Inilah Diriku
Sudah setahun.
Sudah setahun sejak aku disini.
Sejak aku mulai menatap kehidupan ini dengan pandangan yang berbeda.
Disinilah aku. Menatap hamparan rerumputan dengan sejuta perasaan. Langit senja yang indah. Tanganku terangkat, berusaha menggapai langit.
Sudah setahun sejak ayah meninggal, dan ibu mengajakku tinggal dengan suaminya yang kedua. Yang otomatis sebagai ayah angkatku. Entah kenapa aku membencinya. Semuanya hancur karena ibu menikah dengannya.
Aku mendaftar di sekolah yang sangat nyaman. Tetapi, setiap detiknya disana, aku tak pernah merasa nyaman. Teman - temanku baik, guru - guruku baik, semuanya baik, tetapi tetap saja, aku tak pernah nyaman.
Di sekolahku, cinta bebas. Para murid diperbolehkan saling mencintai. Maka tak heran, banyak pasangan di sekolahku yang sedang kasmaran di seluruh sudut sekolah.
Tapi bagiku,
Cinta itu tak indah.
Lihatlah, tak di sekolah, tak di jalan, bahkan tak disini, Tak pernah aku tak melihat banyak orang yang bermesra - mesraan. Bukankah sangat paradoks, jika kau terjalin hubungan dengan seseorang, lantas dalam sekejap, hubungan kalian sudah berpindah??
Sungguh menyakitkan bukan??
Bahkan cintalah yang membuat ibu pergi!! Pergi demi orang yang kubenci!! Pergi demi keegoisannya. Meninggalkanku dengan sejuta perasaan yang berkecamuk dalam hatiku.
Maka dari itu, hatiku kosong, setiap pagi, kujalani semuanya karena inilah yang hanya bisa kulakukan. Aktivitas yang sangat menjemukan. Aku bahkan lupa bagaimana dulu rasanya aku bermain dengan gembira.
Sekarang umurku 13. Sudah saatnya aku melupakan semua yang pernah terjadi. Untuk masa depanku.
Langit biru di hadapanku mendadak menggelap. Awan kelabu menutupi sisa kecerahan langit. Hujan rintik mulai turun. Aku segera bangkit dari posisiku dan berlari menuju rumah.
Sesampainya di rumah, hujan menderas. Untung aku sudah sampai rumah. Kalau tidak, pasti basah kuyup. Aku membuka pintu.
"Assalamu'alaikum.." kataku. Ruang tamu yang hangat segera menyambutku. Lampunya yang bersinar lembut membuat ruangannya menjadi lebih klasik.
"Ah, Himeki, kau sudah pulang." Seru ayah angkatku. Wajahnya tersenyum menyambutku. Tapi aku tak peduli. Aku hanya membalasnya dengan senyuman tipis.
"Himeki?? Kau sudah pulang??" Terdengar suara ibu dari dalam rumah. Kulihat, ibu masih memakai celemeknya.
"Iya bu. Aku sudah pulang." Aku menjawab sopan. Ibuku hanya tersenyum. "Ngomong - ngomong, bukankah sudah ibu bilang?? Tak perlu kaku seperti itu. Ini keluargamu. Bukan komandan tentara." Protes ibuku. Mendengar itu ayah tertawa. Tetapi aku hanya tersenyum.
Makan malam digelar(?)tak lama kemudian. Ibu memasak kentang tumbuk dan iga bakar. Tampak lezat. Aku sudah membersihkan diri sejak tadi. Mengganti gaun biru kotak - kotakku dengan gaun putih yang lebih tipis.
Ayah menanyakan tentang sekolahku. Aku seperti biasa hanya menjawab singkat. Ibu bertanya, mengapa aku menghilang tadi sore. Aku menjawab bahwa aku bermain di padang rumput.
Setidaknya, bagiku makan malam berjalan menyenangkan. Makanan di piring tandas. Masakan ibu memang selalu enak. Tak heran, aku selalu lahap memakan masakan beliau.
"Ibu, Himeki belajar ya." Seruku.
"Baiklah, jangan lupa untuk cuci muka dan gosok gigi sebelum tidur. Ibu tak mau membangunkanmu di atas meja belajar lagi. Dan, jangan lupa mematikan lampu sebelum tidur." Balas ibu. Ah, memang selalu seperti ini. Ibu tak lelah menasihatiku. Padahal, aku selalu menuruti nasihatnya.
"Oh ya, Himeki." Panggil ayah angkatku. Aku menoleh. "Bulan depan kau tak ada acara kan??" Aku mengangguk. "Baguslah kalau begitu."
Lalu, aku melanjutkan perjalananku(?)menuju kamar.
☆☆☆
"Himeki!!!" Seru sahabatku, Laluna. "Ehmm.. Luna, kau berat." "Ah maaf..." Laluna, atau yang biasa dipanggil Luna adalah sahabatku yang ceria.
"Teheee~~~ maaf ya Himeki!!" Serunya. Aku hanya mengiyakan. "Bagaimana dengan PR mu??" Tanya Luna. "Kuharap baik." Jawabku. Mendengarku Luna tertawa.
"Himeki kan cantik, apa Himeki udah punya pacar??" "AZDFJGK!!" Pertanyaan tak terduga. Bagaimana tidak??!! Tak pernah ada yang menanyaiku begitu. Maklum sih.... aku kan, ehm, maksudku seluruh murid kelas satu kan memang masih baru. Masa iya, sudah punya pacar?? Meski tak bisa kupungkiri, di kelasku banyak yang pacaran.
"Jadi??" Tampaknya Luna masih menunggu jawabanku. "Ten.... tentu saja tidak!! Memangnya aku seperti apa??!!" Seruku. Luna hanya tertawa. "Kau tak perlu segitunya Himeki, aku kan hanya bertanya." Jawab Luna. Aku terdiam.
Kelasku masih kosong. Maksudnya belum banyak yang datang. Aku pun meletakkan tasku di loker. Lalu aku pun menghampiri teman - temanku yang sedang mengobrol.
"Haru, katanya kau ditembak sama kakak kelas?? Wahh~~~ enaknya~~~"
-Random girl
"Sudah kubilang aku Izuyaki!! Bukan Haru!!" -Izuyaki
"Etto......" -Haru
Yaaahhh... beginilah teman - temanku. Ada yang heboh ada yang pendiam. Contohnya Haru. Gadis berambut coklat kekuningan sebahu itu, yang katanya mirip H*namaru itu, lebih pendiam dibanding yang lain.
Sedangkan Izuyaki, gadis berambut putih panjang dengan efek garis kebiru - biruan di rambutnya, yang selalu dipanggil Haru oleh yang lain, terkadang heboh dan sedikit tsundere.
Aku tak punya akal bagaimana Izuyaki yang sama sekali gak mirip dengan Haru bisa dikira Haru. Ada apa dengan dunia???? AADD :V
Selain itu, ada juga Taru, gadis berambut coklat panjang yang mirip Y*zora-senpai, amat lembut dan baik hati. Layaknya putri impian.
Kalau yang cowok..... jangan tanyakan padaku. Aku tak tahu menahu soal cowok.
"Jaaa~~ apakah kau menerima kakak kelas itu??" Tanya Yazuto-kun. "Ti... tidak mungkin!! Nona Izuyaki tidak pantas dengannya!!" Seru Izuyaki. Kami hanya terdiam melihat tingkah aneh Izuyaki.
"Benarkah?? Jadi kau tidak menerimaku....." kata Kakak kelas yang dimaksud. Kami semua terpaku.
"Bu... bukan begitu!! Ta... tapi, bukannya aku peduli padamu!!" Muncul deh, sifat tsundere Izuyaki. Kami semua menahan nafas.
"Kau harusnya bilang saja Izuyaki. Dan Hotaru, kembalilah ke kelasmu. Bel sudah berbunyi." Kata Tateyama-sensei. Kakak kelas itu, alias Hotaru-senpai segera berbalik menuju kelasnya.
"Baiklah anak - anak, ayo kita mulai pelajarannya."
☆☆☆
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Aku beranjak merapikan tasku. Sayup - sayup terdengar percakapan teman - teman yang lain. Aku tidak mengubris mereka.
Oh ya, sekarang sudah bulan Desember. Apa ya... yang ingin ayah bicarakan?? Entah kenapa aku mulai penasaran dengan kata - kata ayah. Dengan semangat 45(?)aku mengambil seribu langkah menuju rumahku yang tak jauh dari sekolah.
Sesampainya di rumah, aku disambut dengan suasana hangat di ruang penyimpanan sepatu dan payung. Sayup - sayup terdengar suara percakapan hangat di ruang keluarga. Aku takut - takut menoleh.
"Ah, kau tak perlu malu - malu Akira-san."
"Tak apa lah.. anakku memang sedang diam - diamnya.."
Siapa itu?? Aku kenal sihh... suara Ayah. Tapi yang satu lagi siapa?? Aku pelan - pelan mulai melangkah menuju ruang tamu.
"Himeki!! Akhirnya kau pulang!!" Seru Ayah menyambutku. Aku jadi salah tingkah.
"Mari duduk di sini." Kata Ayah sambil menepuk sofa di sampingnya. Aku menurut.
"Perkenalkan Himeki, ini-"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Yosh!! Pa kabar!! Tehee~~
Author sengaja memberhentikan(?) Disini, biar gimana~~~~ gitu!!
Well.. ini pertama kalinya author buat cerita romance. Tenang, ini cerita roman bersih kok :v. Tidak ada yang kotor - kotor. Ini lebih fokus pada perasaan. Dibanding kontak fisik// Eaaa~~~
Maafkan jika ada yang salah. Author itu masih polos//halah// setidaknya, author tak punya eksperien dengan laki - laki. Palingan suka. Itupun jarang. Karena author juga sedang tak mikirin masalah itu.
Bacanya santai aja~~ ini gak terlalu manis banget. Tapi tetep ada manisnya kok~~
Cerita ini terinspirasi dari anime "Nisekoi". Sebenarnya manganya sih :v. Berawal dari perjodohan paksa, jadilah true love. Tapi cerita kali ini gak begitu kok. Mungkin bisa dibilang mirip.
Semoga para readers suka. Jangan lupa tinggalkan jejak ya~~
-TetsuyaAori
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro