23 ⚘ Preparing to Go Home
•
•
•
Usai menyelesaikan urusannya dengan Raja Moran IV, Frost dan Fioletta tidak langsung pulang. Melainkan mereka menginap semalam di Istana Moran. Jika mereka pulang saat itu juga tidak mungkin. Selain karena perjalanannya yang cukup jauh, malam juga semakin larut. Jadi dengan kesadaran dan kemampuan diri, kedua sejoli itu memutuskan untuk menginap.
Fioletta sendiri tidak merasa khawatir. Sebab sebelum pergi bersama Frost, ia sudah memberitahu Madame Nessa bahwa ia akan pergi ke Istana Moran pada sore itu. Ia juga berkata, kalau ada kemungkinan ia akan menginap di Istana Moran jika tidak memungkinkan untuk pulang di hari itu juga. Meskipun ia tidak memberitahu tentang kepergiannya bersama Frost pada sang putra secara langsung, tapi Fioletta yakin, pasti Madame Nessa sudah memberitahu Frasco tentang ini.
"Apa yang kamu pikirkan?"
Sekarang yang menjadi masalah Fioletta adalah ini. Keberadaan dirinya dan Frost dalam satu kamar.
"Tidak ada." Fioletta tersenyum kikuk sebelum menjawab pertanyaan Frost barusan. "Saya hanya sedang berpikir, bagaimana cara kita membagi tempat tidur?" cicit Fioletta dengan suara yang begitu pelan. Jika Frost tidak memiliki pendengaran yang tajam, mungkin ia tidak akan mendengar apa yang Fioletta katakan dengan suara sepelan embusan angin itu.
"Kamu tidak perlu khawatir. Aku akan tidur di sofa." Frost menunjuk sofa panjang yang berada di sisi kanan ruangan. Sofa hitam yang cukup besar, bahkan muat untuk dua orang.
"Apakah tidak apa-apa?"
Frost mengangguk yakin. "Tidak apa-apa, atau kamu mau aku tidur satu ranjang denganmu?" tanya Frost kemudian dengan kerlingan jahil yang berhasil membuat Fioletta malu dan salah tingkah.
"Te-tentu saja tidak! Ya sudah. Anda tidur di sofa saja, Yang Mulia." Fioletta buru-buru naik ke atas ranjang dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Frost yang melihat tingkah malu-malu dari istrinya itu sampai dibuat terkekeh geli di tempatnya. Pria 27 tahun itu pun segera berjalan menuju sofa setelah sebelumnya mengambil satu selimut yang berada di dalam lemari kayu di pojok Tenggara ruangan. Bagi Frost, kenyamanan Fioletta adalah prioritasnya sekarang. Ia tidak akan memaksakan keinginannya jika itu memang bisa membuat sang istri tidak nyaman.
Meski jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam, Frost rindu berbagi kehangatan yang sama di tempat tidur bersama Fioletta. Ia rindu memeluk pinggang istrinya ketika tidur. Ia juga rindu mendengar lantunan lagu yang biasa dinyanyikan Fioletta untuknya saat sebelum tidur. Karena percaya atau tidak, Frost hanya akan menunjukkan sisi manjanya pada Fioletta seorang.
Tujuh tahun.
Tujuh tahun lamanya ia tidak bisa tidur dengan nyenyak sejak kepergian Fioletta dari istana. Ranjang yang dulunya hangat, kini terasa dingin bagi Frost Verriz. Bahkan selimut tebal dari bulu domba yang selalu disiapkan oleh pelayan istana tak bisa membuat Frost merasakan kehangatan dalam tidurnya.
Ada banyak hal yang berubah sejak kepergian sang ratu.
Frost menatap sosok Fioletta yang masih bergelung dalam selimut dengan tatapan teduh. Padahal Fioletta berada sedekat ini, tapi ia merasa kalau wanita itu sulit sekali untuk ia gapai.
"Apa yang harus kulakukan agar kamu bersedia pulang bersamaku, Fioletta?"
• • ⚘ • •
Mentari pagi itu cukup terik. Fioletta sudah bersiap-siap di depan cermin dengan riasan sederhananya. Gaun biru tua yang semalam ia pakai, kini sudah ia lipat rapi dan memasukkannya ke dalam tas kain yang ia minta dari salah seorang pelayan. Ia memang tidak membawa baju ganti, tapi Panglima Alastair berbaik hati dengan memberikannya gaun berwarna hijau rumput sederhana milik mendiang ibunya. Yang artinya juga mendiang ibu dari Raja Moran IV.
Sementara Frost juga demikian. Pria itu mengganti pakaiannya dengan pakaian pemberian Panglima Alastair. Untung saja tinggi dan bentuk tubuh keduanya sama. Jadi pakaian milik Panglima Alastair sangat pas di tubuh Frost.
Fioletta dan Frost akan pulang sebentar lagi. Mumpung hari masih pagi, jadi kemungkinan mereka akan sampai di Riquèze saat siang hari. Belum lagi Fioletta yang harus mampir ke pasar dulu untuk membelikan topi dan cravat pesanan Frasco. Karena percaya atau tidak, bocah 6 tahun itu pasti akan marah jika sang ibu melanggar janji dan melupakan pesanannya. Terlebih kali ini, Fioletta sendiri yang menawarkan.
Tok! Tok! Tok!
"Fioletta! Apakah kamu sudah selesai?"
Ketukan pintu dan seruan Frost setelahnya membuat wanita dengan gaun hijau rumput itu buru-buru menyelesaikan riasannya. "Sebentar lagi!" balas Fioletta sembari memasang pewarna bibir sebagai sentuhan akhir.
"Cepatlah! Panglima Alastair dan Yang Mulia Raja sudah menunggu kita di halaman depan!"
"Ya! Aku sudah selesai!" seru Fioletta sambil menatap pantulan dirinya dalam cermin.
Setelah memastikan penampilannya sempurna, wanita 25 tahun itu pun bergegas keluar dari kamar tamu istana dan mendapati Frost yang ternyata menunggunya di depan pintu.
"Sudah selesai?" tanya Raja Veroxz tersebut dengan mata biru yang tak lepas memerhatikan penampilan wanita di depannya. Harus Frost akui, Fioletta tampak menawan dengan gaun hijau tersebut.
Fioletta mengangguk disertai sedikit rona merah yang menjalari pipinya. Tatapan lekat Frost membuat ia jadi salah tingkah. Rasanya aneh. Padahal ini bukan pertama kalinya Frost menatap penampilannya dengan pandangan memuja seperti ini, tapi tetap saja, Fioletta selalu salah tingkah dibuatnya.
"Kamu cantik."
Blush!
Siapapun tolong Fioletta dari makhluk tampan yang selalu berhasil membuatnya merasa malu dan salah tingkah seperti Frost Verriz!
"A-ah, benarkah? Terima kasih, Yang Mulia." Fioletta tersenyum tipis dan buru-buru berjalan mendahului Frost untuk menyembunyikan wajah meronanya.
"A-ayo, Yang Mulia! Kita harus bergegas!"
Frost terkekeh dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah malu-malu sang ratu. Menjadi suami Fioletta membuat ia sudah hafal dengan gerak-gerik dan sikap sang ratu saat sedang merasa malu atau salah tingkah. Contohnya seperti yang terjadi barusan. Ratu Fioletta akan langsung mengalihkan topik dan mempercepat langkah kakinya mendahului Frost ketika mereka sedang jalan bersama.
Sama seperti yang terjadi sekarang.
Di mana Frost hanya bisa mengulas senyum saat melihat bagaimana Fioletta yang terus mempercepat langkah kakinya. Bahkan wanita itu hampir tersandung jika saja Frost tidak bergerak cepat dan menegur kecerobohan Fioletta setelahnya.
"Hati-hati, Fioletta!"
"Kamu hampir terjatuh!"
•
•
•
Part ini edisi ngebut pake banget, sih. Jadi maaf kalau isinya amburadul, wkwk🤣🤣🤣
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro