Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

LAGI MIKIRIN SIAPA KOK BELUM TIDUR? PART 6A

Huallooooooooooooooooooooooooooooowwwww~

Colek semua pembaca novel ini satu per satuuuu^^ Apa kabar kelen semuaaaa?

Buat kalian yang ngikutin Bangse di Karyakarsa, kayaknya tahu deh kalo MANDARIN udah tamat di sana. Sekarang Bangse lagi nyiapin novel baru. Tapi sementara ngerjain, kalian punya request nggak, pengen baca cerita apa lagi? Ada tema yang bisa kalian sarankan buat Bangse tulis? Drop your suggestions, Bay-beee~ Bangse pasti baca!


Mwa mwa,

CHRISTIAN SIMAMORA

--



enam

HARUSKAH AKU TERSENYUM KARENA KITA BERTEMAN?

ATAU HARUSKAH AKU MENANGIS KARENA KITA TAK AKAN PERNAH LEBIH DARI ITU?


Meskipun beneran nggak ngapa-ngapain sama Adam tadi malam, entah kenapa perasaan awkward yang memberati dadanya bisa disamakan dengan cerita teman-temannya saat terbangun dengan one night stand mereka keesokan paginya.

Dimulai sejak terjaga tadi, jantung Saras nggak henti-hentinya berdebar seolah-olah baru saja menghabiskan bergelas-gelas espresso. Dia bahkan berhati-hati sekali saat membuka pintu kamar, juga setengah berjinjit saat berjalan ke dapur. Dan di tengah perjalanan, Saras memberanikan diri untuk menoleh ke belakang. Lalu menghela napas lega ketika tahu cowok itu masih tertidur lelap di sofanya.

But of course, perasaan senangnya nggak berumur lama. Saat sedang membuat kopi untuk dirinya sendiri di dapur, Saras mendengar langkah kaki berat sedang menuju ke arahnya. Dan itu dia orangnya, satu-satunya alasan kenapa bulu kuduknya meremang seperti ini. Nggak hanya nervous, Saras sampai nggak berani untuk balas menatap cowok itu, bahkan ketika mendengar suara beratnya menyapa dari pintu dapur. "Hei."

"Hei."

Setelah diam-diaman cukup lama, akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya, "Mau sarapan apa, Dam? Di sini nggak banyak pilihan tapi. Adanya Super Bubur—tapi tinggal satu, jadi kalo lo mau, buat lo aja. Ada Mie Sedaaap juga—gue cuman beli yang gue suka aja: jadi cuman ada yang rasa ayam bawang dan ayam bakar limau." Diam lagi. "Oh, gue juga ada biskuit. Sari Gandum. Kalo lo pengennya itu, gue saranin sekalian bikin kopi juga. Kan enak tuh biskuitnya bisa dicelupin ke kopi."

Karena dari tadi diam saja, Saras pun mengangkat wajahnya. Dilihatnya Adam balas menatapnya dengan puppy eyes. Nggak, yang ini lebih mematikan. Mengingatkannya pada ekspresi anjing gendut yang dipaksa berdiet oleh tuannya—kayak terluka gimana gitu.

"Uhm, nggak. Gue... mau minta maaf dulu." Adam menelan ludah sebelum melanjutkan, "Tadi malam kelakuan gue bener-bener berengsek banget."

"That's okay, I—"

"No! Lo nggak usah berpura-pura segala. Gue memang berengsek, Sar. Udahlah gue ngerayu-rayu lo buat nemenin gue ke pesta Visage cuman buat jadi pacar pura-pura, pulangnya gue malah mabuk dan bikin lo malu di Sushi & Sake, dan ujung-ujungnya gue...." Napasnya tertahan untuk beberapa lama. "... bikin lo nggak nyaman di rumah lo sendiri." Adam menggigit bibir bawahnya. "Gue minta maaf, Sar. Gue nggak tahu apa yang merasuki gue tadi malam. Sebenarnya bisa aja gue make alkohol sebagai alasan, tapi kenyataannya gue berulah dan ngerepotin lo jauh sebelum itu. So, so sorry, Sar. Beneran."

Saras mendesah. "Gue juga nggak akan berpura-pura. Last night was messy, but the situations were still under control."

"Tapi tadi malam—" Adam seperti tersedak air ludahnya sendiri, "—gue beneran nyium lo kan? I-it wasn't a dream at all, right...?"

Saras tersenyum, bermaksud mengencerkan ketegangan di antara mereka. "Kalo boleh jujur, tadi malam bukan pengalaman terburuk gue sama lawan jenis. Dan lagi, setelah gue bilang nggak, lo juga nggak ngulangin apalagi sampe maksa. So we're cool." Perasaan awkward membuat Saras kembali menunjuk ke lemari pantry. "Jadi... kembali ke pertanyaan semula. Sarapan. Lo maunya apa?"

"Kopi aja udah cukup," kata cowok itu pelan. "Gue juga biasanya nggak sarapan di rumah."

"Oke. Gue bikinin kalo gitu."

Seraya menggeleng-geleng dengan perlahan, Saras mencoba menepikan perasaan nggak enak yang masih saja menghantui kesadarannya. Dia yakin Adam juga mencoba melakukan hal yang sama juga, tapi nggak tahu harus mulai dari mana. Nggak ada pilihan lain, dia harus menemukan cara untuk mengeluarkan mereka berdua dari situasi saat ini. Syukur-syukur mereka bisa kembali seperti dulu—nggak malah tambah blunder atau jeleknya lagi, sampe jaga jarak satu sama lain.

"So... about last night. Your ex, I mean." Oh wow. Dari segala kemungkinan topik, berani-beraninya dia malah memilih topik 'panas' kayak gitu? Seharusnya Saras berhenti berbicara seketika itu juga. But no. Saat itu, bisa dibilang kesadarannya kalah cepat dengan mulutnya. "Gue beneran nggak nyangka. Seriusan lo dulu pernah jadian sama cewek kayak gitu?"

Di luar dugaan, Adam malah tertawa terbahak-bahak. "Shuddup!" serunya. "Gue tahu Suri bukan tipe gue sama sekali, tapi beneran... waktu itu gue ngira dia bakalan jadi pacar yang baik buat gue."

Dengan senyum terkulum, Saras mengatakan hal yang pertama kali terlintas di pikirannya. "Oh well, lo dan dia sama aja sih sebenarnya. You are a big bundle of mess and so is she. Seumur-umur dikenalin sama mantannya temen, baru kali ini ada yang kepikiran memulai percakapan dengan statement: 'He and I used to fucked.' Ma'am! MA'AM?!" katanya sambil melotot dengan gaya dramatis.

"Sebagai pembelaan, gue sepakat sama kata-katanya Barney Stinson: 'A girl is allowed to be crazy as long as she is equally hot.'"

"Idih!" Saras tertawa lagi. "Tapi sekarang makin jelaslah ya kenapa lo bisa terdampar dalam situasi kayak kemaren. Alih-alih mikir pake kepala, lonya malah gunain kepala yang lain."

Adam balas mengacungkan jari tengah. "Thank you for the morning words of affirmation, Sar. Sumpah bantu banget!"

"You're welcome, Dam," balas cewek itu sambil curtsy—meniru kelakuannya di ruang rapat tempo hari. "By the way, nih, kopi lo."

Adam mengucapkan terima kasih tanpa suara, mendekatkan bangku ke island dapur, lalu memutuskan untuk duduk di situ. Saras juga sama, tapi dia lebih nyaman melakukannya di meja makan. Duduknya lebih pewe, ditambah lagi dia bisa sarapan Super Bubur di sana sambil browsing-browsing di handphone.

Drrrt, drrrt. Ketika itulah Saras menemukan nama Oza di notifikasi paling atas handphone-nya. And just like that, he instantly makes everything... happier. Padahal tahu isi WhatsApp-nya apa juga nggak.

Adam juga sepertinya sependapat dengannya. "Kenapa senyam-senyum kayak gitu?" todong cowok itu dari island.

"Nggaaaak...."

Adam menyipitkan mata. "Liar."


Oza Prime : Belanjaanku dari Shopee baru aja datang.

Saras K : Okayyyy~ I'll bite. Belanja apa emangnya?

Oza Prime : Belinya cuman satu. Chunky Monkey.


Mata Saras sontak terbelalak lebar.


Saras K : WHAT.

Saras K : THE.

Saras K : FUCK?!

Saras K : Traitor! Lo nyuruh gue hemat-hemat kalori, sementara di Surabaya sana lo malah ngehambur-hamburin seenak udel lo. Dan dengan Chunky Monkey lagi. GILAK! Sakitnya sampe ke tulang gini~~~ (ToT) (ToT) (ToT) (ToT) (ToT) (ToT)


Meskipun masih kesal, entah kenapa Saras seperti bisa membayangkan Oza sedang tertawa puas di Surabaya sana. With his absolutely delicious Chunky Monkey.

Oza Prime : Relax, Drama Queen. Nggak akan aku abisin sekali makan kok. Cuman berhubung ini cheat day, nggak ada salahnya dong aku memanjakan diri dengan makanan kesukaanku. Eh salah, makanan kesukaan Oknum S. Hahahahahahahahaha!


Si tengil ini yaaa... ngajak berantem banget, batinnya. Tapi dia juga tak bisa menyangkal senyuman yang tertinggal di wajahnya saat membaca ulang pesan terakhir cowok itu.


Saras K : I officially hate you, you hear me? Gue janji, begitu lulus kelas guna-guna dari sekolahnya Ki Joko Bodo, lo akan jadi target pertama gue. Just wait and see.

Oza Prime : *ngakak*

"Gue pulang dulu ya, Sar," kata Adam dari island.

"So soon?"

Cowok itu mengangguk. "Tamu yang baik tahu kapan saatnya untuk pamitan." Dia lalu berhenti sejenak untuk meneguk cepat kopinya, lalu menelan minuman panas itu hingga berdeguk. Adam mendesah lega setelahnya. "Gue juga barusan udah manggil taksi online. Sebentar lagi mau nyampe."

Saras pun bangkit dari kursi. "Hati-hati di jalan kalo begitu."

"Pasti!" "Oh ya, sekalian titip salam sama siapa pun temen chatting lo dari tadi."

"B-bukan siapa-siapa kok. Beneran. Cuman temen."

"Sure, sure. 'Cuman temen,'" ledeknya sambil membuat tanda kutip di udara. Tapi alih-alih tersenyum geli seperti biasanya, wajah Adam malah tampak... masam?

Hah? Kening Saras berkerut bingung gara-gara barusan.

Tapi sebelum bisa memastikan alasan di balik perubahan mood mendadak itu, Adam sudah meninggalkan dapur dan tinggal beberapa langkah lagi menuju pintu depan. Cowok itu mengucapkan selamat tinggal untuk kali terakhir, lalu menutup pintu dari luar.

Meninggalkan Saras dengan pikirannya sendiri.

Cuman temen, suaranya terngiang jelas di rongga telinga.

....

....

Yang bener Oza bikin lo senyum-senyum terus kayak gini karena dia 'cuman temen'?

*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro