🌻🌸Rapuh🌸🌻
~Ketika kehilangan itu datang, aku hanya bisa menutup telinga dan mata dan berharap menyudahi mimpi burukku~
****
Last Memory by Galuch Fema
Happy reading jangan lupa vote
Masih saja ucapan wanita paruh baya kemarin terus terngiang di otak Arsha bahkan sama sekali tak bisa mengenyahkan kata-kata yang sudah mendarah daging di pikirannya.
Dengan langkah lesu, laki-laki yang masih memakai baju dinasnya menuju mobil yang terparkir dekat lapangan. Setelah masuk, langsung mengemudikan mobil menuju rumah kekasihnya.
Jalanan hari ini masih sama, selalu ramai dan tak pernah sepi kecuali musim hujan. Butuh waktu seperempat jam menuju rumah Derra dan tak disangka, perempuan itu sudah menunggu di depan terasnya. Namun, ia tak sendiri karena ada laki-laki paruh baya di sana.
Arsha berjalan mendekati ke arah Derra dan terus merasakan tatapan tidak suka dari orang tua Derra. Senyum tersungging di bibir Arsha tetapi sepertinya percuma karena tak ada respons dari ayah Derra.
"Maaf membuatmu menunggu lama," tukas Arsha yang sudah memegang setir dan melajukan mobil keluar dari kompleks.
Derra hanya tersenyum sambil memamerkan lesung pipitnya membuat hati Arsha semakin sakit ketika harus dipaksa melepas perempuan yang dicintainya untuk Farhan.
"Kamu tidak apa-apa? Atau sedang ada masalah?" tanya Derra yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Arsha yang seperti tak tenang.
Arsha hanya bisa menggeleng lemah sambil tersenyum dipaksakan, tak lupa tangan kiri mengusap pelan kepala Derra yang tertutup kerudung. Keduanya kembali sama-sama diam.
Untuk mengurangi kebosanan Derra meraih cokelat yang biasa Arsha siapkan untuk dirinya. Camilan itu selalu tersedia di dashboard mobil. Ketika hendak membuka bungkus tiba-tiba ia urungkan karena melihat bungkus cokelat kosong di bawah tempat duduknya.
Hari Derra bergetar hebat karena ia tak pernah memakan camilan di atas mobil. Lagi-lagi mata melihat sebuah tisu yang telah terpakai di bawah sana. Yang membuat Derra tambah sakit ada bekas perona bibir merah menyala di tisu tersebut.
Selera makan sudah kembali hilang bahkan coklat tak bersalah itu Derra biarkan di atas jok mobil begitu saja.
"Nanti pulang bareng, aku jemput," pesan Arsha pada Derra yang sudah pergi begitu saja tanpa ada kata perpisahan sepeti biasanya.
Derra tersenyum kemudian masuk melalui pintu kaca di lobi utama. Arsha seperti biasa, menunggu sosok itu lenyap dari pandangan matanya kemudian baru benar-benar pergi dari halaman perusahan ini.
Baru juga masuk dan memasang seat belt, tiba-tiba pintu samping sudah terbuka dan menampilkan sosok perempuan dengan perona bibir yang menyala.
"Cepat jalan, kita pergi!" perintahnya sambil mengibaskan rambut panjang terurai yang sedikit berantakan.
Bagai tersihir ucapan perempuan itu, Arsha langsung melajukan mobil dengan cepat menuju tempat biasa mereka menghabiskan waktu setiap pagi sebelum beraktifitas.
Di balik pintu kaca, ada seorang perempuan yang bersembunyi sambil menata hatinya yang sakit. Ia mengurungkan masuk tetapi memilih kembali ke halaman utama dan menghentikan taksi yang lewat.
Arsha memilih minum kopi dan mengisap sebatang rokok, entah mengapa hari-hari ini ia kembali kepada kebiasaan buruknya yang sudah tinggalkan lama.
Sengaja ia mengembuskan asap rokok pada perempuan di depannya agar tidak betah dan menyudahi pertemuan ini.
"Tidak makan?" tanya Arindra sambil mengibaskan tangan kanan karena merasa sedikit terganggu pernafasannya.
Arsha menggeleng lemah sambil terus memperhatikan sepasang mata licik di depannya yang terus menggoda bahkan terang-terangan merayunya.
"Kenapa kamu terus mendekatiku? Jelas-jelas aku adalah milik Derra dan kita berdua sama-sama saling mencintai."
Arindra yang tengah menikmati sarapan pagi langsung menyudahinya, meletakkan sendok dengan setengah membanting sendok menimbulkan suara nyaring.
"Aku mencintaimu."
Arsha membuang tatapannya karena benci sekali dengan ucapan cinta yang sudah sering terucap dari bibir sahabat kekasihnya.
"Aku tidak mencintaimu," timpal Arsha dengan sangat kesal. Matanya berubah merah menandakan amarah yang bentar lagi meledak.
"Kamu tega," ucap Arindra terbata-bata karena sudah hampir saja menangis.
"Kamu yang lebih tega menusuk sahabat kamu sendiri!" pekik Arsha sambil menudingkan telunjuk di depan wajah Arindra membuat tubuh perempuan itu bergerak ke belakang.
"Apa salah jika aku mencintai kamu dan berharap lebih?" pintanya sambil memelas.
"Jelas salah. Aku akan menyudahi pertemuan kita, aku sudah muak dipermainkan seperti ini terus!" ancam Arsha sambil berdiri dari kursi dengan tubuh yang sudah menegang.
Jika yang berada di depannya adalah seorang laki-laki mungkin saja sudah habis di tangannya.
"Aku akan memberitahukan Derra tentang hubungan kamu dengan Farhan," ancam Arindra tak mau kalah.
Arsha yang sudah berdiri seketika memukul meja dengan keras membuat gelas yang berisi kopi sehingga tumpah membasahi meja. Ia tak peduli dengan rasa sakit di tangannya karena ini sudah sangat keterlaluan baginya.
Arindra cukup terkejut karena baru melihat tentara itu semarah ini, jemari Arindra berpegangan erat di sisi kursi dan bersiap menerima kemungkinan buruk sekalipun.
"Sebelum kamu mengadu yang tidak-tidak pada Derra, aku akan berterus terang siapa aku sesungguhnya," tukas Arsha tersenyum licik membuat Arindra semakin dekat dengan kekalahan.
Arsha masih menampakan senyum kemenangan walaupun sebenarnya hati belum siap menerima kekecewaan dari Derra jika mengetahui semuanya yang sudah disembunyikan rapat-rapat.
Baru juga Arsha hendak melangkah tiba-tiba terdengar derap langkah kaki mendekat ke arahnya membuat jantung Arsha seakan berhenti berdetak.
Keringat dingin bercucuran ketika melihat sosok perempuan yang tengah berjalan ke arahnya tetapi tak menatap dirinya yang sudah berdiri dan hanya berjarak beberapa meter saja.
"Derra," bisik Arsha dan Arindra bersamaan.
Perempuan yang baru datang tak memedulikan tatapan dua pasang mata yang mengarahnya. Dengan berlagak cuek walaupun tidak dengan hatinya yang menangis dan teriris, ia menarik sebuah kursi di samping meja mereka.
"De—"
Arsha tak melanjutkan ucapannya karena cekalan di pergelangan tangannya terasa sangat kuat membuat Arsha melirik tajam ke arah Arindra yang tak berdosa memegang tangan di depan Derra.
Waktu seakan berhenti berputar, Derra menatap sekilas ke arah mereka dan memasang wajah pura-pura tak mengenali mereka di sampingnya.
Arsha langsung mengibaskan agar tangan Arindra terlepas dari pergelangan tangannya. Ia kemudian melangkah menuju meja samping tetapi lagi-lagi ia tahan.
Di depannya sudah ada seorang laki-laki tepatnya rival yang berjalan dan mendekati Derra. Sontak membuat mereka bertiga di sana sangat terkejut.
Derra langsung panik dan syok, ia lupa jika setiap hari pasti pimpinannya sudah menunggu kedatangan di lobi utama. Bisa jadi saat dirinya pergi, Farhan mengikutinya.
"Pak Far-han."
Laki-laki yang merasa di sapa hanya berdehem lirih, tak lupa memberikan tatapan sengit pada karyawan perempuan satu lagi di sana yang sudah berjanji akan merebut Arsha dengan satu syarat jangan di depan mata Derra karena nantinya gadis ini akan terluka.
"Mau sarapan apa? Biar nanti saya pesankan," ujar Farhan masih berdiri dan bersiap menuju kasir.
"Teh hangat saja," timpal Derra menatap atas meja dan mengabaikan tatapan sosok Arsha yang lumayan dekat dengan dirinya.
"Sudah saya tebak karena hatimu sedang tidak baik dan butuh kehangatan makanya memiih minum teh," sindir Farhan kepada Derra dan Arsha yang pasti mendengar ucapan karena laki-laki itu berdiri berdampingan.
Farhan melangkah hendak menuju kasir tetapi sebelumnya menatap Arsha penuh kebencian sambil berujar, "Jangan ganggu dia. Saya bersama Elsa sedang urusan bisnis dan pekerjaan kantor."
Derra pura-pura tidak mendengar, ia lebih memilih membuka ponsel dan menghapus foto bersama sahabatnya yang sudah menusuk dari belakang.
Arsha semakin kesal lagi-lagi Farhan menghalanginya. Arindra semakin tersudut karena nantinya ia bakal mendapat caci maki dari atasannya. Diam-diam melirik Derra yang tengah melihat ponsel dan wajahnya terlihat biasa.
"Tolong jangan salah paham, aku bisa menjelaskan semuanya," pinta Arsha yang sudah berada di samping Derra bahkan mengalihkan ponsel agar kekasihnya menatap ke arahnya.
"Sialan," bisik Farhan di ujung ruangan yang melihat Arsha yang tidak mengindahkan larangannya. Petugas kasir di depan bergerak sangat lamban seakan membiarkan Arsha dan Derra bersama.
Setelah mendapatkan apa yang diinginkan, Farhan buru-buru membawa sendiri teh hangat ia dengan langkah tergesa. Ia membiarkan teh tersebut sedikit tumpah dan mengenai kulit tangannya.
Farhan mendorong tubuh Arsha dengan kasar dan terjatuh di atas meja tepat dihadapan Arindra, dengan sigap perempuan itu membantu Arsha untuk bangun.
Derra yang sedari tadi tak acuh akhirnya berdiri juga karena situasi sudah di luar kendali.
Arsha bangun dan berlari menghampiri Farhan dan sekuat tenaga mencengkeram kerah kemeja Farhan dan mendekatkan kepalanya berhadapan dengan dirinya.
Kedua pasang mata yang sudah memanas karena pertikaian hampir saja terjadi jika Arindra tak menarik paksa Arsha untuk mundur.
"AWAS KAMU!" cibir Farhan sambil merapikan kerah kemeja yang sudah tidak beraturan.
Arsha kembali ke pokok masalah utama karena yang penting sekarang adalah Derra percaya kepadanya.
"Derra, aku moh—"
Arsha merayu dan hampir saja merengkuh lengan Derra tetapi perempuan itu sudah bergeser menjauh sambil memalingkan wajahnya.
"JANGAN SENTUH PACAR GUE!" pekik Farhan dengan suara meninggi membuat ketiga di sana terperangah kaget.
Pacar? Ya, Derra dan Farhan tidak ada kata putus di antara mereka.
Derra langsung meraih tas di atas meja dan buru-buru pergi. Ini adalah kesempatan Arsha untuk mengejar dan menjelaskan kesalahpahaman. Sayang lagi-lagi cekalan Farhan di lengan Arsha membuatnya menghentikan langkah.
Perempuan itu buru-buru pergi dan mengabaikan tatapan para pelayan tempat ini karena pagi-pagi sudah terjadi peristiwa tidak mengenakkan di tempat ini. Sepertinya masuk ke mobil pimpinannya lebih bagus dibandingkan menunggu taksi yang yang jelas kapan melintas.
Benar saja dugaan Derra, dua pria sedang berlari mengejar dan mengarah mobil. Namun, Farhan dulu yang lebih sampai karena Arsha tertinggal cukup jauh di belakang.
"Elsa, kamu—"
"JALAN!" teriak Derra dengan kencang apalagi sekarang mata tak sengaja melihat sahabatnya tengah bergelayut manja di lengan kekasihnya.
Farhan seketika kaget baru kali ini ada yang berani membentaknya selain Arsha. Namun, Farhan bisa maklum atas kondisi Derra sekarang.
Mobil melesat menjauh dari mata Arsha yang sudah meradang, Derra sama sekali tak memberi waktu untuknya. Ia lalu menepis tangan Arindra dengan kasar.
"Perempuan sialan!" pekik Arsha tak memedulikan Arindra yang sudah jatuh terduduk di lantai. Rintihan lirih terdengar dari bibir Arindra ketika siku sedikit menghantam tiang penyangga bangunan ini, bahkan sedikit berdarah di sana.
Arsha langsung berlalu pergi begitu saja dan membiarkan Arindra pulang sendiri.
"Aku mau pulang ke rumah!"
Mata Farhan terbelalak kaget karena permintaan Derra yang secara tiba-tiba.
"Ta-tapi ini jam kerja, kita balik ke kantor," tukas Farhan bingung setengah mati apalagi wajah Derra yang sudah memerah karena hampir mau menangis.
"Kalau bapak tidak mau mengantarkan saya pulang dan tetap memaksa kerja lebih baik saya mengundurkan diri."
Hampir saja mobil menabrak jika Farhan tidak hati-hati dalam menyetir mobil. Ia menatap wajah yang selalu mengisi hatinya, tak mungkin membiarkan Derra keluar dari perusahan karena bisa berdekatan saat kerja sudah membuat Farhan bahagia. Setidaknya bisa mendekatkan hubungan mereka seperti dulu lagi.
"Saya izinkan kamu cuti. Tapi besok harus berangkat ya?" pinta Farhan memelas tetapi Derra masih bergeming dan tak membalas satu kata pun.
Mobil melaju menuju rumah Derra dan perempuan itu buru-buru turun karena air mata sudah tak terbendung.
"Derra!"
Baru saja melangkah tetapi ada seseorang yang memanggilnya dan perempuan itu meyakini jika suara tersebut bukan berasal dari pimpinannya.
-Tbc-
N
umpang promosi cerita saya yang lagi open PO ya?
Judul : After the Rain
Jumlah halaman: 379
Harga PO: 78.000
Harga Normal : 95.000
Bonus : Totebag, tasbih, polaroid dan Special gift dari cast After the Rain
Yuk yang mau ikutan PO, tinggal hari ini sama besok. Yang minat silakan wapri ke nomor 089680710616
Dan penampakan bukunya adalah
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro