15 ⚘ Second Mission : Approach & Disguise
•
•
•
Sebenarnya apa yang terjadi di dalam sana?
Pertanyaan itu terus saja berputar bagai kaset rusak di kepala sang raja. Ingin sekali rasanya Frost menerobos dan masuk ke dalam sana untuk mengetahui apa yang terjadi. Akan tetapi, ia tidak boleh bertindak gegabah. Lagipula, ia juga belum tahu pasti di mana keberadaan Fioletta sekarang.
Manik biru Frost mengedar ke seluruh penjuru area lantai satu La Satire Cadence. Tidak terlalu banyak pengunjung yang datang di awal pekan seperti ini. Hanya ada beberapa pengunjung yang tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing. Menuangkan anggur merah ke dalam gelas, membaca koran harian, dan bermain kartu. Hanya itu segelintir aktivitas pengunjung yang bisa ditangkap oleh mata biru kristal milik Frost.
Sementara untuk para pekerja La Satire Cadence yang identik dengan gaun sederhana mereka, hanya terlihat dua sampai tiga orang saja yang bisa ditangkap oleh Frost di area lantai satu. Juga entah berapa orang yang berada di dalam lorong di balik meja bar itu.
Kling!
Suara lonceng yang berbunyi ketika pintu utama dibuka membuat Frost mau tidak mau mengalihkan pandangan. Sosok wanita bertopeng rubah putih yang sedari tadi ia cari-cari muncul bersama seorang bocah laki-laki bernetra biru kristal di belakangnya.
Bukannya dia Frasco?
Frost memerhatikan bagaimana bocah laki-laki itu menyapa semua mademoiselle di sana dengan senyuman manis yang membuat Frost mau tak mau jadi ikut mengangkat kedua sudut bibirnya.
"Wahh! Tumben sekali Tuan Muda kita ini berkunjung, hm? Biasanya kamu tidak pernah mau jika Mlle Fern ajak kemari, Frasco."
"Mlle Fern, aku hanya ingin ikut Ibu bekerja hari ini. Tidak akan jadi masalah kalau aku berada di sini 'kan, Ibu?"
Ibu?
Frasco dan Fioletta adalah ibu dan anak?
Mungkinkah Frasco adalah darah dagingku?
Frost mengepalkan tangannya di atas meja. Secangkir kopi yang ia pesan mulai mendingin, dan Frost hanya menatap cairan hitam itu dengan perasaan yang sulit diartikan.
Jika Frasco memang benar putraku ... berarti Fioletta tidak mandul, 'kan?
Jangan tanya kenapa Frost bisa begitu yakin jika Frasco adalah putranya. Fisik mereka begitu mirip, dan dari percakapan singkat mereka saat di hutan waktu itu, Frost juga merasakan perasaan nyaman yang berbeda jika berada di dekat bocah laki-laki berusia 6 tahun tersebut.
Akan tetapi, ada rasa sesak yang tiba-tiba menyusup masuk saat Frost teringat bahwa saat dalam kondisi hamil hingga sekarang pun, Fioletta tidak pernah mencari dirinya. Bahkan untuk sekadar memberitahunya bahwa mereka memiliki seorang putra pun tidak. Apakah Fioletta benar-benar tidak bisa memaafkannya? Tidak adakah kesempatan kedua?
"Ah! Mademoiselle Violet! Untunglah Anda datang!"
Seruan itu membuat perhatian Frost kembali ke arah Fioletta dan Frasco yang kini sudah bergabung dengan mademoiselle lainnya di dekat meja bar. Dari sudut tempatnya duduk, Frost bisa melihat tatapan cemas semua mademoiselle yang ditunjukkan pada Fioletta, juga tatapan bingung yang dilayangkan Frasco pada orang-orang di sekitarnya.
"Ada apa? Kenapa kalian tampak cemas?" tanya Fioletta.
"Di dalam sana ada seorang klien yang katanya berasal dari Keluarga Moran, dan beliau ingin menyewa jasa Anda!" ujar seorang mademoiselle dengan mata sipit dan surai hitamnya yang khas.
"Aku?" Fioletta menunjuk dirinya sendiri dengan raut kebingungan. "Tapi kan aku-"
"Benar! Anda adalah muncikari di sini, dan bagaimana mungkin kami membiarkan klien itu menyewa Anda?! Tidak akan pernah!" Mlle Fern berucap dengan berapi-api. Mademoiselle bergaun hijau muda dengan pernak-pernik berukiran daun itu tampak kesal sekarang.
"Memangnya siapa? Biarkan aku menemuinya."
Mlle Fern menghela napas. "Mlle Mauve dan Mlle Ivory sedang bersama klien itu di dalam sana." Mlle Fern menunjuk lorong gelap di balik meja bar. "Entah apakah mereka berhasil membujuk klien tersebut dengan menawarkan jasa mademoiselle yang lain atau tidak."
"Aku akan bicara padanya," tutur wanita dengan topeng rubah putih tersebut seraya berjongkok untuk menyamakan tinggi tubuhnya dengan sang putra. "Kamu di sini dulu bersama Mlle Fern ya, Frasco. Ibu tidak akan lama. Oke?"
Frasco mengangguk patuh. "Iya, Ibu. Kalau orang itu macam-macam pada Ibu, teriak dan panggil namaku, ya! Nanti aku akan datang membawa bala bantuan," ujar si kecil Frasco dengan ekspresi penuh keseriusan yang terpancar dari wajah tampannya.
Mlle Fern dan Fioletta jelas dibuat terkekeh geli karena perkataan bocah laki-laki itu. Bahkan Frost yang juga mendengar perkataan Frasco dari sudut meja bar sampai dibuat tersenyum bangga karenanya.
"Tenang saja, sayang. Orang itu tidak akan berani macam-macam pada Ibu."
"Baiklah, Ibu. Hati-hati, ya!"
Fioletta mengangguk sembari mengulas senyum di balik topeng rubah putihnya. Dalam hati, ia bersyukur karena memiliki putra yang pemberani seperti Frasco. Ia berjanji akan menjaga dan membesarkan putra semata wayangnya dengan baik. Dengan atau tanpa kehadiran sosok suami.
Usai menitipkan Frasco pada Mlle Fern, Frost bisa melihat Fioletta mulai berjalan memasuki lorong gelap tersebut. Perasaannya jadi tak tenang saat sosok sang ratu sudah menghilang dari pandangan. Manik sebiru kristal Frost terus terpaku pada lorong tersebut.
Cukup lama.
Cukup lama bagi Frost untuk memutuskan apakah ia akan pergi dan menyusul Fioletta ke dalam sana guna mengetahui apa yang terjadi. Namun rasa ragunya terkalahkan oleh rasa penasaran dan gundah yang ia rasakan.
Frost Verriz pun beranjak berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah lorong gelap di balik meja bar tersebut tanpa diketahui oleh siapapun.
Tanpa disadari oleh siapapun kecuali manik sebiru kristal milik bocah laki-laki enam tahun yang kini ikut beranjak pergi ke dalam lorong mengikuti langkah pria misterius dengan jubah biru gelap tersebut.
Sebenarnya apa yang terjadi?
Siapa orang itu?
Dua suara hati yang berucap secara bersamaan menjadi akhir dari kisah dalam bagian ini.
•
•
•
Huaaa, akhirnya kelar juga part ini. Makin deg-degan nggak, sih?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro