08 ⚘ The Queen in Disguise
•
•
•
Tidak.
Itu mustahil, bukan?
Bagaimana mungkin Fioletta menjadi seorang muncikari?
"Yang Mulia ... saya sangat yakin kalau dia adalah Ratu Fioletta, tapi kalau Anda tidak mau memercayai saya juga tidak masalah. Saya permisi." Morris segera menjauh dari pintu kamar penginapan sang raja. Percuma saja, pikirnya. Selain keras kepala, sang raja sepertinya memang sangat kelelahan dan akan lebih baik kalau ia tidak mengganggunya sekarang.
Ceklek!
"Tunggu, Morris."
"Antarkan aku ke sana."
Diam-diam, sudut bibir Morris tertarik ke atas meski Raja Frost tidak bisa melihatnya karena posisinya yang membelakangi beliau. Akan tetapi Morris berharap, kalau penderitaan yang dialami oleh sang raja akan berakhir setelah sang ratu ditemukan.
• • ⚘ • •
"Mademoiselle Violet! Anda tahu, tidak? Tadi ada seorang pria yang menanyakan tentang dirimu, lohhh."
Wanita dengan gaun pastel yang masih melekat di tubuh rampingnya itu menatap pada Mlle Fuchsia yang baru saja berbicara. "Ohh, ya? Seperti apa dia?" Sudut bibir dari wanita bertopeng rubah putih itu terangkat saat melihat Mlle Fuchsia sudah mendudukkan diri di depannya dengan binar antusias yang terpancar jelas dari matanya.
Kedua mademoiselle itu tengah berada di balik meja bar. Mlle Fuchsia memang sengaja menggiring Mademoiselle Violet kemari karena ia ingin menceritakan tentang pria asing yang ia kira sedang tertarik pada sang muncikari tersebut. Setelah permasalahan Mlle Mauve dan Panglima Jordan yang berakhir dengan kekalahan sang panglima karena Mlle Mauve tetap tidak ingin kembali ke Firefall Kingdom, Mlle Fuchsia langsung menyeret sang muncikari agar ikut bersamanya.
"Dia memiliki potongan rambut yang panjang, kira-kira sebahu, tapi agak berantakan. Lalu warna matanya, abu-abu gelap. Dari gaya berpakaiannya yang menggunakan cravat, dia seperti seorang pejabat kerajaan-ah tidak. Dia lebih terlihat seperti orang kaku yang dipaksa menjadi juru bicara."
Fioletta mengangkat satu alisnya. Sedikitnya ia memang mengerti maksud dari perkataan Mlle Fuchsia, tapi selebihnya lagi tidak. Dibanding mademoiselle lainnya, Mlle Fuchsia adalah satu-satunya yang memiliki sudut pandang unik ketika menilai seseorang. Akan tetapi, sepertinya ia cukup familiar dengan ciri-ciri tersebut.
"Apakah dia memiliki garis luka samar di pipi kirinya?"
Mlle Fuchsia menjentikkan jarinya dan mengangguk. "Benar. Anda mengenalnya?"
"Tidak."
Desahan kecewa yang terdengar dari bibir Mlle Fuchsia setelahnya membuat Fioletta tanpa sadar terkekeh kecil.
"Aku memang tidak mengenalnya, Mlle Fuchsia."
Atau mungkin kenal.
Ciri-ciri pria yang dikatakan oleh Mlle Fuchsia mengingatkanku dengan Morris.
"Tidak masalah kalau Anda memang tidak mengenalnya, Mademoiselle. Akan tetapi, saya pikir dia memang tertarik dengan Anda." Mlle Fuchsia kembali berujar sembari meraih gelas kaca dan mengisinya dengan wine. Lalu menyodorkan gelas yang sudah terisi setengahnya itu ke depan wajah Fioletta.
"Anda tahu sendiri kalau saya tidak mungkin meminum wine ini dan membuka topeng saya di sini 'kan, Mlle Fuchsia?"
"Ah, benar juga. Saya hampir lupa." Mlle Fuchsia mengambil kembali gelas berisikan wine itu dan menggesernya ke arah kiri. Menjauhkan cairan merah itu dari tempat mereka berdua. "Jujur saja. Terkadang saya sedikit kesal dengan topeng yang Anda pakai."
Perkataan yang tiba-tiba itu membuat sudut manik aquamarine Fioletta melirik ke arah perempuan bergaun biru muda tersebut. "Kenapa?"
Mlle Fuchsia mengangkat kedua bahunya. "Entahlah. Rasanya menyebalkan saja di saat semua orang di sini sibuk memoles dan mempercantik diri, tapi Anda malah menutupi kecantikan Anda dengan topeng itu."
"Anda tahu sendiri kalau topeng ini bertujuan untuk menutupi identitas saya, bukan? Saya tidak bisa sembarangan menampakkan diri, Mlle Fuchsia."
"Saya tahu. Sangat tahu bahkan. Itulah kenapa saya merasa kesal dengan seseorang yang sudah membuat Anda sampai melakukan hal seperti ini."
Fioletta tersenyum. Ia menatap tangan Mlle Fuchsia yang tanpa sadar telah mengepal kuat di atas meja.
"Anda adalah seorang ratu yang saat ini seharusnya berada di istana dan memanjakan diri dengan banyaknya hidangan yang tersaji di atas meja. Berpangku kaki dan menonton pertunjukan yang disiapkan oleh para pelayan. Menghamburkan uang di pusat perbelanjaan dan sebagainya. Tetapi lihat sekarang, Anda malah berada di sini. Di antara kami yang sudah tidak suci ini."
"Sudah cukup, Mlle Fuchsia."
Bibir Mlle Fuchsia seketika terkatup rapat. Mademoiselle bergaun biru muda itu menghela napas dan menatap pada sosok sang muncikari dengan sendu. "Saya hanya merasa kalau Anda tidak pantas berada di tempat seperti ini. Terlebih Frasco. Tidakkah Anda kasihan dengan bocah itu? Dia seharusnya juga dibesarkan oleh sosok ayahnya."
"Saya sendirilah yang memilih jalan ini, Mlle Fuchsia. Tidak ada paksaan apalagi penyesalan. Saya justru senang karena bisa menjadi bagian dari kalian. Lalu soal Frasco, saya rasa ini adalah keputusan terbaik dengan tidak membiarkan anak itu tahu siapa ayahnya."
Srek!
Fioletta memundurkan kursi yang didudukinya dan berdiri. "Senang berbincang dengan Anda, tapi saya harus pulang dan menemani Frasco belajar sekarang."
"Mlle-" Belum sempat Mlle Fuchsia menyelesaikan kalimatnya, Mademoiselle Violet aka Ratu Fioletta itu telah berjalan cepat meninggalkan area meja bar menuju pintu keluar. Langkah kaki yang sedikit gusar itu membuat Mlle Fuchsia menatap sang muncikari dengan penasaran.
Sebenarnya apa yang terjadi?
• • ⚘ • •
Bukan tanpa alasan kenapa Fioletta memilih untuk cepat-cepat pergi dari sana. Karena meski sekilas, ia sempat bersitatap dengan manik sebiru kristal milik Frost Verriz di sudut ruangan. Entah sejak kapan suami yang telah membuangnya itu berada di sana.
Akan tetapi, jika Frost berada di sini ... berarti pria asing yang bertanya tentang dirinya pada Mlle Fuchsia itu benar-benar Morris?
Fioletta menggelengkan kepalanya dan cepat-cepat menaiki kuda kesayangannya dan memacu binatang itu dengan kecepatan di atas rata-rata. Bulan yang mulai menggantikan matahari di ufuk Barat sana tak membuat wanita dengan topeng rubah putih itu berhenti. Setidaknya sampai ...
"Fioletta Verriz! Jika itu memang dirimu, tolong berhenti!"
... Frost menyadari kepergiannya dari area bar La Satire Cadence dan mengejarnya saat ini.
Sial!
Aku harus bagaimana?!
•
•
•
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro