02 ⚘ The Horse's Misfortune
•
•
•
Pada waktu yang sama, seorang pria dengan netra biru kristalnya terlihat sibuk memasang pelana pada kuda jantan berwarna hitam yang berdiri angkuh di dekat pohon cemara. Pria yang diperkirakan berusia 27 tahun itu tampak gagah dengan setelan kemeja putih dan celana bahan miliknya. Jangan lupakan sebuah pedang yang tersampir apik di pinggang sang pria.
Frost Verriz adalah namanya.
Raja dari The Kingdom of Veroxz yang dikenal sebagai pejuang perang dan pembuat strategi yang andal itu tengah mempersiapkan perjalanan bersama sang juru bicara dan keempat prajuritnya menuju kerajaan yang khas dengan musim gugurnya, The Kingdom of Amer.
Bukan tanpa alasan kenapa Frost berkunjung ke tempat kelahiran dari mantan istri keduanya tersebut. Jangan terkejut. Frost memang sudah bercerai dari Brettavia tepat setelah Jericho de Croixer lahir.
Frost sudah mengetahui fakta bahwasannya anak yang dikandung Bretta bukanlah darah dagingnya, melainkan anak dari Jeremy Croixer yang merupakan pangeran mahkota The Kingdom of Croix sekaligus seorang kapten bajak laut yang berlayar di Perairan Barat.
Ia juga sudah mengetahui fakta bahwasannya bukan Fioletta pelaku yang memasukkan racun pada teh hijau milik Bretta tujuh tahun silam, dan selama itu pula, Frost menyesal telah mengusir Fioletta dari istana hidupnya.
Sudah sekian tempat ia datangi untuk mencari keberadaan sang istri. Namun meski waktu telah berlalu selama tujuh tahun ini, ia tak juga menemukan keberadaan Fioletta Verriz.
Apakah dia makan dengan baik? Bagaimana dan di mana dia tidur? Bisakah dia melakukan semua hal seorang diri tanpa dibantu oleh pelayan?
Dalam lubuk hatinya, Frost terus merasa cemas dan khawatir. Ia selalu berdoa pada Tuhan untuk keselamatan Fioletta. Beribu kata maaf yang terucap rasanya tidak akan bisa mengembalikan sosok sang ratu padanya. Ia menyesal. Sangat menyesal. Jika saja waktu bisa diputar ulang, ia tidak akan bertindak gegabah dan menutup mulut para petinggi kerajaan dengan tegas.
Ya, benar. Karena sikap tidak tegasnya sebagai seorang rajalah yang membuat Fioletta pergi.
Puk!
"Yang Mulia, Anda baik-baik saja?" Morris, sang juru bicara itu bertanya setelah mendaratkan tepukan ringan pada bahu Frost yang berhasil membuat sang raja kembali dari lamunan sesaatnya. "Kuda kami sudah siap, dan kami menunggu perintah Anda untuk berangkat," tutur Morris sembari mengalihkan tatapan pada keempat prajurit yang turut serta dalam perjalanan menuju Amer.
"Aku baik-baik saja, Morris. Mari kita berangkat sekarang," ujar Frost yang kini sudah bersiap menaiki punggung sang kuda kesayangan.
Morris yang mendengar perintah sang raja hanya mengangguk. Lalu mengkode keempat teman prajuritnya dengan gerakan tangan agar segera berangkat dan mengikuti langkah kuda sang raja yang sudah berjalan terlebih dulu.
Pagi itu, Frost beserta kelima orang yang dipilihnya pun memulai perjalanan menuju Amer dengan menunggang kuda.
Perjalanan dari Veroxz ke Amer memang membutuhkan waktu yang cukup lama. Terlebih, mereka masih harus melewati wilayah Moran. Mungkin sekitar 4-5 jam perjalanan cepat tanpa henti, Frost dan rombongannya sudah sampai di Amer.
Namun sepertinya, Tuhan memang sedang tidak berpihak pada mereka kali ini. Sebab di tengah perjalanan, kuda yang dinaiki Frost malah terperosok ke dalam lubang galian di ujung hutan. Lubang itu memang tidak terlalu dalam, tapi kaki kudanya terluka. Jika dilihat dari jejak abu dan potongan plastik yang berada di dasar lubang, sepertinya lubang itu merupakan tempat pembakaran sampah para warga.
Padahal mereka sudah hampir keluar dari wilayah Moran, dan tinggal sedikit lagi mereka akan sampai di Amer. Akan tetapi, kuda hitam milik Frost yang terluka membuat perjalanan mereka jadi terhambat. Frost tidak bisa melanjutkan perjalanan dan meninggalkan kuda kesayangannya dalam keadaan sakit seperti itu.
"Jadi bagaimana, Yang Mulia? Apakah kita akan singgah sejenak di Moran?" tanya Morris. "Kita bisa mencari penginapan untuk sementara sembari mengobati luka Davy."
For your information, Davy adalah nama kuda hitam tersebut. Kuda yang berhasil membuat ia terpikat dan ingin memilikinya di usia remaja itu ia dapatkan saat ada acara pacuan kuda di wilayah Pegunungan Timur. Jika dibanding dengan belasan kuda lain yang ia punya, Davy adalah kuda kesayangan Frost.
"Baiklah." Setelah berpikir sejenak, Frost setuju dengan saran Morris. Lagipula, beristirahat sejenak sembari melihat-lihat wilayah Moran sepertinya tidak buruk juga. Terlebih lagi, ia juga butuh udara segar setelah berkuda tanpa henti selama dua jam lamanya. "Kalian berpencar dan pergilah cari penginapan terdekat. Aku dan Davy akan menunggu di sini."
Keempat prajurit dan sang juru bicara itu mengangguk serempak. Kelimanya pun berpencar dan mencari penginapan terdekat untuk mereka tinggali sementara waktu. Sementara Frost sendiri, Raja Veroxz itu memilih untuk berdiam diri dan bersandar di bawah salah satu pohon pinus sembari mengelus-elus kepala Davy yang sedari tadi meringkik kesakitan.
Bagian yang terluka adalah kaki sebelah kanan sang kuda. Terdapat luka gores yang cukup panjang dan kulit Davy juga sedikit terkelupas. Memang, tidak banyak darah yang keluar, tapi pasti rasanya sakit sekali.
Srek! Srek!
Manik hitam Frost menyipit saat ia mendengar suara gesekan dedaunan kering di sekitarnya. Pendengaran Frost memang tajam. Buktinya, suara berisik dari seekor kelinci yang berjarak lima meter di samping kanannya itu berhasil membuat Frost mengulas senyum kecil.
"Ternyata hanya kelinci."
Drap! Drap! Drap!
"Hei, kelinci kecil! Jangan lari!"
Suara cempreng khas anak kecil yang menyusul beberapa detik setelahnya membuat manik hitam Frost kian memerhatikan sang kelinci yang kini sudah berada dalam gendongan seorang bocah laki-laki yang diperkirakan berusia sekitar 6 tahun.
"Kamu benar-benar nakal, ya. Padahal Nenek sudah membelikanmu sekeranjang wortel segar, tapi kamu malah kabur. Dasar kelinci nakal!" Omelan bocah laki-laki itu terus saja berlanjut, tanpa peduli akan sekitar.
"Ekhem!"
Barulah saat Frost berdehem, bocah laki-laki tersebut mengalihkan tatapannya pada pria asing yang entah kenapa terasa familiar untuknya.
"Anda siapa?"
•
•
•
Coba tebak siapa bocah itu :>
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro