↬ • T W O
Pungut Project
✧ ۪۪ T W O ˎˊ -
Lucas x Athanasia
Senyum dan tawa gadis itu seolah menguasainya.
Mata, cara bicara, semua dari gadis itu selalu disukainya.
Entah sejak kapan Ia menyadari hal ini. Tak tahu pula Ia tentang apa yang sebenarnya dirinya sukai dari Athanasia. Yang jelas, Athanasia itu berbeda dalam pandangannya. Menganggapnya sebagai teman kala Lucas terbiasa dengan rasa bernama kesepian. Menerimanya yang merupakan penyihir terkuat tanpa rasa takut.
Segalanya bagaikan mimpi. Dimana sang Putri Obelia membalas perasaannya kini. Bahkan, Lucas sendiri masih ragu akan semua ini.
Tentang Athanasia yang menerima ajakannya untuk hidup bersama dan membangun keluarga. Meskipun masih terhalang ke-overprotektifan ayahnya.
Ah, lagipula, Claude tidak akan membiarkan putrinya bersedih karena tak direstui, 'kan? Walaupun dia dianggap sebagai sosok berbahaya, tapi apapun akan dilakukan untuk membuat Athanasia bahagia.
Dan lagi, Lucas tidak akan menghanguskan Obelia jika bukan karena Athanasia. Hanya untuk Putri Obelia, Ia akan menyerahkan kekuatannya. Hanya untuknya, Lucas bisa menghancurkan dunia kala terjadi apa apa pada gadis bermanik permata.
Disebut bodoh atau budak cinta? Siapa peduli? Bukankah orang mengatakan bahwa cinta itu buta?
Dan sekarang, disinilah dirinya.
Menopang dagu sambil memperhatikan binar biru yang tampak antusias dengan semua makanan yang ada di hadapannya.
Keberadaan Lucas juga sepertinya terabaikan karena berbagai dessert yang Ia datangkan sendiri saat mereka jalan-jalan keluar. Keluar dari ruangan, maksudnya.
Ah, haruskah penyihir itu menghilangkan semua yang ada di hadapannya ini?
"Lucas, ayo coba ini!" Athanasia dengan sesendok kue cokelat di tangannya sedikit maju, menyodorkan kue tersebut pada Lucas yang mana pria itu sendiri lebih tertarik dengan sang gadis.
"Tidak usah, makan saja sepuasnya." Lucas menjawab dengan muka juteknya seperti biasa.
Athanasia menarik dirinya sendiri, lalu duduk selonjoran dengan santainya, "Oh, ya sudah."
Sepertinya hanya di depan Lucas gadis ini bisa bersikap seenaknya. Dan hei! Mengapa penyihir ini jadi terabaikan lagi? Ah, sudahlah. Melihat Athanasia bisa makan dengan senang saja sepertinya sudah cukup. Lucu, pikirnya.
Lucas tersenyum tipis. Pemandangan yang terasa nyata ini ... apakah akan bertahan untuk waktu yang lama?
Athanasia yang tersenyum dan tertawa tanpa rasa kaku di depannya. Athanasia yang menerima ajakannya untuk membangun kehidupan bersama. Lalu, Athanasia yang menjadi tempatnya berpulang. Akankah semua itu akan bertahan?
Sang Penyihir Menara menjentikkan kedua jarinya. Dalam sekejap, semua makanan yang ada disana lenyap. Melihat hal tersebut, Athanasia tampak protes, "Aku belum memakan semuanya, Lucas!"
"Nanti kau gemuk," balasnya sambil mendekat kepada Putri Obelia. "Tapi sebenarnya, itu bukan masalah untukku," lanjut Lucas, kali ini sambil berbisik dengan nada rendah. Nafas hangatnya menyentuh telinga Athanasia, yang kini telah memerah bersamaan dengan wajahnya.
Tak lama kemudian, Athanasia menoleh dan mendorong bahu Lucas dengan tenaga untuk menjauhkannya, "Sudah cukup! Jangan melakukannya! Apa-apaan, sih?!"
"Wajahmu lucu." Laki-laki itu memberi tatapan menertawakan dengan sebelah tangannya yang melepaskan tangan sang gadis yang tengah salah tingkah dari bahunya.
Athanasia mengangkat wajahnya, berniat untuk kembali protes. Namun kemudian, niatnya tersebut sirna ketika Lucas semakin mempererat genggaman tangannya sambil tersenyum. Surai hitam bagian depan tampak menghalangi tatapan yang jarang Ia tunjukkan.
Senyumnya kali ini ... terlihat lembut, tulus, namun juga memiliki sisi menyedihkan. Entah sejak kapan pula terakhir kali Ia tersenyum seperti ini.
"Apa kau mencintaiku?" tanyanya secara tiba-tiba.
"Hah?"
Lucas mengangkat wajahnya, sorot dari mata merahnya tampak serius, "Apa kau mencintaiku, Athanasia?"
Alis sang Putri berkerut, manik birunya menyorotkan pertanyaan, "Mengapa ... kau menanyakan hal itu?"
"Hanya ingin mendengar jawabanmu saja."
Kini, giliran Athanasia yang menunduk. Rasa malunya menguasai. Secara perlahan, gadis itu mengangguk.
"Jawabanmu kurang jelas," ujar Lucas sambil lebih mendekat.
"Aku sudah menjawabnya tadi!"
"Aku ingin mendengar, bukan melihat."
"Ah, kau ini merepotkan!"
"Tinggal bilang saja, 'kan? Apa susahnya?"
"Itu tidak semudah yang kau kira!"
"Ya sudah."
Lucas melepaskan genggaman tangannya. Lalu memposisikan duduknya ke arah yang lain. Athanasia yang terlihat merasa sedikit bersalah menarik jubah hitam yang dipakai oleh pria tersebut, "Iya."
Lucas menoleh, "'Iya' apa?"
"Iya itu!"
"Apa?"
"I-iya! Aku ... mencintaimu!"
Mendengar kalimat menyenangkan, Lucas tersenyum puas. Ia kembali mendekat pada Athanasia. Tangan kirinya menyingkirkan sedikit rambut depan sang Putri. Pria itu mengecup keningnya sekilas dan kemudian menatap mata permata Athanasia.
"Aku juga. Terimakasih."
Seolah ditelan udara, Lucas menghilang. Meninggalkan sang gadis yang masih mencerna kejadian tadi dan berakhir dengan dirinya yang merona.
Disisi lain, sang Penyihir Menara bersenandung riang setelah mendapatkan jawaban.
Perkataan sang pujaan yang terasa nyata, seandainya tadi bukanlah angan semata, mungkin dirinya akan lupa dengan derita dunia.
Seandainya saja ... semua yang menjadi keinginannya ini bukanlah mimpi.
Namun, itu mustahil terjadi, bukan? Ia tak bisa terus hidup dalam angan dan harus membuka mata untuk menghadapi kenyataan.
Kenyataan tentang 'kemustahilan'.
To be continue~
Akhirnya update!
Butuh waktu cukup lama, sih, soalnya aku harus baca ulang komik WMMAP buat mendalami karakternya+harus ngebaca cerita LucasAthy lain. Walaupun aku yakin karakternya disini OOC banget. Maafkeun :').
Anyway, setelah ini, kayaknya aku bakal update cukup cepet [ga tahu juga, sih]. Soalnya setelah chapter ini, bagian kesukaanku bakal dimulai, hehe /plak
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro