26 ⚘ The Meaning of a Bond
•
•
•
Semesta sepertinya sangat mendukung digelarnya pertunjukan tari di La Satire Cadence pada malam itu. Langit cerah dan berbintang, angin malam yang tidak terlalu kencang, dan orang-orang yang datang begitu tertib dan tenang. Para tamu yang datang selalu diminta untuk menunjukkan barang bawaan mereka sebelum memasuki rumah bordil tersebut. Menghindari adanya penyusupan senjata api, pisau, atau barang-barang ilegal seperti obat-obatan terlarang.
Hanya pada malam pertunjukan seperti inilah, La Satire Cadence menyewa beberapa algojo untuk membantu menjaga keamanan selama berlangsungnya acara. Biasanya, Madame Nessa mendatangkan algojo-algojo itu dari Ibu Kota. Sebab di sana, sang pemilik La Satire Cadence itu juga memiliki cukup banyak relasi dengan pejabat-pejabat dan bangsawan tinggi.
Semua lentera dan lampu dinyalakan. Meja-meja dan kursi pertunjukan juga sudah terisi penuh. Beberapa mademoiselle bahkan sudah tampak sibuk di balik meja bar untuk melayani pesanan para tamu yang datang berkunjung.
Akan tetapi, panggung utamanya masih ditutup. Sebab pertunjukan tarinya akan dimulai pada pukul tujuh malam. Jadi untuk menghibur para tamu, Mlle Fern dan Mlle Mauve unjuk kebolehan mereka dalam menyanyi. Mlle Ruby dan Mlle Amber juga turut meramaikan dengan menunjukkan trik sulap mereka.
Sementara di sisi lain, tepatnya di penginapan belakang, Fioletta tengah merapikan dasi milik putra kecilnya yang sedikit miring. Kemudian di belakang si kecil Frasco, ada Frost Verriz yang menatap interaksi anak dan ibu itu dengan senyuman tertahan. Ia datang dengan setelan kemeja putih dan jas hitamnya. Jangan salah, meski berada di wilayah orang, Frost tidak pernah lupa membawa setelan resmi untuk berjaga-jaga.
"Yang Mulia ... saya titip Frasco."
Ucapan Fioletta membuat pria 27 tahun itu menoleh dan mengangguk samar di tengah remangnya penerangan. "Kau tenang saja. Frasco aman bersamaku," tutur Frost yang kini sudah berdiri di samping si kecil Frasco dan menggandeng tangan kanan bocah itu. Ada banyak makna tersirat di balik tatapan mata biru kristal milik Frost Verriz pada Fioletta ketika wanita itu memutuskan untuk menitipkan putra mereka padanya malam ini.
"Pertunjukannya tidak akan lama. Biasanya kami akan selesai pada tengah malam dan lanjut beres-beres pada keesokan harinya," ujar Fioletta sembari menggiring kedua laki-laki kesayangannya itu ke bangunan utama La Satire Cadence. "Nahh, untuk itulah kenapa saya minta tolong pada Anda." Fioletta menoleh sekilas pada Frost untuk meminta perhatian pria itu. "Tolong bawa Frasco menginap di tempat Anda jika seandainya pertunjukan itu belum selesai saat tengah malam. Besok dia masih harus belajar di rumah Ny. Helene."
Frost mengangguk mengerti. "Baiklah. Dia sepertinya juga tidak keberatan jika menginap bersamaku malam ini. Bukankah begitu, Frasco?" tanya Frost yang berhasil menarik eksistensi bocah kecil yang sedari tadi sibuk sendiri dengan topi di kepalanya tersebut.
"Tentu saja, Ayah. Ibu tidak perlu khawatir akan apapun." Frasco tersenyum lebar hingga menunjukkan deretan gigi susunya pada Fioletta. Bahkan jari kelingking bocah itu sudah terangkat ke atas, mengisyaratkan janji kelingking pada sang ibu. "Aku akan aman bersama Ayah. Aku janji."
Fioletta tersenyum teduh sebelum mendekat dan menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking milik putra kecilnya. "Selamat bersenang-senang bersama Ayah."
Lirih.
Fioletta berkata dengan sangat lirih.
Hampir seperti bisikan.
Akan tetapi, Frasco bisa mendengarnya walau samar-samar hingga kedua sudut bibir bocah 6 tahun itu terangkat ke atas. Manik biru kristalnya tampak berkilau karena pantulan cahaya bulan. Frasco memberikan tatapan teduhnya pada sang ibu, jari kelingking mereka masih bertaut, dan dengan satu dorongan niat, Frasco memberikan pelukan hangat pada sang ibunda.
"Aku percaya kalau Ibu dan Ayah akan kembali bersama."
• • ⚘ • •
Sudah hampir satu jam sejak Fioletta pergi meninggalkan Frost dan Frasco sendiri di pintu masuk La Satire Cadence karena ia memiliki banyak urusan yang harus diselesaikan sebelum terlaksanakannya acara puncak.
Semua pemain tampak sudah selesai dengan persiapan mereka di ruang rias. Mlle Ivory tampak cantik dengan gaun putih dan selendangnya. Sang penari utama itu tampak seperti bulan yang bersinar di kegelapan malam. Sementara Mlle Scarlet dan Mlle Celeste juga terlihat menawan dengan gaun putih bergradasi merah yang mereka pakai. Sebagai penari latar, mereka memiliki tujuan untuk menyempurnakan tarian dari sang penari utama. Kemudian Mlle Daisy dan Mlle Fuchsia juga sudah siap dengan flute dan violin mereka.
Fioletta berdiri di ambang pintu, menatap teduh pada sosok teman-teman yang selalu ada untuknya selama tujuh tahun terakhir. Jika tidak ada mereka, mungkin ia sudah gila karena hancurnya mental yang ia derita.
Ini rahasia.
Fioletta tidak pernah menceritakan trauma yang ia alami pada siapapun sejak ia dibully oleh warga Istana Veroxz. Bahkan pada Frost dan Frasco. Yang tahu hanya mereka; Madame Nessa dan para mademoiselle di La Satire Cadence.
Percayalah. Mereka para mademoiselle yang tengah berusaha menunjukkan penampilan terbaik mereka pada malam ini telah melalui pahitnya penderitaan hidup. Mereka para wanita selalu dipandang rendah. Hanya di sinilah mereka bisa menjadi sosok yang istimewa, meskipun harus menjajakan diri mereka.
Mereka tidak datang ke La Satire Cadence untuk menjual diri. Mereka datang untuk melarikan diri. Mereka datang dengan penuh kesadaran diri. Mereka datang untuk bertahan hidup sebagai wanita yang sudah tidak lagi diingini.
La Satire Cadence adalah saksi, bagaimana para wanita itu bisa kembali menemukan jati diri ketika mereka hendak mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
•
•
•
Aku nulis bagian kedua part ini sambil nangis masa. Nyesek aja gitu. Mana lagu yang kuputar pas nulis bagian itu juga lagu sedih. Makin-makin deh😭💔
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro