiran. Mata bulat itu bahkan sedang menahan air mata yang terbendung di pelupuk. Ingin rasanya Chanyeol mengusap pipi itu, tapi segalanya tertahan ketika ia menyadari, dirinya bukan seseorang yang bisa bertindak sejauh itu. Walau tidak mengetahui Islam secara mendalam, tapi ia tahu adanya larangan persentuhan antar lawan jenis di agama tersebut.

"Aku ... aku hanya tidak ingin membuatmu khawatir. Kupikir dengan aku tidak menjawab pesan dan panggilanmu akan membuatmu menyerah dan berpikir aku baik-baik saja. Aku tidak tahu bahwa kamu lebih sakit ketika kuperlakukan demikian. Aku minta maaf, Em. Benar katamu, semua ini bahkan sudah basi untuk dikatakan."

Chanyeol menunduk, kata-kata yang sejak tadi sudah disusun rapi kini buyar, hilang entah ke mana. Dihempaskan oleh isi benak Emlyn yang tak disangkanya sedalam itu. Tak pelak, Chanyeol memahami isi hati Emlyn sekarang. Ia bahkan bersyukur, mengetahui bahwa perasaan itu tak dialaminya seorang diri. Namun, kenyataan bahwa ia telah menyakiti perempuan itu dengan sikapnya juga membuatnya merasa bersalah.

"Mengetahui kebenaran seperti ini ternyata sangat pahit. Selama ini aku hanya mendengar tentangmu dari mereka. Aku melihat secara langsung kalian berbicara di telepon. Aku menahan diri sebaik mungkin untuk tidak bergabung, kupikir itu yang terbaik untuk kita berdua. Nyatanya aku hanya menyakiti kita berdua," ungkap Chanyeol.

"Kamu tahu apa yang lebih buruk dari keadaan kita sekarang?" Emlyn menatap lekat mata Chanyeol yang juga menatapnya intens. Ia menelan saliva sebelum berujar, "Aku diperkenalkan dengan laki-laki yang tidak menarik perhatianku sama sekali. Aku sempat berpikir mungkin pilihan orang tua bisa kujadikan pelarian, ternyata tidak semudah itu melarikan diri dari kenyataan."

Chanyeol tercekat. Apa yang baru saja didengarnya sungguh menyesakkan. Langkahnya mundur dengan tatih. Ia sempat mendengar berita ini dari Baekhyun kala itu dan tidak berpikir bahwa ini sungguh-sungguh. Apa telah kosong harapan untuknya?

Tatapan yang nanar, tak tertuju pada Emlyn, Chanyeol berucap lirih, "Kamu akan segera menikah?"

Lalu bagaimana denganku? Bagaimana dengan kita? Akukah yang selama ini sangat berharap kedatanganku ke Indonesia bisa memperbaiki hubungan kita yang renggang? Bagaimana aku harus mengobati hatiku yang terluka mendengar pernyataanmu?

Semua pertanyaan itu hanya bisa dilontarkan dalam hati untuk dirinya sendiri. Emlyn tidak perlu tahu apa yang dirisaukannya, bahkan Emlyn tidak perlu tahu perasaannya yang sebenarnya? Untuk apa? Emlyn telah memiliki laki-laki lain pilihan orang tuanya. Bukankah itu yang lebih pantas? Mungkin saja ini balasan takdir atas sikapnya yang menghindar dari Emlyn selama beberapa waktu ini. Ini hukuman atasnya yang membiarkan perempuan itu sedih seorang diri tanpa kepastian.

Belum sempat Emlyn memberitahu bahwa ia mencurigai lelaki yang dikenalkan padanya, Chanyeol memilih angkat kaki dan meninggalkan Emlyn lagi dalam kebingungan. Chanyeol tidak bisa melihat wajah Emlyn sekarang, itu hanya akan semakin memurukkan dirinya.

Emlyn pun tidak mencegah kepergian Chanyeol. Ia merasa sudah terlatih sejak awal bahwa lelaki itu akan pergi kapan pun yang dia mau. Emlyn tidak punya hak istimewa untuk melarang kepergian itu.

"Apa yang terjadi? Kenapa Chanyeol Hyung tampak berantakan?" tanya Sehun dengan segelas minuman oren di tangannya. Ia tidak sendirian, ada Baekhyun yang mengintil di belakangnya.

Emlyn mengangkat bahu. "Aku hanya mengatakan apa yang sedang terjadi, dan dia tiba-tiba pergi."

"Apa yang kamu katakan?" tanya Baekhyun penasaran.

"Tentang laki-laki yang dijodohkan denganku," jawab Emlyn enteng.

"Kamu mengatakannya? Kamu benar-benar merusak suasana," jawab Sehun cepat.

"Kamu tidak tahu apa yang sudah disiapkan Chanyeol untukmu? Kenapa kamu begitu gegabah?" cecar Baekhyun kesal seolah ia berbicara dengan teman akrabnya.

Emlyn memandang keduanya dengan tatapan tak mengerti. Apa yang salah? Kenapa kedua manusia di depannya tampak histeris seperti ini. Ia hanya berbicara fakta, karena sedari awal obrolan mereka memang menguak segala yang terjadi selama mereka terpisah jarak.

"Dia ingin menyatakan perasaannya padamu, Em. Chanyeol ingin membuat pengakuan," geram Baekhyun.

Emlyn melongo. Otaknya mulai loading menerjemahkan dua kalimat Baekhyun.

"Chanyeol Hyung telah lama jatuh cinta padamu dan ingin mengakui hal tersebut padamu. Karena itu ia sangat menantikan kedatangannya ke Indonesia untuk bertemu denganmu," papar Sehun memahami Emlyn yang butuh penerjemah.

Bagai mendengar bunyi petir, Emlyn benar-benar terkaget dengan apa yang baru saja dilontarkan dua member XO tersebut. Ia merutuki dirinya yang tiba-tiba membicarakan tentang Anka. Ia melihat ke dalam ruangan yang di mana sudah tidak ada lagi Chanyeol di dalam sana. Ia benar-benar menyesal.

Tapi, aku nggak bilang akan menikah tahun ini. Aku nggak bilang punya perasaan dengan Anka. Dasar Chanyeol! Suka banget terjemahin sendiri segala situasi. Emlyn masih sempat mengumpat kebiasaan Chanyeol yang satu itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro