28 ⚘ Fioletta's Final Decision
•
•
•
"Pulanglah ke Veroxz, Fioletta."
Bukan tanpa alasan kenapa Madame Nessa berkata demikian. Melihat bagaimana Frasco selalu bercerita tentang ayahnya membuat wanita tua itu jadi terenyuh. Anak itu sangat bahagia ketika membicarakan soal Frost padanya, dan Madame Nessa tidak bisa melihat Frasco harus terus berpisah dengan ayahnya. Anak itu masih membutuhkan sosok sang ayah, dan ia tidak ingin Fioletta menjadi egois karena rasa bencinya pada orang-orang yang berada di Istana Veroxz.
Karena bagaimanapun, semua itu sudah berlalu. Tidak seharusnya Fioletta terus terpaku pada kenangan menyakitkan tersebut. Terlebih lagi, Frost juga mengatakan kalau Veroxz sudah tidak seperti dulu. Yang selalu menelan informasi mentah-mentah dan menghakimi seseorang yang ternyata hanya korban.
Sejak kepergian Fioletta dari istana, banyak hal yang berubah. Frost juga tidak lagi terus terpaku pada pendapat petinggi istana, sekarang pria itu sudah bisa tegas pada mereka. Sudah bisa memilah dan memutuskan mana yang baik dan benar. Semuanya telah berubah.
"Kenapa Ibu berkata demikian? Apakah Ibu sudah tidak menginginkan kami tinggal di sini lagi bersama Ibu?" Fioletta bertanya dengan nada penuh kekecewaan mendalam. Ia kira, bercerita tentang Frost yang selalu mengajaknya pulang ke istana tersebut ia akan mendapatkan pembelaan dari sang madame. Nyatanya tidak. Beliau malah memintanya untuk pulang ke Istana Veroxz bersama Frost.
Madame Nessa tersenyum dan mengusap pucuk kepala Fioletta. "Coba lihat putramu."
Fioletta mengikuti arah pandang sang madame yang menatap eksistensi Frasco yang tengah bermain di halaman bersama kelinci kesayangannya.
"Dia adalah anak yang baik dan cerdas. Lantas, apakah kamu tega kalau terus memisahkan anak itu dari ayahnya?"
Bibir Fioletta terkatup rapat.
"Jangan egois, Fioletta. Frasco masih membutuhkan sosok ayahnya. Cobalah untuk berdamai dengan masa lalu, dan lihatlah masa depan yang menunggumu di sana. Frost masihlah suami sahmu. Kembalilah padanya, Nak. Sang Raja membutuhkan Ratunya."
Benar.
Semua yang dikatakan Madame Nessa memang benar.
Akan tetapi, kenapa?
Kenapa Fioletta merasa kalau ini semua sungguh tidak adil baginya?
Setelah semua yang terjadi, apakah ia harus benar-benar kembali? Setelah semua yang terjadi, apakah tatanan hidup yang telah direncanakannya akan berakhir sia-sia? Setelah semua yang terjadi, apakah benar-benar ada yang berubah dari mereka?
Ayolah. Sebelumnya ia hanyalah seorang ratu yang tidak diinginkan. Apakah setelah mereka tahu kalau ia tidak mandul dan memiliki anak dari Frost, mereka akan mengubah pandangan mereka terhadapnya? Bagaimana jika justru, kehadiran Frasco dipertanyakan oleh mereka?
Itu bisa saja terjadi, 'kan? Mengingat para warga istana selalu berasumsi seenak jidat mereka tanpa mau mencari tahu kebenarannya terlebih dulu.
Benar-benar memuakkan.
"Lantas aku harus bagaimana, Ibu? Aku benar-benar tidak siap jika harus kembali ke sana. Aku sudah nyaman berada di sini bersama kalian." Fioletta berujar dengan manik aquamarine yang mulai berkaca-kaca. Tentu saja ia tidak rela jika harus berpisah dengan teman-temannya. Ia bahkan baru setahun terakhir ini menggantikan sang madame untuk menjadi seorang muncikari di La Satire Cadence. Lalu apakah ia harus berpisah dengan mereka secepat ini? Ia tidak mau. Sungguh.
Lagi-lagi, Madame Nessa mengulas senyum. Tangannya yang semula berada di pucuk kepala Fioletta, kini turun dan menggenggam kedua telapak tangan wanita 25 tahun itu dengan erat. "Kamu masih bisa datang berkunjung ke sini kalau kamu mau, Fioletta. Tempat ini akan selalu terbuka untukmu, Nak. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Pulanglah ke istana. Bicarakan ini dengan baik pada Frost besok."
"Be-besok?" Fioletta membulatkan matanya. "Secepat itu?"
"Lebih cepat, lebih baik. Jangan buat pria baik seperti Frost menunggu. Meski aku belum pernah bicara empat mata dengannya, tapi aku tahu kalau dia benar-benar mencintaimu, Fioletta. Cobalah untuk percaya padanya."
Fioletta menghela napas, tatapan matanya melirik sekilas ke arah Frasco yang masih asik dengan kelincinya. Lantas kembali fokus pada Madame Nessa yang masih menatapnya dengan tatapan teduh wanita tua itu. "Baiklah, Ibu. Aku akan membicarakan ini pada Frost besok."
Senyuman sang madame kian melebar saat mendengar keputusan akhir yang diambil oleh Fioletta. Ada rasa sedih yang tiba-tiba menyusup saat sang madame membayangkan kalau Fioletta dan Frasco akan berpisah darinya sebentar lagi. Akan tetapi, rasa sedih itu masih kalah oleh perasaan bahagia dan lega yang Madame Nessa rasakan. Tujuh tahun sudah ia melihat bagaimana anak angkat dan cucunya itu hidup tanpa adanya sosok suami dan juga ayah di sisi mereka.
Miris.
Padahal sosok suami dan ayah mereka adalah seorang raja dari sebuah negara yang khas akan musim dinginnya. Tetapi istri dan anaknya malah tinggal di desa kecil seperti Riquèze.
Untung saja Madame Nessa adalah seorang janda kaya raya. Jadi ia tidak khawatir dengan kebutuhan pokok Frasco dan Fioletta. Terlebih bocah 6 tahun itu sangat suka mengoleksi topi dan cravat yang tentu saja ... sebagian besar uang untuk membeli kedua aksesoris itu adalah uang miliknya.
"Keputusan yang bagus, Fioletta. Segeralah bicarakan hal ini dengan Frost besok."
•
•
•
Makin hari makin nggak mood aja, tapi aku harus tetap konsisten untuk menamatkannya😭🙌🏻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro