
32 ⚘ The End of All Suffering
•
•
•
Hening.
Sepi dan senyap adalah suasana yang tepat untuk menggambarkan Istana Veroxz saat Fioletta sampai di sana menjelang matahari terbenam. Manik aquamarine-nya menoleh ke arah Frost yang tengah menuntun Davy ke kandang kuda. Lantas beralih ke arah si kecil Frasco yang tampak terperangah begitu melihat keindahan istana dan musim dingin yang tak pernah lepas dari identitas Kerajaan Veroxz tersebut.
Fioletta berjongkok dan menyamakan tinggi badannya dengan Frasco, lalu merapatkan mantel yang dipakai oleh sang putra karena udara Veroxz yang semakin dingin saat menjelang malam. "Dingin, ya?" tanya Fioletta sembari mengulas senyum.
Frasco mengangguk kecil, ia menatap kulit tangannya yang terlihat memucat karena udara dingin. "Di Moran tidak ada salju," kata Frasco yang kini sudah menengadahkan kedua tangannya untuk menangkap salju-salju yang turun dari atas langit. Lantas menatap tepat pada sang ibu dengan binar antusias yang tampak jelas di manik biru kristalnya.
"Tentu saja. Hanya Veroxz saja yang memiliki salju di daratan ini, sayang. Sebab ciri khas kerajaan ini memang ada pada salju dan musim dinginnya." Fioletta menjelaskannya dengan sangat lugas. Lalu menggandeng tangan kecil Frasco saat melihat eksistensi Frost Verriz yang berjalan menghampiri mereka.
"Kita masuk sekarang?" tanya sang raja tanpa melepas pandangan dari wajah ayu istrinya.
Fioletta mengangguk penuh kesungguhan. Sudah tidak ada lagi keraguan di mata aquamarine milik sang ratu. Ia sudah siap menghadapi segala hal yang akan terjadi begitu ia memasuki istana ini setelah lama tak kembali. Matahari yang tenggelam di ufuk Barat menjadi saksi, bahwa era baru akan dimulai setelah kembalinya sang ratu dan fakta akan keberadaan sang pewaris.
Frasco Verriz.
Frost memimpin jalan menuju gerbang besar yang melindungi istana megah dengan interior serba putih tersebut. Lalu dengan isyarat tangan, ia memerintahkan dua penjaga di sana untuk membuka gerbang. Ekspresi terkejut dari kedua penjaga itu bisa Frost lihat dengan jelas saat ia membawa Fioletta dan seorang bocah laki-laki yang tidak lain adalah putranya.
Pewarisnya di masa depan.
"Katakan pada Morris dan seluruh warga istana, bahwa Ratu mereka telah kembali ke singgasananya."
Perintah itu terdengar bagai gema yang frekuensi getarannya menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru istana. Banyak pelayan dan prajurit yang tadinya sudah berada di kamar masing-masing untuk beristirahat, kini sudah berjejer rapi di sepanjang koridor istana untuk menyambut kedatangan ratu mereka dengan tangis bahagia.
Bahkan Fioletta sendiri dibuat terkejut saat beberapa pelayan yang dulu sempat ikut merundungnya itu langsung berlutut dan bersujud di depannya dengan isak tangis penyesalan yang teramat dalam.
"Yang Mulia Ratu, tolong maafkan kami. Kami sudah sangat jahat pada Anda."
"Tolong hukum kami, Yang Mulia Ratu. Kami akan menerima hukuman apapun yang Anda berikan."
"Yang Mulia Ratu! Kami benar-benar merasa bersalah dan menyesal karena telah bersikap begitu buruk pada Anda. Tolong maafkan kami!"
Fioletta memundurkan langkahnya dengan manik aquamarine yang sudah berkaca-kaca. Perkataan mereka sepertinya berhasil membuka luka lama Fioletta. Kenangan buruk yang benar-benar ingin ia hapus dari ingatan, seandainya itu bisa dilakukan.
Namun usapan lembut yang Frost berikan pada lengannya yang terbuka membuat Fioletta jadi rileks dan dengan cepat berhasil menguasai dirinya. Fioletta mengulas senyum manis dan meminta beberapa pelayan itu agar kembali berdiri.
"Tidak apa-apa, kok. Jauh sebelum kalian meminta maaf, aku sudah memaafkan kalian."
Hei! Sebenarnya terbuat dari apa hati milik ratu kita yang satu ini?! Padahal sudah dicaci-maki, digunjing sana-sini, tapi Fioletta masih mau memaafkan mereka? Benar-benar di luar dugaan.
Memang. Fioletta sudah memaafkan mereka. Akan tetapi, apakah luka yang sudah ditorehkan itu bisa sembuh dengan mudah? Maka 'tidak' adalah jawabannya. Luka yang sudah ditorehkan dengan sangat amat dalam itu tidak bisa disembuhkan. Meski sang pelaku sudah meminta maaf berkali-kali pun, luka itu akan tetap terbuka dan menganga. Luka itu akan tetap melekat dalam ingatan Fioletta.
Fioletta ... sang ratu terbuang.
Julukan yang Fioletta berikan untuk dirinya sendiri itu akan tetap melekat pada memori otaknya. Tersimpan rapat di sudut terdalam laci memori yang berisi banyak kenangan buruk di dalamnya. Kenangan yang berhasil membuat ia hampir gila jika tidak ada Madame Nessa dan Frasco di sisinya kala itu.
Karena percaya atau tidak, kenangan buruk di Istana Veroxz pada tujuh tahun silam berhasil menjadi memori terburuk dalam hidup Fioletta. Kenangan buruk yang ingin ia lupakan, tapi tak kunjung bisa. Kenangan buruk yang sempat membuatnya mengalami trauma.
"Meskipun tindakan dan sikap kalian terhadapku benar-benar menyakitkan, tapi aku juga tidak mau menyimpan dendam. Aku kembali bukan untuk diriku sendiri, tapi untuk kerajaan ini."
"Frost berkata padaku, bahwa Veroxz membutuhkan ratunya. Maka aku, Fioletta Verriz, dengan kesadaran diri akan kembali mengisi posisi ratu yang sudah tujuh tahun lamanya dibiarkan kosong."
"Akan aku pastikan, bahwa era baru untuk Veroxz akan hadir setelah ini. Aku dan Frost akan bersama-sama membangun kerajaan ini. Itu pun jika Anda bersedia, Yang Mulia."
Fioletta menatap manik sebiru kristal milik Frost dengan kobaran penuh semangat dan tekad yang kuat.
Melihat itu, sudut bibir Frost seketika terangkat dan kedua belah bibirnya mulai terbuka.
"Aku bersedia."
Itulah keputusan sang raja.
Keputusan yang menjadi tonggak utama untuk membangun kerajaan dan tanah air mereka.
Frasco Verriz menjadi saksi nyata akan bersatunya raja dengan ratunya setelah sekian lama.
Frasco Verriz menjadi saksi nyata akan kembalinya cinta dan kasih sayang yang sempat terpisah.
Aku senang saat semuanya berakhir dengan bahagia.
Ya. Begitulah katanya.
•
•
•
- ⚘ -: T A MA T :- ⚘ -
Yey! Finally!
( ≧∀≦)ノ
Setelah satu bulan ditulis, akhirnya nih cerita tamat juga, wkwk. Aku berterima kasih banget buat orang-orang yang sudah support aku untuk melanjutkan cerita ini.
Aku nyatakan, book kedua dari Le La Les Series berakhir di chapter ini.
Sekali lagi aku mau ngucapin banyak-banyak terima kasih sama kalian, terutama buat para readers tercinta♡
Tunggu aku hadir dengan karya baruku, ya! Xixi (*^^*)
See you!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro