Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 1 : The beginning of Dark

"Nggh...."

Aku melenguh pelan ketika kubuka kedua kelopak mataku. Penglihatanku masih berkunang-kunang dan terasa berat sehingga aku harus mengerjapkan mataku berkali kali hingga semua yang ada di sekelilingku terlihat.

Tubuhku terasa berat saat aku berusaha mengangkatnya, perlahan namun pasti, aku berdiri dan berjalan walaupun masih dalam kondisi setengah sadar.

Sungguh aneh.

Hingga barusan, aku masih berada di gudang sekolah. Namun sekarang..

Sebuah ruangan luas namun kosong . Pencahayaannya sangat sedikit, namun masih cukup terang untukku melihat sekelilingku.

Barulah kusadari bahwa ada sebuah kristal berwarna merah yang melayang di tengah tengah ruangan. Aku pun berlari menghampirinya. Dan begitu aku tiba, tiba-tiba sebuah suara memasuki pendengaranku.

"Selamat datang, pemain 1. Selamat datang, pemain 1. Anda telah berhasil memasuki babak pertama dari permainan"

Per..mainan?

"Sebentar- apaan ini?? Permainan apa maksudnya, dan siapa yang ngomong barusan?? Keluar lo!" teriakku seraya melihat ke sekelilingku, namun tetap saja yang kulihat hanyalah ruangan kosong.

"Peraturan dalam permainan, anda diperbolehkan untuk melakukan segala cara untuk menang, jika itu artinya harus membunuh pemain lain, tapi... anda tidak boleh terluka"

"Setiap kali anda terluka, detektor di pergelangan tangan anda akan berbunyi dan salah satu lampu akan mati"

Aku refleks mengangkat pergelangan tanganku, kedua netra-ku melebar menyadari bahwa ada sebuah gelang dengan tiga lampu merah yang menyala melingkar di lenganku. Aku bahkan tak tahu bagaimana gelang itu bisa ada disana.

"Jika ketiga lampu mati, maka gelang akan otomatis meledak dalam hitungan 10. Dan anda akan hancur berkeping-keping"

"Tapi jika anda mati karena dibunuh , maka gelang juga akan meledak secara otomatis"

Ucapan terakhir dari suara itu membuat lututku bergetar seolah akan kehilangan kekuatannya. Bukankah itu seperti mengatakan bahwa kau harus pandai memanfaatkan kesempatanmu untuk dapat keluar dari sini dengan selamat? Dan memenangkan ini tanpa terluka... terdengar mustahil.

"Sebagai bekal anda dalam permainan, dipersilahkan untuk menpergunakan benda yang ada di saku belakang celana anda dengan sebaik-baiknya"

Aku refleks merogoh saku celanaku dan terkejut melihat sebuah revolver gun di tanganku. Bahkan aku tidak pernah memegang benda ini seumur hidupku.

"Dan sebaiknya anda berhati-hati, karena pemain lainnya juga mendapatkan bekal sama seperti yang ada dapatkan. Berusahalah dan jaga nyawa anda"

"Jika sudah mengerti, pemain lainnya dipersilahkan untuk berkumpul"

"T-tunggu! Aku tidak ingin jadi bagian dalam permainan ini! Keluarkan aku dari sini!"

Di saat yang bersamaan, aku mendengar suara pintu terbuka di belakangku. Aku bahkan tidak sadar akan keberadaan pintu itu sampai mereka membukanya. Alangkah terkejutnya aku melihat Gadis berambut coklat itu, ketiga anak yang barusan memukulku, dan tiga lelaki lainnya yang tidak kukenal memasuki ruangan dari tujuh pintu yang berbeda.

Aku buru-buru menyimpan kembali senjataku di balik kemejaku, kemudian mengalihkan perhatianku pada mereka yang kian berjalan mendekatiku.

"K-kalian??"

Gadis itu diam membisu, sama seperti enam lelaki lainnya. Mereka hanya menatapku dengan sama bingungnya. Hingga salah satu dari mereka buka suara.

"Gue kira lo udah mati tadi" ujar salah satu lelaki yang tadi memukulku, kalau tidak salah Solar namanya.

"Ini apaan sih? Kita ada dimana?" lelaki lainnya yang berdiri di sebelah Solar bertanya, namun tidak ada yang bisa menjawabnya.

"Hey Ying, kamu sepertinya tau sesuatu kan??"

Solar berjalan mendekati gadis berambut coklat yang rupanya bernama Ying itu. Perhatian kami langsung tertuju padanya, dan membuat gadis itu merasa tidak nyaman. Namun pada akhirnya ia pun berbicara.

"Bidak hitam itu..."

Solar menaikan alisnya "bidak hitam?"

Gadis itu mengangguk pelan, ia menatap Solar nanar "Bidak hitam yang kau jatuhkan... itu adalah portal menuju permainan kematian dan telah dianggap sebagai benda keramat oleh Club Boardgame. Y-yang kudengar.. salah satu anggota mereka terjebak dalam permainan kematian, dan tidak berhasil keluar... karena itulah mereka menutup club...untuk menyembunyikan aib ini.."

"Solar.. tadi kamu menjatuhkan bidak hitam itu. Ada yang bilang , sekali bidak hitam dijatuhkan, gerbang menuju permainan kematian akan terbuka, dan tidak ada yang bisa keluar kecuali kita memenangkan permainan"

Mendengar penjelasan panjang lebar dari Ying, kami refleks menengok pada Solar yang berkeringat dingin. Dalam hatiku ingin memukulnya, sama seperti yang ia lakukan padaku tadi. Dan aku cukup yakin anak-anak lainnya pun berpikiran demikian.

"H-hey! Berhenti menatapku, oke! Aku tidak tahu kalau jadinya akan seperti ini! L-lagian, mana kutau kalau bidak itu ternyata portal atau apalah! Jangan salahin aku!" kesal Solar.

Aku menghela nafas panjang. Ucapan dia ada benarnya. Tidak ada yang tahu jika akan berakhir seperti ini, marah-marah pun percuma karena pada akhirnya kami tetap harus berjuang untuk dapat keluar dari sini.

"Baiklah... karena sudah terjadi, kurasa lebih baik kita bekerjasama untuk menyelesaikan ini. Bagaimana kalau dimulai dengan berkenalan? Namaku Halilintar Thunderstorm.."

"Cih- gak usah sok akrab deh kamu" Solar melipat kedua lengannya di dada, menoleh ke arah lain dengan kesal.

Ying menggeleng-geleng melihat tingkah Solar yang kekanak-kanakan, ia melanjutkan kata-kataku "Namaku Ying Amberly, panggil saja aku Ying" ucapnya.

"Namaku Blaze Andrew , ini saudaraku Ice Frost" salah satu lelaki bernetra jingga menyala itu berkata seraya merangkul lelaki di sebelahnya yang terlihat mirip dengannya, hanya dibedakan oleh warna bola matanya yang kebiruan.

"Dan temen kami ini, dia Solar Light. Orangnya emang Tsundere, jadi maklumin aja ya ges"

Solar langsung melotot pada Blaze yang tertawa tawa, ia menatapku sesaat lalu kembali membuang muka dengan wajahnya yang sedikit memerah karena malu.

"Oh ya kalian.. kita belum ketemu sebelumnya. Kalian dari mana?" tanyaku, mengalihkan perhatianku pada tiga lelaki asing itu.

"G-gue Gempa.. ini adik-adik gue Thorn dan Taufan. Bisa lo jelasin gak, sebenernya kita dimana dan ada apa sih?? Gue lagi main basket sama curut-curut ini tadi! Kok tiba-tiba gelap??"

Taufan dan Thorn, yang dibelakangnya pun berpelukan sambil mengangguk angguk. Baiklah, ini lucu.. mereka sepertinya adik kelas karena perbedaan warna pada dasi yang mereka kenakan.

Sebagai informasi, kepala sekolah sudah memberitahuku sejak awal. Bahwa anak kelas 1 , 2 , dan 3 dapat dibedakan melalui warna dasi yang kami kenakan. Anak-anak kelas 1 mengenakan dasi berwarna biru , kami anak-anak kelas 2 mengenakan dasi merah, dan Gempa, dia adalah warga kelas 3 mengenakan dasi hijau.

"Taufan dan Thorn.. kalian kembar ya?? Mirip banget!" celetuk Ying.

Salah satu dari mereka yang bernetra biru safir mengangguk "I-iya! Aku Taufan Alvino, ini adik aku Thorn. Kami cuma beda 5 menit sih.." ucapnya.

"Lucunya! Salam kenal- Taufan, Thorn! Kita gak akan bully kalian kok karena kalian lucuu!" Ice, yang biasa-biasanya diam tiba-tiba menimpali dan menyalami kedua kembar itu.

"Heeh! Kok kalian sesantai itu sih?? Kita ini lagi di antah berantah loh?? Dan gak tau kalau kita bisa keluar dari sini apa nggak! Bisa serius dikit gak sih??" Gempa tiba-tiba berkata emosi.

"Apaan sih kakak kelas satu ini, emosian banget gajelas" Solar yang sedaritadi diam, menyeletuk.

Gempa langsung menengok pada Solar dengan wajah tak suka "Santai banget ya lo, padahal lo biang keladinya! Kalau bukan karena lo, kita gak bakalan disini tau gak!"

"Apa lo bilang??"

"Ihh udah udah! Jangan berantem bisa gak??" Ying bergerak menghalangi tubuh Solar yang nampaknya sudah siap menyerang Gempa, ia menatap Gempa dan Solar secara bergantian.

"Tolong berhenti nyalahin satu sama lain. Gak ada yang tau kalau ini akan terjadi, sekarang kita hanyapunya satu sama lain, kita harus bersama-samacari jalan keluar dari sini" ucap Ying , menenangkan keduanya.

"Ying bener. Berantem gak akan menyelesaikan masalah. Kita akan buktikan kalau kita bisa memenangkan permainan kematian ini, dan kita semuanya akan keluar dengan selamat" ujarku.

"Jangan bicara seolah-olah kamu itu leader deh, Hal" Solar mencetus sebal , dan Ying langsung menyikut lengannya.

Anak ini benar-benar bermulut kasar, pantas saja ia jadi pembully di sekolah.

"Selamat datang, Selamat datang para pemain. Sudah berkenalan? Mungkin kalian penasaran, apa sebenarnya tujuan permainan ini, dan kenapa kalian yang terpilih untuk bermain permainan ini.."

Suara yang sama kembali datang entah dari mana. Kali ini, kami semua dapat mendengarnya.

"Ralat weh- kita gak penasaran! Kita cuma mau keluar dari sini!" Solar berteriak menyahuti suara itu.

"Kalian adalah orang-orang terpilih"

"Hello? Terpilih apanya ya? Sok tau banget lo tentang kita" Gempa ikut menyahut dengan songongnya.

"Gempa Bradley, kelas 3-2. Pelaku pembunuhan Yaya Nagisa, kelas 3-1 dua minggu lalu, dan mayatnya dibuang ke jurang di gunung belakang sekolah"

Aku dan yang lain langsung menengok ke arah Gempa dengan kaget, seakan tak percaya. Sementara Gempa mendadak keringat dingin, ia menggeleng kuat seraya mengibas-ibaskan tangannya.

"B-bohong! Apaan sih?!" marahnya.

"Ternyata elo ya kak pelakunya, ish pinter banget lo. Polisi aja ga berhasil ngungkap kasusnya, ntar gue laporin ah" ujar Solar, terkekeh karena merasa sudah memegang aib dari kakak kelas menyebalkannya itu.

"Solar Light, kelas 2-1. Pelaku utama Bullying yang telah mengakibatkan 2 siswa bunuh diri.."

"Eh anjir apaan??"

Gempa tertawa terbahak bahak "bedanya apa lo sama gue?"

"Beda! Gue gak bunuh orang kayak lo!"

"Heh- lo bikin orang bundir gara-gara lo bully! Bedanya apaan!"

"Udaaah sih kalian! Bisa diem dikit gak??"

Ying kembali melerai mereka dengan teriakannya yang cukup melengking, sukses membuat keduanya terdiam.

"Ying Amberly kelas 2-1, kau telah membunuh adikmu yang masih berusia 3 tahun dengan menjatuhkannya dari beranda apartemenmu, beralasan bahwa anak malang itu terjatuh karena bermain terlalu dekat dengan beranda.."

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini semua yang ada di sana terdiam seribu bahasa. Termasuk Solar dan Gempa, yang kini hanya menatap Ying seolah tak percaya. Ying yang selalu dikenal sebagai anak baik dan polos, ternyata...

Sementara Ying , tubuhnya gemetaran luar biasa. Ia memeluk dirinya sendiri dan terjatuh pada kedua lututnya, teringat akan masa lalunya yang menyakitkan.

"Blaze Andrew, menabrak seorang gadis SMP dengan motor yang kau bawa secara ilegal tanpa SIM , yang mengakibatkan gadis itu kehilangan nyawanya di rumah sakit"

"Ice Frost, berkata kasar dan membunuh ayahmu sendiri dengan mencekiknya dan menggantungnya untuk menunjukan seolah-olah dia bunuh diri.."

"Thorn dan Taufan Alvino, pelaku kekerasan dan pemerkosaan terhadap seorang anak sekolah dasar kota Timur yang masih di bawah umur ,menyebabkan anak itu harus dioperasi karena luka yang parah pada organ intimnya dan akhirnya meninggal karena traumanya.."

Kian lama, suara itu semakin keras dan semua orang yang dipanggilnya itu mulai mencengkram kepala masing-masing karena masing-masing mengingat masa lalu mereka . Sesungguhnya, hal ini tidak pernah kusangka sebelumnya, dan mengingatkan padaku bahwa kau tidak pernah bisa menilai seseorang dari covernya.

"Sudah cukup, hentikan itu!"

"Halilintar Thunderstorm"

Aku tercekat saat suara itu memanggil namaku.

"Membunuh dokter yang memberikan vonis penyakit kanker darah padamu , sedikit kejam..tidakkah kau pikir?"

Sontak, semua mata langsung tertuju padaku dengan tatapan yang berbeda beda.

"Sekarang kalian mengerti, kenapa kalian disebut orang-orang terpilih? Masing-masing dari kalian telah melakukan dosa yang tidak akan pernah bisa dimaafkan. Tapi kalian diberi kesempatan untuk lolos darinya, tidakkah kau pikir kalian cukup beruntung?"

"Tenang saja, rahasia kalian tidak akan keluar dari sini. Asalkan kalian bermain sesuai aturan, dan jaga diri kalian supaya tidak mati"

"Mudah bukan? Saya rasa kalian sudah mengerti. Karena kalian sangat mudah menghilangkan nyawa orang lain, kalian pasti pandai menjaga nyawa kalian sendiri"

"Jika semuanya jelas, maka permainan pertama akan dimulai. Silahkan pergi ke ruangan di sebelah kanan kalian







To be continued.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro