06 ⚘ Warlord of the Firefall Kingdom
•
•
•
Sungguh. Padahal Fioletta tidak ingin bekerja hari ini. Ia bahkan sudah pulang lebih awal dan baru saja mengistirahatkan dirinya setelah terlibat percakapan serius dengan Madame Nessa.
Akan tetapi, keberadaan Mlle Fern di rumah ini tidak bisa ia abaikan begitu saja. Apalagi Mlle Fern mengatakan kalau klien yang beberapa waktu lalu telah mereka usir kembali datang dan membawa banyak uang. Mlle Fern mengatakan kalau klien itu tetap ingin menyewa jasa Mlle Mauve dengan uang yang dia bawa. Ia tidak tahu kenapa klien tersebut begitu pantang menyerah untuk mendapatkan Mlle Mauve.
Drap! Drap! Drap!
Fioletta turun ke lantai bawah setelah berganti pakaian dan meraih topeng rubah putih miliknya. Manik aquamarine-nya menatap sosok Mlle Fern yang duduk di kursi ruang tamu dengan pandangan bertanya. "Apa yang terjadi? Kenapa klien itu datang lagi? Bukankah dia tidak memiliki cukup uang untuk menyewa jasa pekerja kita?"
Mlle Fern meringis saat mendengar rentetan pertanyaan yang diajukan sang muncikari. "Saya benar-benar tidak tahu, Mademoiselle. Padahal Anda juga tahu sendiri, 'kan? Kalau pria itu juga sempat menghina kita dengan bilang kalau kita adalah pelacur rendahan. Aku kira dia tidak akan datang lagi karena merasa kesal dan malu."
Fioletta memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening. Kasus seperti ini benar-benar baru pertama kali ia alami. Apa sebenarnya tujuan klien tersebut sehingga dia sangat memaksa ingin menyewa Mlle Mauve? Lalu dapat dari mana dia koin sebanyak itu hanya dalam waktu singkat? Mungkinkah selama ini, klien itu hanya menyamar sebagai orang miskin padahal sebenarnya kaya raya?
"Kita akan cari tahu sekarang, Mlle Fern. Entah apa tujuan orang itu, tapi yang jelas ... kita harus sangat berhati-hati."
Mlle Fern mengangguk dan mengikuti langkah sang muncikari yang sudah berjalan keluar lebih dulu. Selain dibuat kesal dan marah, ia juga dibuat penasaran dengan tujuan klien tersebut.
• • ⚘ • •
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Mademoiselle Violet dan Mlle Fern untuk menuju La Satire Cadence. Dengan jarak 2 km saja dari Desa Riquèze, keduanya sudah sampai di rumah bordil tempat mereka bekerja hanya dengan menunggangi seekor kuda. Ya, mereka berdua berada dalam satu kuda dengan Mademoiselle Violet yang memegang kendali sang kuda.
Pun ketika kedua mlle tersebut telah sampai, suasana tegang masih terasa di meja bar paling ujung tersebut. Mlle Mauve berdiri dengan ekspresi marah sembari berkacak pinggang. Sementara ada Mlle Ivory dan Mlle Daisy di samping kanan-kirinya, dan kedua mlle yang memiliki kerja sampingan sebagai penari utama dan pemain flute itu tampaknya juga sedang memberikan aura permusuhan yang sangat kental pada klien asing tersebut.
Mademoiselle Violet dan Mlle Fern pun bergegas ke tempat kejadian perkara untuk menengahi masalah tersebut.
"Permisi ... maaf mengganggu percakapan seru kalian, tapi saya datang sebagai penengah." Fioletta aka Mademoiselle Violet membungkukkan badannya guna memberi hormat begitu sampai di tempat kejadian perkara. Jangan lupakan senyum ramah yang senantiasa terukir di bibir semerah delima itu.
Akan tetapi, pancaran mata dibalik topeng rubah putih itu tidak bisa berbohong. Ada sedikit rasa kesal dan marah ketika Fioletta melihat wajah tanpa ekspresi pria asing di depannya. Lihatlah bagaimana kedua tangan besar itu bermain lempar-tangkap dengan kantung besar yang ia yakini berisi banyak sekali nominal koin Denier yang entah didapat dari mana. Jika dilihat dari gaya busana dan tutur kata yang cenderung kasar, Fioletta yakin kalau pria ini bukanlah dari kalangan atas.
Lantas kenapa?
"Ahh, Mademoiselle Violet! Akhirnya Anda datang juga!" Mlle Ivory dan Mlle Daisy tampak sumringah. Sementara Mlle Mauve masih mempertahankan ekspresi kesalnya di ujung sana.
"Ya. Mlle Fern yang menjemputku ke rumah." Fioletta menjawab jujur. "Jadi, apa tujuan Anda sebenarnya, Tuan?" tanya Fioletta yang tatapannya kini sudah mengarah kepada sang klien yang senantiasa duduk tenang sembari terkekeh pelan. Ia tidak suka berbasa-basi. Jadi ia bertanya langsung pada sang klien
"Aku masih tetap pada tujuan awalku. Aku ingin menyewa dia," ujarnya sembari menunjuk ke arah Mlle Mauve.
"Tapi aku tidak-"
Belum selesai Mlle Mauve menyelesaikan perkataannya, pria asing tersebut mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan meletakkan sebuah lencana kerajaan di atas meja. Semua tatapan Mademoiselle yang berada di sana spontan membulat sempurna.
"Maaf. Perkenalkan, saya adalah Panglima Jordan dari Firefall Kingdom. Saya diperintahkan untuk membawa kembali Mlle Mauve yang merupakan putri bungsu dari raja kami. Tuan Putri telah kabur dari istana selama tiga tahun ini."
Pengakuan dari pria asing tersebut jelas membuat semuanya terkejut. Semua tatapan kini mengarah pada Mlle Mauve. Mereka tidak menyangka kalau Mlle Mauve adalah putri bungsu dari Raja Firefall yang memang sempat dikabarkan menghilang dari istana pada tiga tahun silam. Selama ini, Mlle Mauve memang tidak pernah menceritakan dari mana asal-usulnya pada mereka. Mlle Mauve memilih bungkam, dan mereka juga tidak ingin memaksa apabila dia tidak ingin bercerita.
Namun siapa sangka jika Mlle Mauve adalah seorang putri raja? Terlepas dari penampilannya yang sangat sederhana, meski terkesan sombong.
"Benarkah apa yang dikatakan pria ini, Mlle Mauve?" Mademoiselle Violet bertanya dengan hati-hati.
Mlle Mauve mengangguk. "Ya. Sedari awal, aku memang sudah mengenal pria ini. Maka dari itu, aku menolak tegas ketika dia mengatakan kalau ingin menyewa jasaku dengan harga murah. Dari pada mengusirnya secara terang-terangan, aku memilih untuk membuat alur drama ini dengan harapan kalau dia akan menyerah ketika aku usir."
"Aku benar-benar tidak ingin kembali ke istana itu, Panglima Jordan." Mlle Mauve menatap pria yang merupakan panglima perang di kerajaannya itu dengan penuh penyesalan. "Katakan saja pada Ayah kalau beliau tidak perlu khawatir. Karena sesuai perintahnya, aku sudah menjajakan tubuhku dengan harga yang sangat mahal dan aku sudah memiliki banyak uang sekarang." Mlle Mauve yang saat itu memakai gaun berwarna merah maroon tersebut berkata dengan penuh penekanan.
Ya. Kalian tidak salah. Alasan kenapa Mlle Mauve memilih kabur dari Istana Firefall adalah karena perkataan sang ayah yang begitu melukainya. Kala itu, ia sempat terlibat perdebatan yang cukup sengit dengan ayahnya. Raja Firefall selalu mengatur kehidupan anak-anaknya, termasuk ia sang putri bungsu.
Mlle Mauve berniat dijodohkan dengan seorang pangeran yang dibencinya. Tentu saja sang putri tidak mau dan memilih memprotes keputusan sepihak ayahnya. Namun karena dikuasai amarah, Raja Firefall tanpa sadar mengucapkan kata-kata kasar yang membuat Mlle Mauve sakit hati dan kabur dari istana.
"Jadi maumu apa, Mauve?! Menjajakan tubuhmu dengan pria hidung belang di luar sana daripada menikahi Pangeran Dirga?!"
Itulah yang dikatakan Raja Firefall saat itu.
Di Firefall Kingdom, Putri Mauve memang seringkali datang ke bar dan club untuk bersenang-senang. Ia tidak peduli dengan status putri raja yang tersemat pada dirinya. Ia hanya ingin bebas seperti gadis remaja kebanyakan. Hal itulah yang memicu Raja Firefall untuk menjodohkan putri bungsunya dengan Pangeran Dirga. Seorang pangeran dari Darkesmind Kingdom yang memiliki tingkat kriminalitas tertinggi.
•
•
•
Kalo aku jadi Putri Mauve. Aku juga nggak bakal mau dijodohin, sih:")
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro