Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

LAGI MIKIRIN SIAPA KOK BELUM TIDUR? PART 15B


Fuck, fuck, fuck.

Oza duduk dengan gugup di pinggir tempat tidur, mengecek jam tangan di pergelangan tangannya untuk keseratus sepuluh kalinya dalam setengah jam terakhir. Setelah berbulan-bulan chatting dan teleponan, akhirnya dia berhasil meyakinkan diri untuk bertemu langsung dengan cewek itu. Tapi sekarang, setelah benar-benar kejadian, dia justru dipenuhi dengan rasa takut dan cemas.

Gimana kalo cewek itu langsung ilfil begitu melihatnya? Gimana kalo dia ternyata bukan cewek, melainkan mas-mas paruh baya seperti cerita yang sering dibacanya di Twitter? Atau lebih buruk lagi, gimana kalo nanti setelah beneran ketemu, mereka nggak punya apa-apa untuk dibicarakan? Ini hanya beberapa dari sejuta pertanyaan yang berkecamuk di benak cowok itu.

Oza bukan tipe orang yang gampang cemas, tapi sekali ini benar-benar pengecualian. Dia belum pernah bertemu dengan siapa pun dari internet sebelumnya, dan pikiran untuk bertemu dengan Saras sangat menggembirakan sekaligus menakutkan.

Lagu pembuka kartun The Transformers dengan cepat menyeret kesadarannya kembali ke dunia nyata. Saat membaca nama Saras di layar handphone-nya, dia merasa perlu menarik napas beberapa kali dulu sebelum menerima panggilan dari cewek itu.

"Ozaaa, gue udah nyampe ya," kata cewek itu, ramah dan ceria seperti biasanya.

"Tunggu bentar ya. Tinggal pake sepatu kok ini," katanya seraya menyampirkan tali ranselnya saat beranjak dari tempat tidur.

"Oke. Gue tunggu di lobi kalo gitu."

"Sip, sip. See you soon."

Klik.

Oza sedang berjongkok untuk memperbaiki ikatan tali sepatunya ketika Jaka bertanya, "Is that her?"

"Uh-uh," jawabnya tanpa menoleh.

"Lagi nunggu di bawah?"

"Iyaps."

Ekor matanya melirik Bayu. "Bay, mau ikut ke bawah nggak? Sekalian kenalan sama 'temennya' Oza," katanya sambil membuat tanda kutip di udara.

Cowok itu mengangguk. "Yuk! Aku juga sekalian mau ke Alfamart, beli cukuran."

"No!" serunya setengah protes. "Besok aja ketemuannya."

"But why?" Tapi sejurus kemudian, Jaka tersenyum lebar. "Wait, wait, wait. Jangan bilang... kamu takut kalo dia bakalan naksir salah satu dari kita berdua? Tenang aja, Brau-Brau, aku dan Bayu bukan tipe yang nikung temen sendiri. Ini beneran pengen tahu aja orangnya kayak gimana."

"Tetep nggak," kata Oza tegas.

"Oh yawdah. Berarti Jaka temenin aku ke Alfamart aja ya."

"Hah? Cuman beli cukuran aja ngapain ditemenin sega—ah. Oke, oke." Cowok itu manggut-manggut mengerti.

Oza mendengus saat bergantian menatap mereka. "You two are assholes, you know that right?"

Keduanya cengar-cengir saja.

Ting!

Begitu pintu besi lift terbuka, area pandang mereka ternyata menghadap langsung ke lobi. "Orangnya yang mana satu, Za?" Jaka menyikut pelan cowok itu. "Banyak banget ciwik-ciwik di lobi hari ini."

"A-aku... nggak tahu." Nggak pernah berkirim foto dan videocall berhasil membuat pikirannya dikacaukan dengan banyak sekali pertanyaan.

"Seriusan?" Jaka menaikkan sebelah alisnya. "Tadi pas ditelepon, nggak nanya dia pake baju warna apa?"

"Euh, lupa nanya."

"Dasar bego!" Jaka geleng-geleng kepala.

"Etapi, aku kan bisa nelepon dia," katanya sambil mengeluarkan handphone dari saku celana. "Bentar...."

Ringtone Lizzo itu nggak hanya mencolok, juga meyakinkan mereka bertiga kalau suaranya berasal dari arah sofa yang melingkar di tengah-tengah lobi. The problem is, yang duduk di sana juga banyak. Dan ada kerumunan orang-orang random yang membuatnya sulit memastikan siapa cewek yang sedang mengangkat telepon darinya.

"Dah liat?"

Cowok itu menggeleng.

"Jadi yang itu toh orangnya. Oh shit," kata Jaka.

"Hah? Yang mana, Jak?"

"Kalo tadi kamu bisa dengan pedenya bilang cuman nganggep dia temen, kalo itu beneran dia orangnya, Za, kamu nggak punya pilihan selain jatuh cinta sama dia." Dia menatap Oza sungguh-sungguh saat berkata lagi, "'Cause she's perfect."

"Jangan lebay deh jadi o—" Ketika Saras cerita dia bekerja di industri fashion, Oza langsung membayangkan kalau cewek itu pasti cantik. Tapi tetap saja, bayangan di kepalanya nggak sebanding dengan sosok yang perlahan keluar dari antara kerumunan orang-orang itu. "—rang...."

♪ "I am free, yeah yeah

Come water me, oh oh

Love you so, but if you don't

I have to leave, oh no...." ♬

Rambut ikal Saras terlihat agak berantakan ketika jatuh di bahu dan belakang lehernya. Dia menyisir poninya ke belakang dengan jari-jari tangan kanannya, kemudian memperbaiki posisi kacamata aviator yang berada di puncak kepalanya. Cewek itu sama tingginya dengan Oza, tapi hari ini terlihat selisih lima sentimeter lebih tinggi karena slingback yang menghiasi kedua kakinya. Dia mengenakan maxi dress di balik crochet vest longgarnya, tampak serasi dengan chain bag yang tersampir diagonal di dadanya.

Alih-alih menerima panggilan Oza, cewek itu menekan tombol merah, lalu tersenyum ketika akhirnya berdiri tepat di hadapannya. "Hai, Za," sapanya, nggak jauh beda dengan yang selama ini dia dengar di telepon.

"Hai. A-aku Oza," katanya sambil menyambut uluran tangan cewek itu. Untuk waktu yang cukup lama, dia seperti terhanyut dalam momen yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata—yang dengan cepat dihancurkan oleh suara dehaman ganggu Jaka. "Oh, ini Bayu dan Jaka."

"Hai!"

Saras melepas tangan Oza untuk menyalami kedua temannya. Cowok itu tak kuasa melengos karena kecewa.

"Kalian temen sekantornya Oza?"

Jaka menggeleng. "Nggak. Aku kerja di toko material Papa, sedangkan Bayu—"

"Freelancer," imbuhnya cepat.

"Kalian temen sekantornya Oza?"

"Nahhh, he's more than that," kata Oza. "Bayu dan temennya kreator komik Panas Dingin di Webtoon."

Yang disebut namanya barusan sekarang tampak tersipu malu.

"Seriusan lo yang bikin Panas Dingin?" Matanya membelalak kaget. "Omaigat, gue sering banget dapet share-share-an komik lo dari temen sekantor gue. Berani taruhan, kalo tahu gue ada di sini sama lo sekarang, dia pasti bakalan sirik berat." Dia menggigit bibir bawahnya ketika bertanya, "Can I take your picture?"

"Daripada gitu, gimana kalo aku aja yang motoin?" tawar Oza.

"Boleh?"

"Kenapa nggak?"

Saras lalu berdiri di samping Bayu, yang kemudian diapit Jaka dengan nggak tahu malunya. Klik.

"Abis ini langsung gue kirim ke orangnya deh," kata cewek itu sambil senyam-senyum. "Biar dia freak out, hehehehe."

Tapi sekarang gantian Oza yang berdeham. Keduanya sama-sama menyadari maksudnya, tapi Jaka yang mengambil inisiatif untuk pamit duluan. "Hampir aja lupa," katanya sambil pura-pura menepuk jidatnya. "Niatnya turun kan karena mau ke Alfamart bukan?"

"Oh iyaaa!" Bayu tersenyum. "Seneng ketemu kamu, Sar. Besok ketemu lagi kan?"

Saras menjawab dengan anggukan.

Keduanya sama-sama nggak menyangka, ketika akhirnya ditinggal berdua, situasi kembali awkward di antara mereka. "H-halo lagi," kata cowok itu malu-malu.

"Halo juga." Cewek itu tersenyum. "Seneng banget, akhirnya bisa ketemu juga...."

Oza mengangguk. "Iya. Setelah berbulan-bulan WhatsApp-an, akhirnya aku nggak perlu lagi bersusah payah ngebayangin muka kamu."

"Hah?"

"Euh iya, hehehehe." Cowok itu berusaha terlihat cool saat berkata lagi, "Alasanku tadi nelepon karena di lobi nggak ngeliat satu pun cewek yang berkepala kucing."

Cewek itu tampak berusaha mencerna ucapannya barusan, lalu tertawa terbahak-bahak. "Look who's talking. Gue tadi sempet mikir kalo lo bakalan turun pake kostum lengkap Optimus Prime."

"Hahahahahahaha, sori bikin kamu kecewa, Sar. Aku cuman punya helmnya aja—hadiah ulang tahun dari seseorang," katanya sambil menatap Saras penuh arti.

Cewek itu membalas dengan senyuman termanis yang pernah dia lihat.

"Dan ngomong-ngomong, seharian ini aku mati-matian nahan diri untuk nggak ngucapin selamat ulang tahun buat kamu. Jadi aku bisa ngucapin langsung sama kamu. Can I, Euh, hug you?"

"Please," katanya sambil merentangkan kedua tangannya.

Saat memeluk Saras, dia merasakan tubuh cewek itu perlahan rileks ke dalam rengkuhannya. Dia bisa merasakan kehangatannya, kelembutannya, dan kehadirannya yang lembut. Seolah-olah mereka satu-satunya yang ada di dunia ini, dibungkus dengan selubung kenyamanan dan keakraban.

"Happy birthday, Sar," ucapnya lembut di dekat telinga Saras.

"Makasih."

Dia memeluk cewek itu beberapa detik lebih lama dari biasanya, menikmati koneksi yang terjalin di antara mereka. Mereka telah melalui begitu banyak hal bersama, dan pelukan ini bisa dibilang adalah semacam pengingat ikatan yang mereka rasakan bersama.

"Ngomong-ngomong, rencananya apa aja nih?" tanya cewek itu tak lama setelah Oza mengurai pelukannya.

"Terserah," katanya. "Jadwalku hari ini pure sama kamu doang. Jadi kita bebas ngerayain ulang tahun ke mana pun yang kamu mau."

Gantian Saras yang terlihat bingung. "Lho kok...? ku malah tadi mikirnya hari ini cuman ngintilin kalian pergi ke ToysCon."

Oza menggeleng dengan mantap. "Nope. Khusus hari ini cuman Jaka dan Bayu aja yang pergi ke sana."

"Oh gitu."

"Jadi... gimana, Sar? Hari ini kamu pengen ulang tahunnya dirayain di mana?"

*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro