Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[3] Cat Merah

Di sana ada Lea dan Ana sedang menikmati canda di antara keduanya. Gian seketika berdiri mematung seraya menarik bibirnya tersenyum lembut dengan matanya tertuju ke arah mereka berdua.

Lea yang matanya tak sengaja menoleh ke arah Gian langsung menyadari keberadaan laki-laki berambut agak kecokelatan itu. Beberapa detik kemudian Lea tersenyum ramah menyapa Gian yang langsung terlihat gelisah. Jangankan membalas senyuman Lea, Gian malah salah tingkah dan refleks membuang muka.

"Sial, kenapa harus kepergok sih?" tanya Gian pada dirinya sendiri saat meneruskan perjalanannya dengan wajah malu.

--

[3] Cat Merah

BERUNTUNG bagi beberapa orang itu sesederhana tidak ada hujan di hari Sabtu. Beruntung bagi beberapa orang itu sesederhana langit terang benderang tanpa kelabu. Setidaknya, begitu lah yang dirasakan oleh ketiga siswa SMA Nusantara itu.

"Eh Ega! Nanti kalo lo mau ngasih gue umpan pake kode-kode dulu yah! Jangan kayak kemarin tiba-tiba tendang aja, taunya bola kena muka gue," ujar salah satu siswa SMA Nusantara yang sedang berdiri santai di balkon lantai dua.

"Hah? Ko-de?" Ega nampak berpikir. "Lo kira gue lagi pedekate sama lo apa pake kode-kode segala?" tanya Ega kemudian.

"Soalnya lo itu kalo main bola fokusnya sama bola doang, sama pemain lain suka kurang perhatian," jawab siswa tadi.

"Jadi, gue harus kasih perhatian lebih gitu sama lo?" tanya Ega dengan wajah polosnya. "Anjay, agak terdengar geli-geli gimanaaaa gitu ya gue barusan bilang perhatian lebih ke lo," tambah Ega begitu tersadar dengan perkataannya.

Gian yang sedari tadi mendengar obrolan dua temannya itu hanya tersenyum.

"Tapi gue setuju sih sama Arno. Ga, lo itu ... sebenernya jago main bola," ucap Gian sambil menyandarkan punggungnya ke pagar balkon. "Cuman, suka asik sendiri aja kayak jomblo." Gian menutup mulutnya dengan tangan kanan seraya tertawa kecil.

Sesederhana menikmati candaan-candaan seperti itu, ketiga teman sekelas tersebut saling tertawa. Tak ada hal yang paling pas untuk menyatukan obrolan ketiganya selain sepak bola. Tak hanya dikenal sebagai sesama anggota ekskul bola, ketiganya juga terkenal sebagai pemain andalan di kelas mereka--kelas XI IPA 5.

"Lo yakin nggak mau ikut tanding siang ini, Gi?" tanya Ega--siswa dengan kulit sawo matang yang gemar bicara.

Arno yang memiliki tubuh paling tinggi di antara ketiganya menjawab pertanyaan Ega untuk Gian. "Gian ada kumpul sama anak dekor pensi, Ga. Lo jangan ajarin anak orang buat kabur dari tanggung jawab lah."

Lagi-lagi Gian hanya tersenyum menanggapi obrolan kedua temannya itu.

"Emang agenda anak dekor ngapain sih sekarang?" tanya Ega penasaran.

Arno menjawab, "Bikin lampu-lampu buat suasana malem di hari H ntar."

"No, gue bingung sama lo deh. Gue tuh dari tadi nanya Gian, bukan nanya lo. Lo ini antara sok tau atau pengen ditanya sih?" cibir Ega disusul tawaan kecil Gian dan Arno. "Lagian lo tau dari mana coba info-info anak dekor? Setau gue lo bukan tipe anak yang suka peduli panitia beginian deh."

"Ga, yang penting kan lo dapet jawabannya. Mau tau dari gue kek, dari Gian kek, dari pak Subaya kek. Kan nggak penting." Arno menepis cibiran Ega.

"Gian!" panggil seorang perempuan dari bawah mengusik perbicangan tiga sekawan itu.

Gian yang kebetulan berada paling pinggir dari kedua temannya yang lain itu menoleh. Dia mendapati Ana sedang melambai-lambaikan tangan ke arahnya. Ana kemudian menarik-narik lengan Lea yang ada di samping Ana. Gian menduga, Ana memberi tahu Lea bahwa ada dirinya di balkon ini.

Gian tersenyum seraya mengangkat satu tangan kanannya--membalas lambaian tangan Ana.

"Giaaan, kumpul yuk." Ana tersenyum ramah sambil melayangkan tangannya memanggil-manggil Gian agar turun.

Lea ikut tersenyum lalu berteriak, "Iya Gi, yuk bareng ke tempat anak dekor ngumpul. Kayaknya yang lain udah pada siap-siap deh."

Arno dan Ega--yang sedari tadi terhalang Gian--ikut mendekati balkon. "Wah Gian gaya banget ya dijemput dua cewek. Satu bidadari cantik, sepupu gue. Satunya lagi bocah cerewet kayak bebek," celetuk Ega.

"Hah? Lo ngatain gueee?!" Ana merengut.

Gian, Lea, maupun Arno sudah tertawa kecil melihat benih-benih pertengkaran di antara Ana dan Ega--seperti biasanya. Bukan rahasia umum lagi kalau Ana dan Ega memang sering tak akur seperti kucing dan anjing. Perilaku keduanya selalu membuat orang lain menganggap mereka kekanakan seperti murid sekolah dasar.

.

.

--

Selasar aula olahraga yang menghadap ke lapangan bola penuh dengan barang-barang keperluan dekorasi. Belasan siswa maupun siswi panitia dekorasi pensi sudah menempati tempat duduk nyamannya di lantai dan sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Beberapa ada yang sedang merakit lampu-lampu, beberapa juga ada yang sedang mengecat ini-itu.

"Gi, lo kemarin kok batal ikut olimpiade matematika?" tanya Lea di sela pekerjaan mereka.

Gian yang duduk di antara Ana dan Lea sedang serius mengecat alas lampu dengan cat warna merah. "Iya Le, gue waktu itu malah sibuk latihan bola. Sehari setelah olimpiade itu ekskul gue ada tanding sama SMA Nusa Bangsa."

Lea mengambil satu tutup lampu yang bersih dan mulai mengoleskan cat warna merah . "Hoo. Lo itu lebih suka main bola ya dibanding ikut lomba mata pelajaran?" tanya Lea.

"Gue suka belajar. Gue juga suka main bola. Tapi dibanding belajar, gue seringnya lebih milih main bola," ujar laki-laki berkulit cukup putih itu sambil cengengesan.

Lea tersenyum kecil dengan jawaban Gian.

"Gue nonton loh pas kalian waktu itu tanding!" seru Ana tiba-tiba.

Gian menoleh ke arah Ana yang sedang mengipas-ngipas satu tempat lampu yang baru saja selesai dia warnai--juga dengan warna merah. "Iya gue liat lo waktu itu. Lo kan duduk paling depan dan kasih semangat kita terus," ucap Gian sambil tersenyum.

Ana terkekeh. "Iya dong! Gue kan nggak kayak Lea yang nggak suka sama bola."

Gian menoleh ke arah Lea. "Le, lo nggak suka bola?" tanya Gian penasaran.

"Dibilang nggak suka juga, nggak sih. Cuman dibilang suka, nggak juga." Lea cengengesan. "Biasa aja sih gue."

"Tapi waktu itu lo nggak nemenin gue nonton mereka tanding, Le." Ana mengambil tempat lampu yang baru untuk kemudian diwarnai seperti lampu sebelumnya.

"Lo lupa? Gue kan demam An waktu itu," jawab Lea menekuk bibirnya.

"Eh? Lo demam Le?" sela Gian.

Lea mengangguk disusul oleh anggukan juga oleh Gian.

GOOOL!

Terdengar sorak sorai kebahagian dari arah lapangan. Pada detik yang sama, Lea, Gian, serta Ana fokusnya teralihkan mencari tahu apa yang telah terjadi di sana. Ternyata baru saja Arno memasukan bola ke gawang milik kelas XI IPA 4.

"Waaah! Arno ngegol gawang kelas gueee," ujar Ana histeris disertai tawaan.

Gian tersenyum. "Yes, kelas gue unggul."

"Sekarang satu-nol buat kelas lo yah?" tanya Ana.

"Yup," jawab Gian dengan cengiran pada wajahnya.

"Siaaal," ujar Ana.

Gian tersenyum. "Bener ya, di sini cuma Ana yang histeris sama bola. Kalian nempel terus tapi nggak sama persis hobinya."

Lea menyadari Gian menyindir dirinya. "Gue sama Ana banyak kok perbedaannya. Ana itu supel, sedangkan gue lebih pendiem."

"Lo nggak pendiem juga sih Le," sela Ana. "Lea itu cuma kalem, kayak lo Gi."

Gian mengangguk-angguk sambil tersenyum.

"Kalau dipikir-pikir, gue sama Lea itu masing-masing punya kesamaan ya sama lo, Gi."

"Kesamaan?" tanya Gian.

Ana tersenyum. "Lea sama lo itu sama-sama pinter dan kalem. Sedangkan gue sama lo sama-sama suka bola."

Mendengar pernyataan tersebut, diam-diam Gian tersenyum sipu. Senyuman lembut yang berbeda dari senyuman biasa pada umumnya.

"Eh Gi, lo lucu deh," celetuk Ana tiba-tiba kemudian mengoleskan cat di tangannya ke pipi Gian. Ana tertawa dengan kejahilan dirinya sendiri.

"Aish, Ana." Gian menekuk bibirnya. Beberapa detik kemudian ia mengoleskan cat merah di tangannya ke pipi Lea. "Nih, Le. Buat lo."

"Heee? Kok gueee?" tanya Lea terkaget. "Coret Ana juga dong, Giii."

Gian langsung mengoleskan cat merah pada pipi Ana. Kemudian, ketiganya kini sibuk saling mencoret satu-sama lain sambil tertawa bersama.

---------------

Anny's note: Kira-kira nanti konfliknya apa ya? XD Okay, kalau ada yang suka silakan kasih vote. Ada yang mau ngasih sepatah, dua patah, atau patah-patah(apacoba) kata juga boleh kok tinggalin aja di kolom komentar =)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro