Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

|| Bagian Tujuh ||

Pak Bento tersenyum melihat Rayen mengangkat tangannya. Ia sudah yakin jika Rayen pasti bisa memperbaiki jawaban Fandi yang sedikit meleset.

"Silakan, Rayen."

Rayen maju ke depan lalu mengubah jawaban Fandi yang kurang tepat. Setelah itu, Pak Bento memeriksa jawaban Rayen.

"Jawaban kamu sangat tepat. Silakan duduk!"

Rayen mengangguk singkat, lalu duduk di bangkunya. Akhirnya, ia terbebas dari hukuman Pak Bento.

"Baik. Kita lanjutkan pembelajaran, ya!" ucap Pak Bento.

"Baik, Pak."

"Gue baru lega setelah Rayen duduk," ucap Yunian pada Diyan.

"Iyalah, gue juga. Merasa bersalah banget kalau orang yang nunjukkin kita malah yang kena hukum kayak gitu."

"Besok-besok kita kudu ngerjain sendiri aja," ucap Yunian.

"Iya. Nyontek dikit aja lagi, jangan semuanya."

"Eh, itu mah sama aja lo pengen nyontek."

"Diyan, Yunian! Kalian lagi ngomongin apa? Sudah selesai mencatatnya?"

Diyan gelagapan, sedangkan Yunian langsung pura-pura menulis di buku catatannya.

"I-ini lagi mencatat, Pak," jawab Yunian.

Gadis itu mencolek Rayen di depannya, meminta buku Rayen untuk menyalin catatan cowok itu.

"Untung si Rayen mencatat. Lo, sih, Yan. Ngajakin gue ngobrol, gue jadi ketinggalan, huft."

"Lo juga kali, Yun. Kan lo yang mulai duluan."

"Ssst, udahlah. Jangan pada berantem!" lerai Rayen menoleh singkat.

"Ampun, Bang jago!" sahut Diyan dan Yunian serentak.

***

Siang ini, setelah pulang sekolah. Geng Laguna berkumpul di rumah Diyan.

Rayen dan Diyan bermain play station di kamar Diyan, sedangkan Yunian hanya sibuk dengan ponselnya.

"Udahlah, Yan. Gantian gue yang main," ucap Yunian karena tidak diacuhkan oleh kedua sahabatnya itu yang sedang asyik bermain.

"Lo makan aja sana. Mami gue udah masak, tuh," suruh Diyan.

"Gue kagak lapar, gue juga mau main."

"Ah, nanti aja. Lagi seru, nih," ucap Diyan.

Kamar Diyan sangat besar, bahkan luasnya sebesar rumah Yunian yang sederhana saja. Kamar cowok itu bak apartemen yang tersedia kamar mandi, dapur, dan ruang tamu di dalam kamarnya.

"Yan, teman-teman nyokap lo masih lama gak, sih, perginya? Gue pengen nonton di bawah," tanya Yunian.

"Teman-teman Mami gue gak akan ingat pulang kalau udah ke sini, palingan nanti malam mereka pulang. Lo nonton di sini aja, tuh, remotnya di atas kulkas," ucap Diyan.

"Ah, gak mau. Gue, kan, niatnya mau nonton gosip sama nyokap lo. Tapi karena nyokap lo lagi sibuk sama temannya. Ya udah gak jadi, deh."

"Gosip aja pikiran lo!" sindir Rayen.

"Eh, Babang Rayen nyahut juga, kirain udah lupa cara ngomong, karena diam aja sejak tadi."

Rayen kembali menutup mulutnya. Percuma menyindir orang yang lebih pintar membalas sindirannya.

"Eh, udah dong mainnya. Gue mau cerita, nih," ucap Yunian.

"Nanggung, Yun."

"Ahelah, gue mau cerita tentang Kiara."

"Kiara?" tanya Rayen langsung. Yunian menyipitkan matanya menatap Rayen.

"Yee, urusan Kiara aja baru kepo lo."

"Emang ada apa sama si Kiara?" tanya Diyan.

"Tadi, kan, gue ke toilet. Abis itu ... matikan dulu PS-nya!" suruh Yunian kesal. Buru-buru Rayen melempar begitu saja stik PS-nya.

"Apa-apa?" tanya Diyan.

"Gue lihat si Kiara lagi nangis di toilet, terus gue nguping, kan, ternyata dia lagi teleponan sama seseorang. Terus si Kiara bilang hmm ... pokoknya dia gak akan maafin orang itu, gitu deh."

"Hah?" tanya Diyan yang masih proses loading.

"Terus, apa lagi yang lo dengar?" tanya Rayen penasaran.

"Hmm ... gue dengar, si Kiara katanya mau ke danau dekat sekolah kita itu, dia kayak ngomong sendiri bilang gini, 'gue bakal ke danau, gue harus ke sana' gitu, deh."

"Jangan-jangan si Kiara lagi ada masalah, terus mau bunuh diri di danau?" ucap Diyan yang membuat Rayen segera mengambil kunci motornya di atas meja.

"Gue cabut," ucap Rayen berpamitan singkat.

"Eh, eh, Yen! Lo mau ke mana?" tanya Yunian. Terlambat, karena Rayen sudah keluar dari kamar Diyan.

"Gue curiga, nih," ucap Yunian menatap Diyan, seolah meminta cowok itu mengerti akan ucapannya.

"Gue juga," ucap Diyan menyetujui maksud Yunian.

***

Rayen segera memarkirkan motornya, lalu berlari menuju danau. Jantungnya berdegup kencang dengan pikiran buruk yang menghantuinya.

Setelah sampai, cowok itu tidak menemukan siapa pun di sini. Kosong dan sepi. Rayen menatap air danau yang dalam. Tidak ada tanda-tanda jika ada yang jatuh ke sana.

"Ah, gak mungkin juga dia bunuh diri," gumam Rayen. Ia terlalu takut dengan pikiran-pikiran buruk di kepalanya.

Apa jangan-jangan Kiara sudah pulang? Mungkin ia hanya mampir sebentar ke sini. Ah, Rayen jadi malu bertemu dengan kedua sahabatnya setelah ini, karena ia pergi begitu saja meninggalkan mereka.

"Ah, gak ada siapa-siapa di sini," ucap Rayen, lalu berbalik. Ia akan pulang saja. Namun, setelah membalikkan badan, ada seseorang yang berdiri di depan Rayen dengan mata sembab.

"Kiara?" tanya Rayen, karena terkejut melihat gadis itu sudah ada saja di belakangnya dan menatap lirih ke arahnya.

Tiba-tiba Kiara menghambur memeluk Rayen yang membuat cowok itu menegang. Sesungguhnya, ia tak pernah dipeluk atau memeluk seorang gadis sebelumnya.

"Rayen ...."

***

Hai, semuanya.

Jangan lupa vote and comment, ya.

Makasih yang udah mau baca, semoga suka, ya.

Thanks

~Amalia Ulan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro