23. Menjadi Buronan
Di luar dugaan, perjalananku berlangsung aman dan nyaman.
Perjalanan ke stasiun ternyata hanya butuh satu kali naik kereta kuda yang memakan waktu tiga puluh menit perjalanan. Dua scotland yard itu sempat menawariku naik mobil, tapi dua mobil yang mencoba mengangkutku mogok sebelum sempat digunakan. Aku bersikeras meminta mereka mengantarku dengan kereta kuda saja sebelum mereka sempat mencoba menyalakan mobil kedua dengan sihir mereka.
Hanya butuh satu ayunan sebelum mereka sadar sihir dalam tubuh mereka sudah hilang sama sekali.
Selain insiden yang hampir terjadi dengan mobil-mobil tadi, semuanya berjalan lancar. Tentu saja, lancar dalam artian yang abu-abu: tidak buruk, tidak pula baik. Dalam perjalanan hingga tiba di stasiun tujuan, tidak ada dari kami yang bicara. Kami bertiga saling mendiamkan satu sama lain dan hanya sesekali bertukar pandang, terjebak dalam kecanggungan yang membludak selayaknya gunung es. Kegelisahan merayapi tulang punggungku yang sudah cukup panas oleh aktivitas sihir di luar selama berada di dalam kompartemen tertutup kereta kuda.
Apapun bisa terjadi dalam beberapa menit ke depan, kompartemen kereta kuda bukan tempat yang bagus untuk percobaan melarikan diri dari petugas, dan dua scotland yard ini tidak berhenti mengamati kacamata yang masih bertengger di mataku dari tadi.
Saat sampai di stasiun, aku hampir melompat turun saking leganya. Setidaknya tidak ada pertanyaan apapun sampai detik ini. Sejauh ini aku masih aman.
Di depan peron, dua scotland yard itu mencarikanku jadwal keberangkatan ke London yang ternyata tinggal sepuluh menit lagi sebelum keberangkatan selanjutnya tiga jam lagi. Kebohonganku hanya akan bertahan sepuluh menit atau tiga jam lagi, semua tergantung pilihanku.
“Di mana rombonganmu itu, Sir?” Scotland yard yang berjaga dengan rapat di sebelah kananku bertanya.
Aku bergumam sambil berpura-pura mencari. “Aku belum melihat mereka di mana pun,” jawabku, berpura-pura terdengar gundah.
Mencoba untuk tidak terlihat gugup, mataku mencari-cari apa saja yang bisa mengalihkan perhatianku di tengah kerumunan penyihir di stasiun. Lalu mataku berhenti pada papan pengumuman yang berdiri tak diacuhkan di tengah-tengah jalan utama. Ada seorang penjual koran di depannya. Dengan baju lusuh khas seorang budak, bocah laki-laki itu berteriak menjajakan koran yang dicetak oleh Percetakan Resmi Kerajaan. Beberapa penyihir tertawa dan melempar koin ke arah bocah itu tanpa benar-benar memedulikannya, apalagi membeli korannya.
Mencoba berpaling dari pemandangan menyedihkan itu, aku memandang papan pengumuman di belakang sang penjaja koran. Tanpa sadar, kakiku mendekati belasan kertas yang ditempel di papan kayu yang menjulang lebih tinggi dari tubuhku itu. Mataku mengamati wajah-wajah yang dipasang pada pengumuman “Orang Paling Dicari”. Entah apa yang aku cari di antara foto-foto itu. Mungkin tindakan ini hanya didasari oleh rasa penasaran dan keinginan untuk mengalihkan perhatian agar tidak terlalu gelisah.
Pada awalnya aku mengira akan ada wajah para perompak atau setidaknya wajah kapten Xerlindar di antara potret-potret wajah sangar nan tidak ramah yang ditancapkan di papan pengumuman dengan paku itu, namun aku tidak pernah menyangka akan mendapat tatapan balasan dari wajahku sendiri di atas tumpukan kertas itu.
***
Aku tidak salah lihat.
Itu fotoku. Diriku. Di atas kertas pengumuman sebagai “Orang Paling Dicari” dan dihargai lima puluh ribu keping emas.
Sosok itu memang sedikit berbeda karena wujudnya yang masih belia. Dalam warna hitam putih yang tampak kusam dan penuh bintik putih, sosokku menatap kamera dengan sorot penuh kebencian, potongan rambut sangat pendek acak-acakan seperti orang gila, pakaian yang tak bisa ditebak jenis kelaminnya, wajah muram, dan pandangan mata dingin. Ini foto yang diambil ketika Serikat pertama kali mengambilku. Ini fotoku sewaktu berumur sepuluh tahun, hanya terpaut beberapa hari setelah desaku dibakar habis dan aku mengganti identitas menjadi laki-laki.
Itu hanya beberapa hari, tapi kenangan mengais-ngais barang orang lain seperti burung pemakan bangkai itu terasa lebih lama dari sekadar beberapa hari.
“Melihat sesuatu yang menarik, Sir?” Dua scotland yard itu tahu-tahu saja sudah ada di sebelahku, mengapit kedua sisi tubuhku bagai pengawal setia. Tentu saja tidak pernah sedetik pun aku mengira mereka sebagai pengawal. Mereka sama berbahayanya dengan singa lapar yang menunggu di balik jeruji kandang.
“Ah, ya....” Aku menjawab dengan gugup. Hanya keajaiban yang membuatku belum masuk penjara sampai detik ini.
Kulihat kertas pengumuman itu sekali lagi, memerhatikan sedikit perbedaan antara aku di foto dan sekarang. Tidak banyak perbedaan yang terjadi selama tiga tahun, tapi dengan kacamata super besar dan mencolok ini, serta pakaian rapih ini, sulit menyamakanaku dengan budak lelaki di foto. Syukurlah dua scotland yard ini tidak meneliti betul pemuda yang mereka tolong. Jika mata mereka berdua sedikit lebih jeli, tamat riwayatku.
Mataku kemudian turun, mendapati ada beberapa tulisan di bawah foto diriku.
NAMA : ALTO
ASAL : SERIKAT PANDAI
TUDUHAN : PEMBERONTAKAN DAN PENGKHIANATAN
Kata pengkhianatan itu menohok jantugku. Pengkhianat? Aku benar-benar dituduh berkhianat karena tidak sengaja membantu seorang perompak? Pangeran Oryziel benar-benar tidak bercanda ketika menuduhku.
Di bawah tulisan itu tertera tanggal sejak aku ditetapkan buron yaitu tertanggal 13 Agustus 1867, tiga tahun lalu. Sepertinya sejak malam itu, aku ditetapkan buron. Kemudian di bawah tanggal itu tertera pesan lain:
HARAP MELAPOR KEPADA PETUGAS BERWENANG JIKA MEMILIKI INFO MENGENAI PELAKU
Keningku berkerut-kerut mendapati tulisan “Dibutuhkan Dalam Keadaan Hidup” di bawah fotoku, berbeda dari foto-foto lain yang bertuliskan “Hidup atau Mati” tepat di tengah-tengah bagian antara foto dan harga kepala mereka.
Aku, seorang pengkhianat, dibutuhkan hidup-hidup? Kedengaran mengerikan.
Di bawah semua catatan itu, terdapat tanda tangan pencatat pengumuman. Dan sekali lagi mataku melotot sejadi-jadinya.
Pengumuman ini dibuat oleh Garda Kerajaan?
Garda Kerajaan bukanlah dua kata asing di negara ini. Mereka adalah sekumpulan teror nyata bagi semua orang, manusia bahkan para penyihir sendiri. Mereka berdiri di garis terdepan menjaga para anggota kerajaan Persemakmuran Inggris dan terutama kerajaan Inggris sendiri. Kedudukan mereka dua tingkat lebih tinggi dibanding prajurit biasa, setingkat melebihi tentara Kerajaan Inggris. Kemampuan mereka melegenda. Mereka mampu menghanguskan belasan desa hanya dalam tempo satu malam dengan jumlah pasukan tidak sampai dua puluh orang.
Benarkah tulisan ini? Garda Kerajaan yang menuliskan pengumuman ini? Para prajurit khusus istana? Apa lagi itu? Bukankah kasus pencarian orang seperti ini paling tinggi hanya diurusi oleh paling tinggi berpangkat setingkat tentara jika bukan oleh scotland yard? Kenapa sampai ke Garda Kerajaan?
Setelah memastian bahwa wajahku tidak terlalu mirip dengan sosokku delapan tahun lalu, aku menunjuk foto itu. Mengabaikan perasaan aneh ketika menunjuk wajah sendiri di foto, aku menoleh ke salah satu dari dua scotland yard yang mengawalku.
“Siapa dia?” tanyaku, sambil memerhatikan beberapa foto buronan lain. Catatan di bawah foto mereka menandakan bahwa kesemuanya dibuat oleh scotland yard atau Tentara Angkatan Udara, Angkatan Laut, maupun Angkatan Darat Kerajaan Inggris. Hanya pengumumanku yang dibuat oleh Garda Kerajaan. “Kenapa Garda Kerajaan menginginkannya?”
Aneh rasanya membicarakan diri sendiri, tapi daripada tampak ketakutan, daripada dua penyihir ini menyadari kemiripan pemuda yang mereka antar dengan foto buronan di depan mereka, lebih baik aku mencuri permulaan. Memulai selalu lebih baik, selalu membuat perhatian teralihkan dari hal-hal yang tidak diperlukan.
Beruntunglah aku bukan Manusia narsis.
“Oh.” Salah satu petugas itu tampak memahami apa yang kumaksud. Melirik, aku melihat sorot tidak nyaman terbersit di wajahnya selagi sebelah tangannya menggaruk-garuk tengkuk dengan tidak nyaman. “Sebenarnya, Sir, kami sendiri juga tidak tahu permasalahan intinya, tapi Yang Mulia Raja benar-benar marah pada orang ini sampai memerintahkan semua petugas keamanan menyerahkan tahanan ini dalam keadaan hidup jika ditemukan.”
Kerongkonganku mendadak menjadi sangat kering. “Yang Mulia Raja sendiri menginginkan dia hidup-hidup?” ulangku heran. “Ayahanda Yang Mulia Oryziel sendiri?”
“Apa maksudmu, Sir?” Scotland yard yang lain bertanya dari sisiku. “Tentu saja yang dimaksud di sini adalah Yang Mulia Raja Oryziel sendiri.”
Jika aku sedang menelan air, sudah pasti aku akan menyemburkannya sampai mulutku kering. “Apa?” Pangeran mengerikan itu telah menjadi raja? “Yang Mulia Pangeran telah menjadi Raja?”
“Ya, Yang Mulia Raja mangkat dua tahun lalu.”
Ups.
Penyihir di sampingku menaikkan alis. Sekarang kecurigaan petugas scotland yard itu jelas meningkat beberapa derajat.
Aku buru-buru memasang raut wajah penuh penyesalan. “Ah, maaf, saya tidak ada di sini sebelum dua bulan lalu,” kilahku. “Saya berada di rumah kerabat yang sangat jauh dari sini. Saya ikut senang mendengar Yang Mulia Pangeran Oryziel sudah diangkat menjadi Raja.”
“Ya, Yang Mulia memimpin kerajaan dengan baik.” Petugas scotland yard itu mengakui dengan senyum tulus di wajah.
Aku sangat tidak yakin definisi memimpin dengan baik versinya sama dengan versiku. Selama menjadi pangeran saja, pangeran Oryziel sudah menaklukkan banyak wilayah, menggantung banyak manusia hidup-hidup, dan memamerkannya di alun-alun kota London selama setidaknya tiga hari. Apa jadinya jika ia menjadi raja?
Tak jauh dari foto diriku di papan, terdapat beberapa kertas berisi daftar buronan yang lain. Kebanyakan tidak kukenali, namun ada dua foto yang membuat mataku terpaku. Di hadapan dua foto itu, napasku berhenti.
Keduanya memasang foto sepasang insan yang masih belia. Salah satu kertas memuat gambar seorang pemuda dengan raut tegas seolah tengah menantang siapapun yang berani melihat fotonya sedangkan satu lagi adalah perempuan dengan sorot penuh ketakutan ketika foto ini diambil. Bibirnya perempuan kecil itu berkerut-kerut seperti sedang menahan tangis.
Foto Suri dan Edward.
Tidak salah. Meski wajah mereka masih belia di dalam foto, seperti halnya diriku, aku bisa mengenali mereka. Bibir itu, mata itu, potongan rambut itu, semuanya sama. Tiga tahun tidak bertemu dan sekarang aku menemukan foto mereka berdua tertera di papan pengumuman sebagai orang yang dicari?
Sambil memicingkan mata, aku melihat keterangan di kertas itu lebih seksama. Di bawah kedua foto itu aku melihat status buron yang sama dengan tuduhan yang berbeda dariku. Mereka hanya dituduh kabur. Mataku bergerak ke bawah lagi, melihat tertanggal mereka ditetapkan sebagai buronan.
15 Desember 1867
Kedua kakiku lemas dan hampir melorot ke lantai.
Mereka berdua sudah tidak ada di sini. Sudah tidak ada di London. Entah ada di mana, di belahan dunia mana, dan sedang apa saat ini. Tanpa aku ketahui, tiga tahun telah berlalu. Sekarang sudah tiga tahun berlalu sejak tanggal mereka ditetapkan buron, apapun bisa terjadi selama tiga tahun.
Apakah Suri mencariku? Karena itukah mereka kabur? Apa dia mencariku seperti janjinya dulu? Pikiran-pikiran itu menusuk-nusuk belakang kepalaku seperti jarum jahit yang sedang ditancapkan berkali-kali.
Telunjukku menunjuk foto Edward dan Suri. “Mereka budak yang kabur?”
“Ah ya, mereka kabur. Sebenarnya beberapa bulan lalu kami kedatangan beberapa budak baru dari Afrika, jadi kehilangan mereka berdua seharusnya tidak masalah, tapi,” Salah satu petugas menunjuk kertas dengan fotoku di dalamnya. “Tapi mereka diduga memiliki informasi penting soal orang ini. Jadi mereka dijadikan buronan.”
Demi Langit, mereka berdua dijadikan buronan karena aku? Karena diduga memiliki informasi mengenai diriku? Apa mereka kabur agar tidak diinterogasi? Atau mereka kabur saat interogasi?
Jadi salahkulah mereka menjadi buronan? Salahkulah mereka kabur dan posternya terpampang di sini sekarang?
Mataku bergerak ke bawah, melihat tanda tangan yang tertera di sana berbeda denganku. Mereka hanya dicari oleh persatuan serikat dan scotland yard, bukan Garda Kerajaan seperti kasusku.
Tidak, itu tidak membuat segalanya lebih baik. Mereka masih temanku dan buron gara-gara aku. Dicari oleh sekumpulan penyihir yang tidak lebih berbahaya dari garda kerajaan tidak membuat segalanya berubah baik.
Sebersit penyesalan menyeruak muncul. Kondisi di sini ternyata jauh lebih tidak terkendali daripada yang aku duga. Kalau begitu, kenapa tadi aku buru-buru melepaskan diri dari dokter John? Aku bisa beralasan membujuknya untuk mampir ke Serikat, mengatakan keperluanku, baru memutuskan apakah akan terus ikut mereka atau tidak. Akibat kecerobohan itu, sekarang aku sendirian tanpa senjata atau kenalan untuk dimintai bantuan. Jika saja aku mengetahui hal ini selagi masih bersama dokter John, tentunya aku tidak akan sebingung ini.
Sial. Sekarang aku malah menyesali apa yang sudah aku lakukan.
“Oh ya, Sir, jika aku boleh tahu ....” Salah satu scotland yard itu mendadak bertanya. “Kenapa Anda memakai kacamata itu?”
“Ah ini.” Aku menyentuh kacamata yang kukenakan, mendadak merasa takjub karena sama sekali tidak merasakan sakit selama di kota ini meski ada banyak sihir di sekitarku dan gelombang energi tidak henti keluar dari tubuhku. “Penglihatan saya agak sedikit buruk jadi ....”
Tunggu sebentar.
Apa aku baru saja bilang punya penglihatan buruk?
Sial.
Tidak ada penyihir yang penglihatannya buruk.
Dengan kaku, aku menatap ngeri ke arah dua scotland yard yang mengapit dua sisi tubuhku dan mendapat balasan pelototan dari mereka berdua. Segala kecurigaan itu telah membeku di wajah mereka. Tidak ada keraguan di mata gelap mereka berdua yang berpendar hidup.
Waktuku sudah habis.
***
A/N:
Oke, Alto ke-gep. Ketahuan. Sekarang dia dalam masalah. Owwww ... Saya bener-bener gak sabar chap selanjutnya.
Silakan tinggalkan vote dan komentar. Secuil jejak kalian berarti bagi semangat saya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro