Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

29 - Epilog

Suara musik terdengar dari atas panggung, lapangan sekolah kini disulap menjadi tempat berlangsungnya acara perpisahan kami. Aku bangga karena mendapat hasil ujian yang bagus dan membuat kedua orang tuaku bangga. Ya, tentu merekalah yang paling utama untukku.

Kursi-kursi disusun rapi di lapangan sekolah, menghadap ke sebuah panggung di mana kepala sekolah menyampaikan pidatonya. Kami semua duduk rapi dan menyimak setiap kata yang keluar dari mulut beliau. Sebuah tenda besar berdiri di atas kami, melindungi dari panas matahari.

Para laki-laki tampak keren dengan jas dan kemeja mereka. Tapi anak perempuan pun tak mau kalah, kami semua memakai kebaya cantik dengan warna yang beragam. Jujur, persiapan kami jauh lebih rumit ketimbang laki-laki yang hanya pakai jas saja. Belum lagi harus merias wajah. Meski begitu, hasilnya aku jadi terlihat cantik hari ini. Aku suka kebaya hijau muda yang begitu pas di badanku.

Selepas acara usai, kami bebas berjalan-jalan. Menikmati hidangan makanan lezat yang tersaji di meja panjang. Aku menghabiskan waktu dengan Saras dan Nindy sambil menikmati minuman boba yang dibuat oleh adik-adik kelas dari ekskul tata boga.

“Resiko pertemuan, harus ada perpisahan ya,” ucap Nindy sambil bersandar.

“Aku bakal kangen banget sama sekolah ini. Mulai dari gurunya, sampai lorong koridor yang entah udah berapa kali aku lewati setiap hari.”

Saras menoleh ke arahku. “Terutama lorong yang keramiknya patah-patah itu ya?”

“Ahahaha, iya. Jangan diingetin dong.”

Tak lama Aurel dan Anin berjalan melewati kami. Kami saling bertukar senyum, Aurel sangat sangat cantik hari ini. Riasannya itu membuatnya bak putri keraton. Aku tak pernah bosan memuji kecantikan Aurel, ya karena dia memang secantik itu! Sedangkan Anin, ya Anin akan tetap jadi Anin. Tapi dia juga cantik kok.

Aku dan Aurel juga sudah sama-sama sepakat untuk tidak mengungkit masalah waktu itu. Sehingga tidak ada rasa canggung lagi setiap kali kita bertemu. “Nanti aku susu kalian ya!” ucapku kepada mereka.

Lalu dari arah kerumunan laki-laki yang sedang berswafoto, Lingga muncul dengan jas hitam yang pas di badannya. Ia tersenyum dan melambaikan tangannya sesaat kepadaku. Aku membalasnya dengan senyum sambil memberi isyarat agar menungguku seusai acara.

“Kita gak foto nih?” tanya Saras.

“Foto dong!”

“Ayo di sana!” Nindy menunjuk ke sebuah rangkaian bunga yang terpasang di dekat panggung.

“Ayo!” Kami berdua lalu berjalan meninggalkan kursi dan mulai melangkah mendekati bunga-bunga itu.

Di hari perpisahan ini, aku fokuskan waktuku untuk para sahabat, guru bahkan gedung sekolah yang menemaniku selama ini. Yang mengisi masa remajaku dengan berbagai warna dan kisah yang kami lewati bersama.

Bukan cuma Saras dan Nindy, tapi juga pertemananku dengan marching band.
Sesuai acara, aku berpisah dengan Saras dan Nindy. Sebenarnya kami tak benar-benar berpisah karena pasti akan tetap berhubungan dan bertemu sesekali.

Acara benar-benar selesai, aku keluar gerbang sekolah sebagai anak yang sudah dinyatakan lulus. Aku berbelok arah menuju vending machine. Lingga belum kelihatan, jadi kuputuskan untuk menunggunya sambil meminum sekaleng minuman rasa leci.

“Hah? Lupa, gak bawa uang kecil.” Aku berdiri di depan vending machine sambil mencari ke segala sisi dari tas kecilku ini. Berharap ada uang yang terselip. Tiba-tiba aku merasa ada seseorang yang berdiri di belakangku.

“Ada masalah?”

Suara itu, ternyata suara Lingga. Ya, ada sesuatu yang terulang di sini. Ada memori lama yang kembali. Apakah ia sadar kalau ini adalah aku?

“Iya, aku gak ada uang kecil,” ucapku dengan suara yang sedikit aku ubah. “Kamu duluan aja.”

Aku pelan-pelan menyingkir sambil menyembunyikan wajahku supaya Lingga tak tahu. Dan benar saja, dia benar-benar tidak sadar kalau ini adalah aku. Dia lalu berdiri di vending machine dan membeli dua kaleng minuman. Satunya pasti untukku.

Aku menatapnya, mulai teringat kembali seperti saat aku dan Lingga bertemu. Persis seperti ini. Lingga menoleh, akhirnya dia pun sadar akan keberadaanku. “Lho? Nawang!”

Aku memasang wajah cemberut. “Hmm, kok bisa gak kenal sih sama pacar sendiri?!”

Lingga tertawa sambil mengambil minumannya. “Oh iya ya, ini kamu ya! Maaf aku lupa. Abisnya kamu beda banget.” Ia memberikan aku satu kaleng seperti biasa.

“Gimana sih, tadi kan udah ketemu di dalem. Masih aja lupa.”

“Iya, iya maaf.”

“Pulang yuk, capek pake baju gini.”

Aku lalu memegang tangan Lingga, ia kemudian berdiri menghadap ke jalan raya. Menyebrang jalan sambil melindungiku dari kendaraan yang lewat. Sampai kami pun sampai di seberang jalan raya. Kemudian jalan pulang bersama seperti biasanya, hanya hubungan kami saja yang berbeda.

Baik. Inilah akhir dari kisah masa remajaku. Aku yang dengan polosnya jatuh cinta pada cowok yang kutemui di jalan pulang. Lalu aku yang dengan nekat masuk marching band hanya demi mengejar cowok itu.

Tapi justru di dalam marching band inilah aku belajar menjadi dewasa. Belajar tanggung jawab, pentingnya persahabatan dan juga semangat. Pada akhirnya, cinta ini tak hanya sekedar permainan hati semata. Cinta ini membentuk aku menjadi sosok yang lebih baik, yang lebih dewasa dan siap menatap masa depan.

Dan kuharap kalian juga menikmati masa-masa remaja dengan penuh percaya diri dan semangat. Jadikan masa-masa indah ini sebagai momen merangkai cerita kalian masing-masing. Lalu suatu hari, dengan penuh kebahagiaan kalian akan menceritakannya kembali, seperti aku ini!

Walau kadang hujan turun dengan lebat, aku yakin langit cerah akan datang dan membawa pelangi penuh warna yang indah. Tapi jangan terlena dengan keindahan pelangi ya! Karena ia hanya muncul sesaat. Ada jalan panjang yang harus kita lalui di depan.

Lingga, aku yang dahulu hanya bisa melihatmu dari belakang kini berhasil mendapatkanmu! Senang rasanya. Semua misi masa remajaku sudah selesai dengan sesuai yang aku inginkan.

Sekarang, izinkan aku menutup lembar cerita ini dengan manis dan penuh harapan. Meski tak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, aku akan memberanikan diri menghadapi masa depan dengan semangat yang membara. Kalian juga ya!

Oh iya, aku dengar dari Author, di sana sedang ada pandemi ya? Tetap semangat dan jaga kesehatan ya semua! Semoga keadaan segera membaik.

Aku Diah Nawang Wulan undur diri, terima kasih sudah mengikuti kisahku. Jangan lupakan aku ya, kalau kangen mampir saja ke sini. Sampai jumpa di kesempatan selanjutnya!

Keep postive!

🍃🍃🍃

Oke Terima kasih Nawang atas ceritanya, sekarang kembali ke Author.

Terima kasih yang sudah mengikuti cerita temanku Nawang ya. Semoga bisa bermanfaat dan kalian bisa ambil sisi positifnya.

Sampai jumpa semua!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro