❆ four - end
Dengan kaki kecilnya gadis itu berlari melintasi taman menuju ke pohon natal pusat kota, ini adalah kesempatannya. Kesempatan untuk bersama Amatsuki selamanya.
Ia tidak peduli walaupun udara mendingin dan salju yang tadi perlahan turun menjadi semakin lebat. Membuat jalanan menjadi licin, itu bukan masalah (Y/n) sebenarnya namun itu adalah masalah bagi mobil yang melintas dengan kecepatan tinggi.
Gadis itu lalai, ia tidak memperhatikan jalanan. Mobil itu juga lalai karena berkendara dengan kecepatan tinggi ditengah jalanan yang sedang licin, rem bahkan tidak bisa memperlambat pergerakan sang mobil.
Inilah akhirnya. Mobil menabrak sang gadis dan seseorang yang memeluknya untuk menjaga gadis itu.
Malam natalnya berakhir dengan sia-sia.
*
*
*
*
*
*
*
(Y/n) membuka matanya pelan, bau obat-obatan langsung memenuhi indra penciumannya. Ia berusaha untuk bangun, ia dapati dirinya sedang terbaring tidak berdaya di kasur rumah sakit.
Air mata mengalir di pipinya, ia berharap bahwa kejadian itu hanyalah mimpi. Ia ingat siapa yang menyelamatkannya—Amatsuki. Ia ingat bagaimana Amatsuki terbaring lemah penuh darah sebelum akhirnya ia tidak sadarkan diri.
Seorang pria paruh baya masuk dengan wajah yang shock dan lega. Ayah sang gadis, Luz, langsung memeluk gadis itu tidak mau kehilangan gadisnya.
"Okaeri, putriku," kata pria itu sambil menangis di pundak sang gadis.
Gadis itu balas memeluknya namun tetap saja rasa sedih di dalam hatinya masih terasa. Amatsuki pasti tidak bisa diselamatkan lagi.
"Ta-tadaima ...." lirihnya.
Tidak lama pintu diketuk, Luz berhenti memeluk kemudian membukakan pintu bagi siapapun itu. Seorang pria berambut merah masuk sambil mendorong kursi roda, anaknya ada di kursi roda itu.
Netra (e/c) gadia itu membulat tidak percaya. Itu benar-benar Amatsuki, pemuda itu masih hidup dan sekarang ia sedang menatap (Y/n) dengan senyuman manisnya. Gadis itu kemudian menatap sang ayah dan pria berambut merah itu, ia tidak percaya kalau mereka berdua sekarang ada diruangan yang sama.
Luz mengeluarkan kotak perkakas merah. "(Y/n) kalau bukan karenamu, kami tidak akan bisa bersatu lagi. Perkelahian konyol karena bisnis ini harus berhenti, kami putuskan untuk bekerja sama seperti dulu."
"Maafkan kami berdua yang mencoba memisahkan kalian dan membuat kalian celaka begini," sahut Araki, "aku percaya keajaiban natal yang membuat kita semua bersatu seperti ini."
Amatsuki angkat suara. "Nee, (Y/n)-chan, kamu belum memberikan jawabanmu."
Wajah gadis itu memerah, ia paham apa yang dimaksud dengan Amatsuki. "O-oi ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya begitu."
Lelaki itu terkekeh. "Tenang saja, tulang kakiku hanya patah namun tetap bisa sembuh. Jadi, bagaimana?"
"Y-ya! Aku bersedia!"
Luz dan Araki yang melihat kejadian itu bersiul-siul, mereka berdua lupa kalau orang tua mereka disana.
"Ahaha ya abaikan saja kami, ya~"
"Oh iya, putriku bukankah kau ingin memberikan hadiah juga untuk Amatsuki?" Luz mengeluarkan lagi sebuah kado, itu adalah kadonya untuk Amatsuki.
Amatsuki menerima kado itu kemudian langsung membukanya, ia terkejut dan tidak menyangka kalau (Y/n) akan memberikan kostum santa claus untuknya.
"Hey, apakah kau ingin aku terlihat konyol dengan kostum ini (Y/n)-chan?" katanya sambil tertawa renyah.
Sang gadis menahan agar ia tidak menampar Amatsuki sekarang juga. "Bukan begitu bodoh! Aku hanya ingin kamu menggunakan kostum itu kemudian membagikan hadiah untuk anak anak di panti asuhan, pasti mereka senang jika begitu kan?"
Amatsuki tersenyum. "Sayang, natal sudah lewat tiga hari yang lalu."
"Tidak apa-apa, masih ada tahun depan anak-anak. Kami tidak akan menganggu kalian, tenang saja," Araki mencoba menenangkan mereka semua.
Luz juga tidak mau kalah. Ruangan itu sekarang dipenuhi dengan keceriaan walaupun salju kembali turun hari itu.
❅❆———
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro