Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

|| Bagian Delapan ||

Rayen masih menegang, tangannya tak berani membalas pelukan Kiara. Gadis itu akhirnya melepaskan pelukannya.

"Ma-maaf, ya," ucap Kiara.

"Nggak papa," jawan Rayen.

Kiara mengusap matanya yang membengkak. Rayen menatap Kiara, sepertinya baru selesai menangis.

"Lo kenapa?" tanya Rayen.

"Ah, ngg-gak ada."

"Cerita aja."

"Lo ngapain di sini?" tanya Kiara mengalihkan pembicaraan.

"Gue cuma lewat aja tadi."

Tidak mungkin juga Rayen jujur ia ke sini karena khawatir memikirkan Kiara.

"Ehm ... ya udah. Gu-gue pulang dulu, ya," ucap Kiara.

"Biar gue anterin!" sahut Rayen menarik tangan Kiara pergi dari situ.

"Ma-makasih."

Rayen terkekeh pelan. Ia menatap Kiara ....
"Udah, entaran aja makasihnya kalau udah sampai."

"Okedeh."

***

"Udah sejam loh si Rayen pergi kagak balik-balik," ucap Yunian menatap jam dinding di kamar Diyan.

"Bukannya dia udah pulang ke rumahnya?"

"Yakali dia mau pulang cepat-cepat. Mamanya kan ada di rumah sekarang, mana mau tuh anak pulang cepat."

"Jangan-jangan dia pergi main dulu sama si Kiara?" Yunian menepuk paha Diyan keras membuat cowok itu meringis.

"Kalau beneran kayak gitu, fiks Rayen udah suka sama Kiara," ucap Yunian.

"Setuju."

"Gak bisa dibiarin, nih, kalau kayak gitu kita juga kudu cari pacar dong, Yan. Masa kalah sama si Rayen."

"Gue udah ada si Rere," ucap Diyan refleks. Cowok itu menepuk mulutnya, karena sudah keceplosan.

"Rere? HAH!"

Yunian terkejut bukan main. Ia tak menyangka kedua sahabatnya menyukai dua cewek yang berasal dari Geng Kloker---musuh mereka.

"Kenapa pada suka sama anak Kloker, sih!"

"Emangnya lo kagak suka sama si Afri?" tanya Diyan.

"Kagaklah, gue gak mungkin suka sama mereka. Ingat, Yan. Sampai kapan pun geng kita tidak akan pernah akur sama  Geng Kloker."

"Ta-tapi, kan ...."

"Assalammualaikum," salam seseorang masuk ke dalam kamar Diyan.

"Waalaikumsalam. Balik juga lo," sindir Yunian.

"Iyalah."

"Gue kirain udah lupa sama kita karena asyik sama pacar baru," sindir Yunian lagi.

"Pacar? Siapa? Gue gak punya pacar."

"Ah, masa? Kiara lo anggap apa?"

"Temanlah," jawab Rayen singkat.

"Ciee, udah ngakuin teman bukan musuh lagi."

"Apaansih lo," ucap Rayen kesal, lalu merebahkan badannya di kasur Diyan.

"Lo beneran udah suka sama dia?" tanya Diyan buka suara.

"Nggak. Gue b aja."

"Serius?"

"Yaiyalah," jawab Rayen.

"Kita lihat aja nanti."

***

Yunian pulang diantarkan oleh Rayen ke rumahnya. Dahi Yunian berkerut melihat ada seseorang di depan rumahnya.

"Oh, no!"

"Kenapa?" tanya Rayen.

"Ada Bang Somad."

"Emang kenapa?"

"Lo harus nurutin apa kata gue nanti, ya, pura-pura jadi cowok gue," ucap Yunian.

"Hah?"

Rayen memberhentikan motornya, Yunian langsung turun dan menyalami tangan Yumi.

"Hai, Dek Yunian. Apa kabar?" tanya Somad dan akan menyentuh tangan Yunian, tetapi ditepis sama gadis itu.

"Baik, Bang."

Yunian tiba-tiba menggandeng tangan Rayen, yang membuat cowok itu heran.

"Eh, lo ngap--" Yunian tanpa perasaan menginjak kaki Rayen yang membuat cowok itu meringis pelan.

"Oh, iya, Bang. Kenalin, ini Panjul, cowok saya," ucap Yunian memperkenalkan Rayen dengan sesuka hati mengubah nama cowok itu.

"Panjul siap--aww." Rayen ingin sekali protes kepada Yunian, karena gadis itu sudah dua kali menginjak kakinya.

"Cowok kamu? Emang kamu sudah punya pacar?" tanya Somad tak percaya.

"Sudah dong, Bang. Masa cewek secantik saya gak ada yang tertarik," jawab Yunian dengan percaya dirinya.

"Yun, jadi kamu beneran pacaran sama Ray--"

"Iya, Mak. Kan Yun sering cerita tentang Panjul ke Mak. Yun udah cintaaa banget sama Panjul," ucap Yunian. Rayen mendengkus pelan, kesal sekali ia dikambinghitamkan.

"Dek Yunian kok tega sama Bang Somad?"

"Tega apaan ya, Bang?"

"Dek Yunian sudah melukai hati Abang. Selama ini kan Abang udah nunggu Dek Yunian biar mau jadi istri Abang."

"Maaf ya, Bang. Saya pasti milih-milih juga. Masa saya mau sama orang yang udah punya istri empat," ujar Yunian.

"Tapi kan kamu yang akan jadi terakhir, Dek."

"Sayang, bilangin ke orang ini, ya, kalau aku cintanya cuma sama kamu. Jadi aku gak akan berpaling ke yang lain, apalagi yang modelan lecek kayak uang kembalian angkot gini," ucap Yunian santai dengan mulut pedasnya.

"Yun! Kamu ngomong apaan it--"

"Mak, kayaknya ada bau gosong deh. Mak pasti lagi masak, ya, mending lihat dulu ke dapur, Mak!" suruh Yunian, dengan polosnya Yumi masuk ke dalam rumahnya pergi ke dapur.

"Dek Yunian tega!" ucap Somad mulai berkaca-kaca.

"Bodo amat, Bang. Urus aja istri Abang!"

Somad akhirnya pergi dari sana dengan hati yang sudah hancur, dihancurkan oleh Yunian---sang pujaan hati.

Rayen langsung melepaskan tangannya yang dipegang oleh Yunian.

"Kaki gue sakit, nih, lagian Panjul siapa coba," kesal Rayen.

"Hehe. Gue juga gak tahu Panjul siapa. Tiba-tiba aja nama itu melintas di otak cantik gue."

Rayen mendorong kepala Yunian pelan.

"Ada-ada aja lo. Udahlah, Emak lo mana? Gue mau pamit."

"Udah, pulang aja gak usah pamit! Emak gue maklum kok."

"Ya udah. Daaa!"

"Daaaa!"

***

Sampai sini dulu, ya. Ini maksain banget sih, aku lagi sakit kepala, tapi usahain up hehe.

Jangan lupa vote and comment, ya!

Thanks

~Amalia Ulan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro