❆ one - suprise!
Pagi itu (Y/n) bangun dengan bersemangat walaupun cuacanya sangat dingin dan membuat siapapun yang merasakan hawa itu akan memilih untuk tetap berada di pulau kapuknya. Gadis itu melihat ke arah kalender dan benar saja, ini tanggal 24, bulannya (PMS) sudah datang minggu lalu, ia akan menikmati natal yang indah bersama Amatsuki kekasihnya besok.
Netra gadis itu nampak fokus dengan layar ponselnya, jari jempolnya bergerak di layarnya, ia melihat-lihat toko online untuk mencari ide hadiah natal untuk Amatsuki.
Ia merasa putus asa, hadiah-hadiahnya terlihat biasa saja dimatanya. Ia ingin memberikan sesuatu yang spesial untuk Amatsuki dan yang pasti bukan kencan romantis yang selama ini Amatsuki idam-idamkan bersamanya. Terlalu pasaran.
Karena iseng, gadis itu mencari kontak si surai cokelat di ponselnya kemudian menelponnya. Gadis itu tau kalau pria itu belum bangun kalau cuacanya begini. Ia terkikik pelan sambil memikirkan bagaimana reaksi Amatsuki yang terganggu nanti.
"Nee, ada apa (Y/n)-chan pagi-pagi begini? Aku masih mengantuk," kata yang diujung telepon dengan nada yang sayu dan diakhiri dengan suara menguap.
Sang gadis tidak kuasa menahan cekikikannya. Ia menyukai suara Amatsuki ketika sedang mengantuk, itu adalah hiburan tersendiri baginya.
"Tidak apa-apa, hanya saja apa yang kamu mau untuk hadiah natal tahun ini Amachan?"
"Uhn ... " yang ditelpon nampak berpikir, pikirannya masih belum terkumpul karena baru bangun tidur, " ... menghabiskan natal bersamamu rasanya sudah cukup."
Wajah (Y/n) langsung memanas dibuatnya. Ia tidak peduli jika orang-orang zaman now menganggap dirinya bucin, selama bucinnya tidak sampai kelewatan ia rasa tidak apa-apa. Bagaimana cara orang mengekspresikan rasa kasih sayang mereka kalau bukan lewat perkataan ataupun perbuatan mereka? Sungguh siapapun yang menggunakan kata bucin itu tidak pernah merasakan yang namanya cinta.
" ... (Y/n)-chan kau dengar?"
"Ha'i, ha'i. Kalau begitu nanti siang temani aku belanja ke mall dan bantu aku mendekorasi rumah ya!"
"Baiklah, akan kujemput kamu jam sebelas siang nanti."
*
Gadis itu merapatkan mantelnya karena udara semakin dingin saja, sang pria yang melihatnya menjadi cemas. "Kalau kamu kedinginan bilang saja, (Y/n)-chan. Seharusnya aku parkir di underground saja."
Yang empunya nama menggeleng pelan. "Bagunan mall-nya sudah dekat juga."
Mereka berdua memasuki mall itu dengan pintu yang terbuka otomatis. Aroma pastry hangat langsung menyambut mereka, itu adalah aroma dari toko roti yang letaknya dekat dengan pintu yang mereka masuki.
"Bisakah kita berpencar saja Amachan?" pinta gadis itu.
Sang pria langsung kaget dan mengira gadis itu sedang mengambek kepadanya lantaran ia tadi agak terlambat menjemputnya. "Kenapa (Y/n)-chan? Kamu marah?"
(Y/n) terkikik pelan melihat wajah cemas Amatsuki. "Tidak. Hanya saja aku mau membelikan hadiah untukmu, aku tidak ingin kamu mengintip apa yang aku belikan saja."
Amatsuki menghela napasnya lega. "Oke. Kita bertemu di toko roti tadi saja ya?"
Dengan semangat gadis itu mengangguk kemudian meninggalkan Amatsuki sendirian. Ia menuju ke lantai 2 lebih tepatnya ke toko kostum, ia ingin menghadiahkan Amatsuki kostum Santa Claus sehingga anak anak di panti senang. Gadis itu berencana membagikan hadiah untuk anak-anak panti, dan anak-anak pasti akan senang jika ada Santa Claus—dalam hal ini Amatsuki yang memakai kostum santa—yang membagikannya untuk mereka.
Setelah puas dengan kostum yang ia pilih, gadis itu membeli kertas kado dan pita barulah ia kembali ke lantai 1 untuk menemui Amatsuki.
Sang pria dicarinya ternyata sudah ada disana sambil memegang dua buah pastry di tangannya, menunggunya. Gadis itu mendekat kemudian tersenyum kepada lelaki itu.
"Apakah kamu menunggu lama?"
Sang pria bersurai cokelat menggeleng. "Tidak, buktinya roti ini masih hangat. Ayo makanlah."
(Y/n) menerima roti yang disodorkan kepadanya, ia mengigit roti itu sedikit. "Ah! Rasanya renyah di luar namun saat kau sudah mengunyahnya seperti lumer di mulut. Dan apakah saus apel itu isiannya? Saus apelnya sangat banyak!"
Sang lelaki tertawa kecil melihat tingkah si gadis. "Mau kemana lagi?"
Gadis itu menggeleng pelan. "Tidak. Ayo kita pulang! Aku tidak sabar menghias pohon natal dan membungkus kado untukmu."
Amatsuki tersenyum kecil, tetap saja senyumannya itu manis. Mereka berdua berjalan ke parkiran kemudian barulah Amatsuki yang menyetir mereka kembali ke rumah (Y/n). Setelah membuka mantel mereka, mereka langsung saja menghiasi rumah (Y/n) dan tak lupa pohon natalnya.
Tidak lama, sudah saatnya memasang bintang yang ada di puncak pohon natalnya. Untunglah pohon natalnya tidak terlalu tinggi jadi mereka berdua memasangnya bersama-sama.
(Y/n) menatap wajah Amatsuki kemudian tersenyum, pandangan mereka akhirnya bertemu membuat pipi kedua insan itu memanas. Namun suara dering telepon (Y/n) mengganggu suasana mereka berdua.
"He? Dari siapa?" tanya Amatsuki penasaran.
Sang gadis mengeceknya. "Papa." Ia langsung menjawab telepon itu.
"Ada apa Pa?"
"Papa mau datang?"
"Secepatnya?"
"Ya, aku tidak keberatan."
"Akan kutunggu kedatangan Papa!"
(Y/n) mengakhiri teleponnya namun kali ini Amatsuki yang mendapatkan pesan dari Ayahnya. Ia langsung mengeceknya kemudian membacanya.
"Ayahku juga mau datang kesini segera," ujarnya.
Tidak lama mereka menunggu, kedua pria itu datang dengan wajah yang saling sinis. Suasanya sangat canggung tidak ada yang memulai pembicaraan, bisa dilihat kalau kedua orang tua itu nampak kesal dengan satu sama lain.
"(Y/n) pokoknya Papa ingin kamu putus dari anak Araki itu! Papa tau kalau mau mencintainya namun ini tidak bisa diterima!"
"Amatsuki! Kenapa kamu tidak pernah bilang Ayah kalau pacarmu itu anaknya Luz?!"
Rasanya (Y/n) mau pingsan di tempat. Kedua orang tua itu bersikap layaknya anak-anak, (Y/n) benar-benar tidak tahu kalau Ayah Amatsuki itu Araki, saingan Papa. Amatsuki pun sebaliknya.
Amatsuki angkat bicara. "Tuan Luz, dan Ayah. Aku tahu kalian ini adalah saingan bisnis yang ketat namun itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan Aku dan (Y/n)."
Araki bediri kemudian segera membawa Amatsuki keluar dari sana. "Kita akan pergi ke Amerika besok. Kau akan tinggal disana, tidak apa penolakan."
Hubungan kedua insan yang sudah mereka bangun sejak 2 tahun yang lalu kini bisa hangus dalam sekejap mata. Semua karena hal yang sepele, uang dan persaingan kedua orang tua itu.
❅❆———
ngomong-ngomong ini buku akan kupublikasikan babnya secara bertahap sampai tanggal 25 jadi stay tune~
dan jangan lupa cek 10 Pesawat Kertas yang akan kupublos setelah ini uwu
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro