Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ngalong pt.2

Sebenernya bukan ngalong sii. Tapi gegara pt.1 judulnya itu yaudah deh samain aja. Hehe

Jangan lupa vote :*

....

"SUGA!!"

Sang surai abu abu itu menutup matanya erat. Tak dapat dipungkiri bahwa dirinya tengah sangat ketakutan. Tinggal menghitung detik hingga tubuhnya dapat membentur kerasnya lantai.


Gubrakkk!!

Suga akhirnya terjatuh, suara badannya yang bertubrukan dengan kerasnya lantai membuat semua orang meringis. Tangan Sugawara membentur ujung tangga dengan kerasnya.

"ARGHH!!! TANGAN GUEEE!!" Teriak Suga. Dia berteriak kesakitan tanpa bisa bergerak.

Hinata tetap memblokir jalan. Tak ada yang dapat melewatinya dan menyelamatkan Sugawara dibawah sana. Suara gedebak gedebuk terdengar. Tsukishima dan Kageyama datang dengan khawatir.

"Bang! Gak papa?!" Teriak Tsukishima. Penampilannya bisa dibilang berubah seratus delapan puluh derajat saat ini.

Muka kucel sih masih seperti biasa, namun yang membedakan kini wajah serius Tsukishima tergantikan dengan muka pucat plus khawatir ala ala garem gimana gitu//apadahh

Sugawara meringis. Diam diam pengen nabok si garem itu. Apalah daya, gerak dikit rasanya remuk badan dia. Dia menggeleng. "Ini gua sakit woy! Pakek ditanya."

Yeuu...

Kageyama menatap datar kawan disampingnya. Akhir dari rasa kesalnya membuncak. Tangan kanan nya yang bebas akhirnya digunakan untuk menampol si garem itu. "Mikir yang bener to."

Tsukishima salah tingkah. Dia kesal dan ingin membalas karena baru saja tertampol. Tapi situasi membuatnya mengundurkan niat tersebut. Dia kini meraih ponsel dikantongnya. "Ehh, anu. Iya saya ngerti. Saya panggil ambulance kalo gitu."

Keadaan dialantai atas. Ushijima yang geram akhirnya meraih cepat tangan Hinata. Dipikirannya Peduli apa ia nanti akan jatuh juga. Coba saja kalo bisa.

Hantu pun kicep melihat wajah Ushijima yang mulai kesal.

Hinata menatap kesal Ushijima. Dia berusaha melepas tangan tersebut yang nyatanya sangat sulit.

"Lu gak bakal bisa banting gua. Gimanapun caranya." Ucap Ushijima dengan dingin. Hinata menghentak hentak tangan tersebut. Tangan kecil itu sama sekali tidak dapat terlepas.

Beberapa menit. Hinata akhirnya terduduk dan terjatuh begitu saja. Kita yang memperhatikan langsung membantunya. Ushijima menghela nafas. "Gilaa."

Kuroo menatap Hinata. Dia bergidik. "Pengaruh itu mahluk kuat juga ya."

Ambulance datang dengan cepat. Malam mengerikan itu terlewat begitu saja.

...

Rasa sesal.

Begitulah perasaan Hinata saat ini. Bukan hal yang mudah baginya menyimpulkan apa yang terjadi.

Semua itu ulahnya.

Ya mungkin begitu. Bagaimana ia tidak bingung. Padahal terakhir kali ia cuma kelelahan dan gak fokus. Bangun bangun udah dikerubungin banyak orang. Mana besoknya ngeliat Mas Sugawara a.k.a Mamisugar datang dengan tangan kiri dibalut karena patah.

Pokoknya rasa bersalah kian muncul dihatinya. Hinata mendengus, ia menghentikan pekerjaannya sebentar dan menemui Yamaguchi.

"Lu cuma kesurupan kok." Begitulah ucapan Yamaguchi. Diraut wajahnya biasa biasa saja. Apa benar dia tidak takut sama yang namanya hantu?

"Aku gak percaya kamu deh Yam. Masa iya, kesurupan dibilang cuma." Begitu ucap jeruk ketika semuanya terlihat baik baik saja.

Kageyama yang tengah sibuk bekerja akhirnya geram. Dia menengok dan menghampiri si Hinata dengan kesal. "Gak ada kerjaan lain ya?? Nanya mulu. Heran."

Hinata sewot. "Apa urusannya sama situ?!"

Kageyama mendecih. Dia berucap lantang. "Lu berisik boge!!"

"Itu kageyama yang berisik!!"

"ETDAH BOCAH. GAK MALEM, SORE, BERISIK MULU. HERAN DAH!"

Ucap seseorang dengan tiba tiba. Membuat pertengkaran kecil itu terhenti. Tsukishima yang semula tidak peduli san sibuk bekerja ikut menoleh.

"Siapa ya?" Ucap Yamaguchi ketika melihat kearah pintu. Belum sempat ia kembali bertanya Sugawara datang dengan tergesa gesa. Dia tersenyum ramah. "Yoo! Bang mine! Dateng juga lu."

Beberapa orang terkejut. Apalagi Bokuto yang udah niat nguping dari balik tembok. Dia bahkan saking terkejutnya sampai keluar dari tempat persembunyian dan langsung bicara.

"Elu!"

Aomine yang ditunjuk tiba tiba kaget. Didalam hati dia bertanya. 'Keknya gua pernah liat..'

Aomine menyelidiki dari atas hingga bawah.

Hmm..

'btw badannya bongsor bat asli. Dia udah tua apa blom sii? Keliatan kek bocah banget. Tunggu tunggu, kenapa semua serba kekurangan dia yak? Eh, ya mana gua tau kalau dia punya kelebihan....

Hmm....'

"Kebanyakan mikir banget dah!"Ucap Bokuto tiba tiba. Dan Aomine kesal akibat terkejut untuk kedua kalinya. Dia menunjukan wajah kesal. "Kenapa coba??"

Bokuto menepuk jidat. "INGET GUE GAKK?!!"

Yang ditanya masih bingung. "Haa??"

"Dasar. Sama sama misqueen juga! Shombong amat!" Sarkas Bokuto. Aomine gak terima karena masalah ekonominya Disebut. Itu adalah hal yang sensitif sekali asal kalian tahu. Dia berucap kesal. "Jangan asal ngomong lu ya!"

"Muka kek kurang makan gitu."

pfft..

Dia menunjukan wajah datar."Ini bukan wajah kurang makan. Tapi tidak cukup energi karena baru makan sekali hari ini! Puas lo!"

Yah kan curhatt..

Padahal hari sudah sore. Bokuto sedikit kasihan mendengarnya. Dia tiba tiba nyengir. "Hehe. Canda boss. Gitu aja marah."

"Serah lo."

"Serah itu daun bang."

"ITU SEREH GBLK!" Kesal Aomine. Dia menghentak hentakan kaki karena rasa frustasi akan burung hantu dihadapannya. Sugawara tiba tiba jadi patung. Entah kenapa gak ngomong dari tadi.

Ya, dia cuma bisa ketawa sih liat kenelangsaan si Aomine. Dia mencoba menghentikan tawanya. "Yang sabar--pfft.."

Terushima tiba tiba datang dengan menepuk nepuk bahu Aomine. Keliatannya dia habis keluar beli makanan. Dia mengangguk paham. "Gua ngerti kok lu kesel. Tapi kayaknya yang paling kesel disini tuh gua."

"Eh??"

"KALIAN NGALANGIN JALAN TAU GAK?!!" Teriak Terushima. Mereka bertiga nyengir.

"Oh iya hehe. Yaudah, masuk dulu gan." Persilah burung hatu itu. Yang kayaknya melupakan perdebatan gak jelas tadi. Aomine menghela nafas, bersyukur. Mereka akhirnya memasuki kantor.

Terushima awalnya pengen nimbrung. Cuma kayaknya masak indomie pake sayur kol--eh,maksudnya sawi lebih enak. "Gua 'tulus' dulu ya."

Ketiga orang tersebut bingung. "Hah?? Tulus??"

"Tulus-pamit. Hehe." Kekeh Terushima. Mungkin maksud dia lagu nya tulus. Yang judulnya Pamit.

Gak tau? Search gugel coba. Hehe
Sugawara menghiraukan orang gak jelas tadi. Aomine dan Bokuto pun begitu. Akhirnya karena kesal dicuekin Terushima berjalan kearah dapur dengan misuh misuh.

"Kayaknya yang normal cuma situ ya." Ucap Aomine kepada Sugawara. Laki laki bersurai abu abu itu mengangguk. "Lantai satu penghuninya gini kebanyakan."

"Oalah pantes."

Mereka akhirnya duduk.

"Jadi, yang lu bilang kemaren. Sebenernya udah sering kejadian??" Tanya Aomine membuka percakapan. Sugawara yang duduk disofa sebelah menggeleng. "Ya sebenarnya gak gitu juga sihh.."

"Masalahnya?"

"Masalahnya kita keganggu. Awalnya biasa saja. Semua cuma takut, tapi makin kesini makin jadi aja semuanya." Jelas Sugawara.

Aomine hendak menjawab, jika saja Oikawa tidak tiba tiba berteriak dengan alaynya diruangan sebelah.

"Kenapa kalo gua liat orang nguap gua ikutan nguap, tapi kalo liat orang pacaran gua masih aja jomblo?! Kenapa?!!"

Orang orang menatapnya datar. Aomine menepuk jidat."Ya allah! Kenapa masih aja ada mahluk lain yang kayak tadi!"

Sugawara membalas perkataannya dari jauh. "COBAIN DEH. LIAT ORANG MATI! SIAPA TAU LU IKUT MATI!"

Setelah Sugawara berucap sperti itu. Terdengar banyak tawa dari beberapa ruangan. Oikawa berteriak. "YA GAK GITU JUGA!"

"PANTES BANGET EMANG KALO OIKAWA DIHUJAT!!"

"BERISIK LU KUROO! RAMBUT BERDIRI AJA BANGGA!"

"DIH! BERCANDANYA FISIK! GAK BANGET LU!!"

"BERISIK! ADA TAMU WOY! MALU DONG SATTT!!"

krik.. Krik ..

Sugawara tersenyum. "Nah, kalo yang barusan tadi Kita. Yang sudah menyadarkan begitu banyak penghuni disini. Terbaiklahh."

Bokuto mengangguk. "Dia panutan-able."

Yang diajak ngobrol terdiam sebentar. Dia merasa aura aura tadi udah mirip Akashi aja. Apalagi kan Akashi selain jadi dukun--eh, maksudnya panutan karena bisa ngelakuin banyak hal. Dia yang paling disegani.

Satu faktornya karena dia tidaklah bokek seperti beberapa temannya termaksud Aomine sendiri.

Aomine paham."Rasanya dikarang taruna Akashi sebelas dua belas sama kek Kita gitu deh."

"Wih mantep tuh kalo mereka berdua collab. Wkwkwk."

Hadeh..

"Eh, kita bahas yang tadi dulu."Ucap Sugawara. Menghentikan kerecehan dua orang dihadapannya. Dia berubah serius. Ialah, masa jadi superman. Kan gak lucu.

" Jadi, sebenernya apa yang harus kita lakuin?"Tanya Sugawara.

Aomine menggeleng. "Gak ada."

Sugawara mengerutkan dahi. Berarti, dari sekian banyak kegaduhan gak ada hal yang bisa dilakuin untuk menghilangkan ini?

"Lah,Kok??!"

"Kata Duk-- maksudnya Akashi. Yang harus dilakuin adalah tetap fokus. Satu titik. Hanya itu titik itu. Hehe."

Bokuto menyaut. "Berasa kek lagu."

"YA EMANG!"

"Oalah.."

Huft, Sabar.

Sugawara kesal gaes. Banyak bacot dari tadi gak taunya gak juga membuahkan hasil. Mending ngerjain tugas kalo gitu. Dia tiba tiba mengusir Aomine dengan kesal. "Habis beberapa menit gue hanya untuk sabar. Udah deh, lu pulang sekarang. Daripada gua emosi!"

Aomine menahan tawa. Akhirnya kegabutan dia untuk datang kesini berakhir menyenangkan. Dia merasa harus mampir kesini lagi hanya untuk sekedar ngobrol. Dia akhirnya berdiri dari duduk. "Lain kali gua kesini lagi deh. Sekalian bawa temen."

"GAK USAH MAKASIH. GUA BANYAK KERJAAN!"

"OKE BRO! KESINI LAGI YA LAIN KALII." Saut Bokuto sembari mengacungkan jempol. Sugawara dikacangin seketika.

Aomine bekata mantap. "Oke bro! Assalamualaikum!"

"Waalaikum'sallam!"

Dan berakhirlah satu chapter unfaedah tanpa sebuah solusi.
Sekian terima kasih.
.
.
.

Tbc.

Hai semuaa!!
Gua dateng lagi dengan chapter kelanjutan kemaren. Kebetulan gua lagi ada ide dan sekarang libur panjang!!!

Huhuhu senangnya.

Gua bener bener gak nyangka kalo kelas 9 tuh bener bener sibuk. Bahkan gua sampai hampir writeblock gegara udah gak pernah nulis lagi.

Yaudah deh gitu aja :*
Jangan lupa vote!
Bye~













Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro