Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

↬ • T H R E E

Pungut Project

✧ ۪۪ T H R E E ˎˊ -

Lucas x Athanasia




Kelopak mata bergaris tajam itu sedikit terbuka, menampilkan manik ruby yang kini mendapati tangannya yang tengah menggenggam pergelangan seseorang.

Lantas, Ia bangkit dari posisinya sambil melepaskan genggaman. Mengetahui bahwa yang tengah dihadapi bukanlah sosok berbahaya.

"Apa yang kau lakukan, sih?" ketusnya pada sang gadis yang telah menganggu jalannya bunga tidur.

"Aku mencarimu kemana-mana seharian ini, tahu. Dan rupanya kau tertidur. Aku hanya memastikan kau nyenyak atau tidak," balas sang gadis, Putri Mahkota Obelia.

Lucas menyingkirkan helaian rambut yang terasa menghalangi pandangan, menutupi wajahnya dengan sebelah tangan, "Kenapa kau harus mencariku segala?"

"Aku ... tidak punya teman mengobrol. Atau mungkin, teman untuk sekedar menemani di ruang sepi."

"Ooh, jadi aku hanya penghilang rasa bosanmu?" sang Penyihir berkata dengan sinis. Ada sedikit nada kecewa dalam bicaranya.

Mendengar pertanyaan menyebalkan yang keluar begitu saja, perempatan merah segera muncul di pelipis Athanasia, "Bukan seperti itu! Kau adalah temanku, jadi wajar saja kalau aku kesepian tanpa teman! Kenapa, sih, kau harus berfikiran negatif?!"

Lucas tak merespon, untuk saat ini. Ia hanya segera mengalihkan pandangan dari permata biru. Binar dalam maniknya segera meredup, bersamaan dengan wajahnya yang juga tertutup oleh rambut.

"Kau menganggapku sebagai teman?" Lucas malah balik bertanya.

"Iya!"

"Hm, begitu, ya," gumam pria tersebut pada akhirnya tanpa didengar oleh Athanasia.

Setelah itu, tak ada yang berbicara kembali.
Mengapa Lucas bisa lupa?
Semua yang Ia alami sebelumnya, semua kebahagiaan yang datang, perasaan yang akhirnya bisa Ia sampaikan dan dengarkan, semuanya hanyalah angan semata. Hanya sebuah impian yang tidak akan pernah terealisasikan.

Athanasia yang membalas perasaannya, sang Putri yang mengatakan bahwa dia mencintainya.

Bukanlah hal tersebut hanya akan terjadi dalam skenario buatannya saja?


*


Waktu berputar, bulan berganti, usia makhluk hidup bertambah kian hari.

Ada kalanya, tahun yang baru merupakan awal yang baru.

Ada kalanya, tahun yang baru tetaplah sama seperti tahun sebelumnya.

Netra merah berbingkai helaian hitam tertuju pada langit biru. Tahun ini tetaplah sama bagi Penyihir Menara. Tidak ada yang berubah. Entah itu harinya, hubungannya, atau perasaannya.

Hubungan Lucas dan Athanasia tak berubah meski 2 tahun berlalu. Perasaan Lucas pada Athanasia tak berubah meski sebuah cincin akan segera melingkar di jari manisnya.

Tentu saja, cincin itu tak berpasangan dengannya. Lucas hanya temannya. Hanya teman yang akan mendukung setiap langkah Athanasia, tak lebih.

Ia akan mendukung Athanasia, meskipun dirinya sangat membenci saat-saat dimana Lucas mengetahui bahwa gadis itu mustahil untuk jadi miliknya.


*


Surai keemasan bergelombang bergoyang mengikuti arus angin di taman bunga. Tampak jelas bahwa helaian tersebut seolah berusaha menutupi pandangan sang gadis.

Sosok pria berbingkai rambut putih di sampingnya tersenyum, lalu mendekat. Tangannya terangkat, menyingkirkan helaian emas tersebut dari wajah Athanasia. Lalu tak lama kemudian, menyelipkan sebuah bunga diantara rambut bergelombang itu.

"Tuan Putri terlihat cantik," gumam laki-laki itu tanpa sadar.

Seolah perkataan itu terbawa angin, Athanasia membulatkan matanya, wajahnya memerah seketika. Wanita itu tahu, dirinya memiliki paras yang elok, betah dipandang mata. Namun, dipanggil seperti itu oleh orang yang disukai ... bukankah rasanya cukup berbeda?

Menyadari reaksi Athanasia, Izekiel melepaskan tangannya, "Maaf bila saya tidak sopan."

"Tidak apa-apa." Gadis di sampingnya menggeleng. "Jangan terlalu formal dan sungkan," lanjutnya sambil tersenyum manis. Diikuti dengan hembusan nafas lega dari calon suami Athanasia de Alger Obelia serta senyuman manisnya.

"Apa Anda yakin?" tanya Izekiel secara tiba-tiba.

Athanasia menoleh, "Soal apa?"

"Soal kita. Aku tidak terlalu baik seperti yang dipikirkan banyak orang, termasuk dirimu. Aku egois, aku selalu ingin agar Tuan Putri hanya memilik waktu denganku ...."

Lawan bicara Izekiel terdiam, memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan. Cukup lama Ia berfikir, dan sang lelaki tetap setia untuk menunggu.

"Tidak apa-apa," ujar Athanasia setelah berfikir beberapa saat. "Tidak apa-apa bagiku jika kau egois. Bukankah itu manusiawi?"

Tak ada jawaban dari Izekiel. Seolah mengundang Athanasia untuk kembali buka suara.

"Aku juga memiliki sifat egois dalam diriku. Terkadang, aku juga hanya memikirkan diriku sendiri. Jadi, hal itu merupakan hal yang wajar. Iya, 'kan?"

Lelaki bermanik emas tersenyum kembali dengan lega, "Mungkin, Anda benar."

Athanasia membalas senyuman tersebut. Tak lama kemudian, pembicaraan terus berlanjut. Dengan aura kebahagiaan yang tersebar diantara kedua insan, keceriaan mereka bahkan bisa mengalahkan bunga yang sedang mekar. Tidak lupa dengan tawa kecil yang menemani angin sepoi.

Sebuah pemandangan yang indah serta hangat.



Namun, mengapa sosok di atas dahan di pohon sekitar sangat membenci senyuman itu? Hatinya terbakar, matanya panas, rahangnya mengeras, tangannya ikut melampiaskan rasa kesal.

Mengapa Ia harus merasakan hal ini? Bukankah dirinya sudah memutuskan untuk mendukungnya meskipun hal itu menyakitkan?







To be continue~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro