Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

20

Berita putusnya Lavina dengan Arsenio pun merebak setelah seminggu berlalu melihat Lavina tak pernah lagi menyambangi kelas maupun nempel pada Arsenio. Tentu saja berita yang berhembus melukainya. Siapa yang tak akan sakit hati ketika putus cinta tapi banyak yang bahagia? Bahagia akhirnya Arsenio terbebas dari kungkungannya. Itu berita yang Lavina dengar dari selentingan. Mereka senang akhirnya Arsenio tak lagi tertekan. Rasanya ingin menangis tapi Lavina selalu bersembunyi di balik senyum manisnya.

Lavina berjalan sendirian menuju taman yang biasanya dia hindari. Sebenarnya dia bukan mau ke taman, lebih tepatnya dia menuju kolam renang yang gedungnya berada tepat disebelah taman. Dia ingin berenang sebentar sebelum berangkat les. Melampiaskan emosinya dengan berendam air dingin.

Kolam renang masih sepi di jam pulang sekolah. Anak klub renang belum mulai menggunakannya. Lavina mengganti pakaiannya dan memasukkan tasnya ke dalam loker. Awalnya Lavina mencelupkan kakinya, lalu seluruh badannya masuk hingga kepalanya. Lavina baru muncul setelah menahan napas cukup lama. Matanya sudah memerah, bahkan air matanya sudah luruh. Lavina kembali mencelupkan kepalanya ke dalam air. Dia belum mulai berenang, hanya memasukkan kepalanya ke dalam air berkali-kali.

"Lav, lo ngapain?" seru Erlan dari pinggir kolam tapi Lavina tak mendengarnya.

"Lav, Lavina Asha!"

Melihat Lavina tak mendengarnya malah terus memasukkan kepala ke dalam air, Erlan pun ikut masuk ke dalam air merasa khawatir.

"Hei, lo ngapain?" tanya Erlan menarik Lavina keluar.

"Erlan, lo ngapain?" tanya balik Lavina, kaget.

"Harusnya gue yang nanya lo ngapain masukkin kepala ke dalam air lama banget?"

"Gue..." Lavina tak mampu melanjutkan kata-katanya. Dia menunduk, matanya sudah menerah. Tapi Erlan tak memberinya waktu untuk menangis, Lavina langsung ditarik ke pinggir kolam.

"Jangan lakuin gini lagi, apalagi sendirian. Kalau lo kenapa-napa siapa yang mau nolongin lo? Buruan naik." Erlan memaksa Lavina naik ke pinggir kolam, menyerahkan handuk pada Lavina.

"Kenapa lo?" tanya Erlan melihat Lavina terus memperhatikannya.

"Lo nyemplung kolam pakai seragam?" Mata Lavina tertuju pada seragam krem lengkap dengan dasi merah yang dipakai Erlan. Terlihat jelas Lavina menahan tawa.

"Nggak usah ketawa. Mana sempet gue ganti baju. Keburu lo kenapa-kenapa lagi." Erlan membuang muka, malu. Badannya jelas terekspos meski memakai seragam. "Pinjem handuk lo sini," lanjut Erlan sembari menarik handuk Lavina.

"Makasih ya. Tapi gue cuma mau berenang. Gue nggak akan kenapa-kenapa. Lo nggak lihat gue udah niat banget mau renang. Lihat nih baju renang gue."

"Ya gue kan khawatir."

"Makasih ya udah khawatirin gue," ucap Lavina. Tangannya menoel-noel pipi Erlan agar tersenyum. "Senyum dong, jangan marah-marah mulu. Jelek tahu."

"Gue udah senyum."

"Mana? Gue nggak lihat, hadap sini dong. Hei, lihat sini!" Lavina menarik dagu Erlan dan mereka saling tatap. "Coba gue lihat senyumnya," seru Lavina biasa saja sedangkan Erlan sudah salah tingkah.

"Makasih ya," ucap Lavina lagi lalu menghadap ke depan.

"Lo kalau kenapa-kenapa cerita. Jangan lakuin hal bodoh."

"Gue lagi renang bukan lagi ngelakuin hal bodoh."

"Nggak perlu lo ngeyakinin orang lain, yakinin aja diri lo sendiri," balas Erlan.

"Gue janji nggak akan nangis lagi," ucap Lavina.

"Kalau lo ingkar janji?" tanya Erlan, menoleh, mengamati wajah Lavina dari samping. Cantik, dengan hidung kecil tapi mancung dan bibir tipis.

"Gue... gue bakal, bakal apa ya?" Lavina menoleh dan detik itu juga tatapan Erlan terkunci.

"Lo nggak perlu janji, gue yang akan janji. Janji bikin lo ketawa lagi," ucap Erlan tanpa mengubah pandangan.

"Thanks."

"Mungkin lo belum bisa ikhlas atas perasaan lo. Tapi gue janji akan bantu lo buat bisa tersenyum lagi meski alasan lo tersenyum udah nggak ada." Erlan mengusap bahu Lavina, dia ingat Lavina tak menyukai diusap kepalanya.

Lavina memutuskan pandangan, dia menunduk mengamati kaki yang masuk ke dalam air sebagian. Dia tak akan mengharapkan lagi cinta yang tak akan pernah ada. Mulai saat ini dia akan benar-benar melepaskan. Dia tak akan menyalahkan Arsenio atas perasaannya saat ini. Sakitnya ada karena dirinya sendiri. Memaksakan perasaan yang tak pernah ada. Meskipun Arsenio memang menyukainya tapi rasa itu tak akan bisa lebih besar dari rasanya untuk Arsenio.

"Gue mau ganti terus berangkat les. Lo?" tanya Lavina setelah menghembuskan napas berat.

"Gue juga mau les. Tapi gue pulang dulu," jawab Erlan melirik bajunya yang basah kuyub.

"Lo nggak ada kaos gitu di mobil?"

"Bawa."

"Terus kenapa pulang?"

"Haruskah gue jawab? Udah ah, gue pulang dulu. Awas lo nyebur ke kolam lagi!"

Lavina nyengir memahami alasan Erlan harus pulang dulu sebelum berangkat les. "Iya, iya. Gue juga mau ganti nih. Sorry ya bikin lo basah kuyub."

"Iya. Jangan nyebur lagi lo."

"Iya ih. Udah sana pulang. Ati-ati ya..."

Sepeninggalan Erlan, Lavina langsung mandi dan mengganti pakaian. Saat dia keluar area kolam renang dia melihat Arsenio berdiri di depan mading sedang membaca mading. Lavina tersenyum lebar saat Arsenio menoleh padanya. Lavina berusaha biasa saja demi proses move on yang sebenarnya. Membiasakan diri seperti awal mengenal Arsenio.

Tak ada lagi kebiasaan mengejar Arsenio, cukup senyum lalu pergi. Lavina menguatkan hati untuk tak berlari ke arah Arsenio meski Arsenio membalas senyumannya.

"Lavlav..."

Lavina berhenti melangkah, menoleh ke belakang.

"Ya?"

"Enggak pa-pa." Arsenio menggeleng dengan senyum tipisnya.

"Oh ya udah. Ak, maksudnya gue duluan. Mau les. Dah...."

"Aku anter?"

"Enggak, udah bareng Loli."

"Ati-ati."

Setelah mengangguk Lavina kembali melangkah meski hati masih tertinggal. Dia akan terus berjalan meski hati tak mau menuruti. Dia akan belajar bersikap biasa saja di hadapan Arsenio. Sama seperti dulu saat mereka hanya berstatus teman sekelas.

***

Sore yang dingin karena lagi-lagi hujan datang. Lavina berdiri di depan lobi tempat les, memandang hujan yang tak ada hentinya. Dia jadi teringat Arsenio yang selalu memberikan jaket saat dingin seperti ini. Meski bukan karena cinta tapi kenangan itu sangat berarti untuk Lavina. Ah, lagi-lagi dia memikirkan Arsenio. Lavina menggeleng cepat, mengenyahkan bayangan Arsenio. Dia mengusap-usap lengannya yang dingin.

"Gue duluan ya, jemputan gue dateng. Nggak apa-apa kan?" ucap Widy.

"Iya, ati-ati ya Sayang," seru Lavina. "Lo nggak pulang?" Lavina melirik Lolita.

"Terus gue ninggal lo? Mana jemputan lo?"

"Gue belum minta jemput."

"Maksud lo?" tanya Lolita dengan membelalakkan mata.

"Iya gue emang belum minta dijemput dan belum pesen taksi. Tapi lo pulang aja, nggak usah nungguin gue."

"Ya udah pulang sama gue aja yuk!"

"Nggak ah. Rumah kita aja malang, kejauhan nanti lo."

"Alasan. Lo nunggu siapa? Arsen?"

"Enggak," balas Lavina seraya menggeleng.

"Yakin?"

"Beneran. Nggak mungkin dia jemput gue, gue aja nggak chat dia udah lama."

"Ya udah gue temenin nunggu," ucap Lolita dengan tangan sibuk memencet layar ponsel.

"Lo pulang aja duluan keburu malam."

"Daripada lo nyuruh-nyuruh gue pulang mending lo pesen taksi deh. Apa lo mau pulang bareng Erlan?"

"Enggak, tadi Erlan nawarin tapi gue mau pulang sendiri aja."

"Kenapa?"

"Gue lagi pusing jangan tanya mulu deh."

"Tuh jemputan lo dateng."

Mata Lavina mengikuti arah pandang Lolita. Mobil HRV putih yang dulu sering mengantar jemputnya baru saja terparkir manis.

"Itu kan mobil Arsen," gumam Lavina.

"Ya iyalah, mobil yang ada stiker nama lo di kaca pojok depan sama stiker Lavlav store gede banget di kaca belakang kan cuma punya dia. Ngapain gue nulis nama lo di mobil gue. Heran deh!"

"Gue baru ngeh sama stiker itu."

"Ampun, Lav. Lo setahun pacaran sama Arsen ke mana aja? Emang bukan lo yang pasang?"

"Bukan! Lagian mobil dia kan baru pas habis libur semesteran ini, Lol. Ya masa gue ngamatin mobil dia. Buat apa juga."

"Lo tanya buat apa? Ampun deh, Lav. Ternyata kalian berdua sama aja. Sama-sama nggak peka. Ya udah gue pulang duluan. Lo kan udah ada yang jemput. Dadah..." Lolita langsung pergi tanpa menunggu jawaban Lavina. Melangkah lebar menghindari hujan yang cukup intens.

"Eh..." Lavina bingung. Arsenio jelas tak mungkin menjemputnya.

Lavina buru-buru mengetik pesan untuk Lolita.

To: Lolita
Lo kok ninggalin gue. Kan gue dalam misi menjauh dari Arsen.

Lavina masih belum berani mengakui putus pada Lolita.

From: Lolita
Kayak lo bisa aja. Gue udah ngamatin lo sampai ada gosip kalian putus dan gue yakin itu bener. Yang ada lo kayak mayat idup. Lebih serem dari pas lo ngejar-ngejar Arsen. Udah nggak usah terusin misi lo kalau bikin lo kayak gitu. Gue nggak akan dukung misi lo lagi! Cepet balikan!!!

Lavina melebarkan mata melihat kalimat "Cepat balikan!".

***

Ponsel pipih berwarna hitam menyala memperlihatkan nama Rangga IPS 3. Awalnya Arsenio enggan membuka tapi karena ponselnya terus berbunyi dia pun membukanya. Seperti biasa Rangga menghubunginya saat meminta hasil foto. Cowok yang Arsenio tahu banyak memiliki teman cewek ini sering meminta foto padanya. Arsenio mau saja karena hal itu menyenangkan dan menambah keahliannya dalam memotret.

Rangga IPS 3
Oy.
Masih nyimpen foto gue waktu pelantikan nggak sen?

Masih

Bagi dongs
Mayan
Ganteng gue disitu
Eh gue mah selalu ganteng
Tsah💃

Email or WA

Email aja biar nggak pecah

Ya

Eh mao dong foto kayak lo, siluet gitu biar aesthetic~

Kapan?
Ini kirim semua?

Iyalah malih, yang ganteng aja.
Sekarang...
Atau 50 tahun lagi kumasih akan tetap mencintaimu. Ea~

Maksud gue foto siluet
Foto lo udah gue kirim

Besok
Cek

Thank you Arsen tampan dan rupawan.
Tampanan gue.
/tetep/
Ya
Jadi bisa fotoin gue bsk?

Ok

Jam berapa?
Gratis kaaaan?

Ya

Jambeeeeeeer bapak arsen yang budiman?
Oy
Pak
Bales apa
Gue bukan koran

Jam Istirahat

Jam istirahat pertama apa kedua?

Serah

Pertama aja gimana? Biar masih pagi gitu, masih fresh udah kayak minyak anginnya Agnesmo
Fresh care hehehe

Ok

Garing yak?
Maap yak
W lg random

Gk

YAELAH TONG, LO PAKE ESIA HIDAYAH?!
Irit bet bales

Esis hidayah?

ESIS
ESIA BUSET
Kaku bet lagi kek kanebo kering
Pantes lapina kabor~
Ea~
Ampun gusti~
Jan marah, ntar nggak ada lagi yang fotoin gue

Gue bingung lo ngomong apa

Seumur2 br sekali gue diginiin
Sama cowok lagi
Syalan.
Anyway, nggak niat usil sih, tapi lo beneran putus sama lavina?

Kenapa?

****
Kenapa? Kenapa hanya sampai di sini? Hehehe...
Karena tunggu hari Rabu...
Yang ngerasa chat Arsenio dan Rangga nggak nyambung harap maklum. Ceritanya kan masih bersambung.
Terima kasih banyak ya udah sayang Lavina.
Ikuti terus kisah Lavina dan teman-temannya di High School Series.
Jangan lupa tinggalkan bintang untuk Lavina 😘

Love, ainunufus

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro