LAGI MIKIRIN SIAPA KOK BELUM TIDUR? PART 13A
Huallowwwwwwwwwwwwwwww~~
Jumpa lagi dengan Bangse. Say, cilukbaaaaaaaaaaaaa! Hihihihi~
Bangse emang lagi hectic saat ini. Juggling between two novels at the same time in Karyakarsa (cari garagara, I know--HMMPF!) and now I'm doing research on my new novel sets in Europe. Sama seperti persoalan saat mengerjakan INVITATION ONLY, Bangse banyak terkendala persoalan bahasa dan custom setempat. TAPIIIIIIIIII sejauh ini masih having fun. I'm working on it dan teteup rutin upload INVITATION ONLY sama HOBBY setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu, meskipun artinya LMS jadi kelupaan. Hiks, maafin Papa durhakamu ini, LMS *peluk eraterat*
Eniwei, sampai di mana kita tadi? Ah iya, LMS part 13. It's clubbing scene, dan kalo nggak salah waktu itu Bangse nulisnya sambil dengerin... playlist Carly Rae Jepsen, which is nggak matching banget. Duhhh, semoga Mbak Carly nggak menghantui part ini yew, hihihihi~ And this part talks about old friends, which reminds me: kalian punya temen terlama itu dari kelas berapa/umur berapa? Bangse cuman bisa maintain tementemen level kuliah ke atas soalnya dulu Bokap pindahpindah. Jadi nggak pernah punya temen masa kecil yang dulu sering jajan bareng sambil ingusingusan. Hiks. I would love to hear your friendship story. Apakah kalian lebih beruntung dari Bangse? *hopefully*
Sambil menunggu cerita kalian, silakan menikmati part 13A.
Cium sayang dari sindang,
CHRISTIAN SIMAMORA
--
tiga belas
MENYURUH ANAK RUMAHAN CLUBBING ITU SAMA SAJA SEPERTI
MENGAJAK BUNDA TERESA PIKNIK DI NERAKA.
Meskipun nggak punya sampai sepuluh seperti di lirik lagunya Sound of Music, Saras terbilang bangga untuk mengakui beberapa hal yang dia sukai: segelas besar Chunky Monkey smoothie (metode terbaik untuk menikmati es krim favoritnya itu), Girl on Fire clutch yang berhasil dimenanginya di bid war di Ebay (plus hanya Saras dan Tuhan saja yang tahu kalau itu sebenarnya adalah merchandise resmi film Hunger Games), dan prinsip yang dia adopsi dari video YouTube yang bilang kalau tak seorang pun bisa menjalani hidup secara positif dengan pola pikir negatif. Tapi saat ini dia mulai bertanya-tanya, apa mungkin di antara semuanya dia justru lebih menyukai berada di kantor tanpa melakukan apa pun. Sisa pekerjaanya sudah selesai satu setengah jam setelah dia masuk. Sekarang dia benar-benar menganggur—sesuatu yang demi apa pun nggak rela diakuinya ke siapa pun. Dia tetap berlagak pura-pura sibuk, duduk di depan laptop meskipun dari tadi konsentrasinya teralihkan sepenuhnya pada podcast di Spotify.
Drrrt, drrrt. Ada pesan masuk... tapi bukan dari Oza.
Kening Saras berkerut bingung. Ini siapa, batinnya bertanya-tanya.
+6283160163xxx : Betchhhh, I'm in Jakarta for two weeks! Mau ketemuan nggak?
Betch?
OMAIGATTT, BETCH?!
Saras terbelalak saat membaca panggilan yang amat sangat familier itu.
Saras K : Holy syittttt!
Saras K : PUAAAAAAAAAN~ I MISS YOU SO MUCHHHHHH!
Saras K : Dan jangan berlagak binun gue bisa langsung tahu ini lo. Cuman lo dan Kosen aja yang manggil gue Betch di muka bumi ini, Betch!
Saras K : ( 'з`)ノ⌒♥*:・。. ( 'з`)ノ⌒♥*:・。. ( 'з`)ノ⌒♥*:・。.
Teman SMA-nya dulu, Puan Alexandra Sandika, ibarat versi lokal karakter novelnya Jackie Collins; cewek itu adalah putri satu-satunya bintang film terkenal Indonesia, Tarzan Sandika, yang sempat banting setir jadi pendeta di gereja karismatik. Kenapa dibilang pernah? Karena nggak sampai tiga bulan, Tarzan nggak dikasih opsi selain mengakhiri karier teologinya gara-gara infotainment menyiarkan berita kalau beliau menghamili cewek twentysomething yang waktu itu juga dikenal sebagai guru pianonya Puan. Tapi dasar cowok yang hidup di dunia patriarkal, skandal itu justru mendongkrak statusnya sebagai selebritis. Beberapa bulan setelah menikah lagi, dia dikontrak oleh salah satu televisi swasta untuk menjadi pembawa acara late night talk show yang ratingnya selalu konsisten tinggi sampai sekarang.
Mama Puan bisa dibilang sami mawon kayak mantan suaminya. Status janda yang melekat pada dirinya membuat beliau jadi sangat open dengan ide menjalin relationship dengan cowok yang jauh lebih muda. Variasinya pun benar-benar beragam, mulai dari barista Starbucks sampai professional bodybuilder yang sering disebut-sebut media sebagai Ade Rai-nya Gen Z. Awalnya Puan sempat merasa terganggu, tapi lama-ama dia pasang muka bodo amat sekalian. "Who am I to judge her when my father has literally done the same thing?"
Dan, tentu saja, ngomongin Puan nggak lengkap tanpa menyebutkan nama teman mereka yang satunya lagi: Kosen Gio Alfaro. Bisa dibilang, Kosen itu versi lakiknya Puan; sama-sama gilak dan doyan party. Setelah Puan menikah dan ikut suaminya ke Berlin, Saras bisa dibilang hilang kontak juga dengan Kosen. Tapi dengar-dengar, alih-alih kerja kantoran, cowok itu memutuskan untuk serius menekuni profesinya sebagai beauty influencer, malah beberapa kali terpilih sebagai brand ambassador beberapa produk kosmetik.
+6283160163xxx : Wkwkwkwkwkwk! Terharu gue karena ternyata lo masih inget gue~
+6283160163xxx : Mau ketemuan nggak? Even better, gimana kalo kita clubbing weekend ini. Dan lo bisa recovery sepuasnya karena besok kan nggak kerja.
Saras K : Meskipun lo sendiri juga tahu, night club itu bukan scene-nya gue, tapi demi lo gue akan bikin pengecualian. So count me in. Jangan lupa ajak Kosen juga biar makin rame.
+6283160163xxx : OF-FUCKING-COURSE! See you soon, Betch.
*
Welcome to Babylon.
Bass yang berat dan agresif menghentak-hentak hingga menembus dinding saat Saras melangkah melewati pintu ganda club mewah di bilangan Senopati itu. Pencahayaan redup membuat botol-botol di belakang meja bar tampak mencolok, yang sesekali memantulkan kilatan strobe light di atas lantai dansa. Udara terasa berat karena aroma manis dari parfum mahal, eau de toilette buatan desainer terkenal, dan sedikit dari fog machine.
Lantai dansanya tak ubahnya seperti lautan tubuh yang menggeliat, bergoyang mengikuti irama. Seorang DJ bekerja dari booth yang berada tinggi sekali dari lantai dansa, yang menggunakan segenap kemampuannya memadukan track untuk membangun energi party yang intens di club itu. Gerai VIP yang berjejer di lantai dua dipenuhi oleh crème de la crème-nya Jakarta, yang tampak sedang menikmati minuman beralkohol mahal yang hanya bisa dipesan melalui bottle service sambil sesekali menyantap hors d'oeuvres buatan chef berpredikat Michelin Star.
Drrrt, drrrt. Saras langsung mengeluarkan handphone yang barusan bergetar dari dalam Girl On Fire clutch-nya.
+6283160163xxx : FYI, kami di VIP booth yew. Kalo bouncer-nya nanya, bilang aja lo tamu gue.
Saras melakukan sama persis seperti yang diinstruksikan di WhatsApp, yang dengan cepat membuat ekspresi bouncer itu berubah ramah saat mempersilakannya melewati velvet rope yang membatasi area umum dengan VIP. Nggak sulit untuk menemukan teman-temannya di situ, yang ternyata memilih untuk duduk di meja letaknya paling jauh dari tangga.
Puan tampak cantik, no, perfect, dalam balutan body shaping illusion dress-nya Mugler yang tampak serasi dengan platform boots kulit perlak yang menghiasi kedua kakinya. Begitu menyadari kedatangannya, cewek itu langsung bangkit dari sofa dan menariknya ke dalam pelukan. "Omaigat, you're so thiiin!" serunya nggak percaya. "Udah berapa lama program dietnya?"
"Jalan enam bulanan."
"Lo tambah cantik sekarang, Sar. Sumpah deh!"
Saras balas tersenyum. "Makasih, Sayang. Dan lo juga, by the way."
Kosen menyapanya tak kalah ramah setelah itu. Status beauty influencer membuatnya tak sungkan untuk mengenakan make-up di tempat umum seperti ini. Dan bukan regular makeup seperti yang dipakai Saras sekarang; glitter eyeshadow, bulu mata palsu yang sebelas-dua belas level badainya dengan punya Syahrini, dan lipstik matte Nyx yang dipulas tebal di bibirnya.
"Gimme the 411—selain tambah kurus dan tambah cantik, apa aja kabar terakhir lo?" todong Puan ketika mereka kembali duduk di sofa itu.
"Entah lo dah tahu ini atau nggak, gue kerja di Klimt Luxury sekarang, as an e-commerce manager. Jadi kalo lo—lo juga boleh, Sen," katanya sambil menepuk pelan paha Kosen, "pengen beli sesuatu dari web kami, kabarin gue dulu. Jadi lo bisa dapet diskon spesial karyawan dari gue."
"Betch, I'm so gonna take your offer!" seru cowok itu. "Gue naksir kalung dari koleksi Pride kalian tahun ini."
"Betch, lo lupa ini dah bulan berapa?" tanyanya sambil membelalak tak percaya. "Barang-barang limited edition yang nggak kejual biasanya langsung dibalikin ke headquarter."
"Seriusan nggak ada stoknya barang sebijik pun?" Kosen merengut kecewa. "Bahkan bekasan display di toko kalian juga nggak papa, Sar."
"Lo lupa ini Indonesia?" Saras memutar bola matanya. "Nggak mungkin banget Pride collection bakalan dipajang di toko." Tapi dia juga nggak mau membuat Kosen patah hati. "Etapi entar gue coba tanya bagian gudang deh. Kalo ada, langsung gue kabarin. Nomor lo masih sama kan?"
"Udah ganti." Nggak sampai dua menit, mereka sudah bertukar nomor handphone. "Kalo masih ada, titip beli dua ya. Gue mau kembaran sama pacar."
"Eciyeee... yang awet pacarannyaaa...," ledek Puan, tapi nggak lama menambahkan, "nggak kayak gue."
"Baru aja mau nanya. Kok bisa sih lo cerai sama Guy? Setahu gue dia cowok baik."
"Gue juga mikir kayak gitu... until 2020 happened," ujar Puan dengan nada getir. Tapi alih-alih menjelaskan, dia malah meraih botol Grey Goose dan menuang isinya di gelas kosong untuk Saras. "Gue hamil dan itu adalah hadiah terbaik sekaligus tak pernah gue duga, apalagi mengingat saat itu masih pandemi. Tapi tiga bulan kemudian, gue keguguran dan hati gue bener-bener hancur. Tapi yang bikin gue tambah terluka waktu gue ngeliat Guy bener-bener nggak peduli."
"Final straw-nya akhir tahun itu, di bulan due date kami. Gue kegep lagi nangis, dan waktu Guy nanya kenapa, gue ngasih tahu yang sebenarnya. Tapi tahu nggak reaksinya gimana? Guy memutar bola matanya dan balas marahin gue. 'For God's sake, Puan, kejadiannya kan udah lama. Masa lo belum ada tanda-tanda bakal move on sih?—kurang lebih begitu dia bilangnya. Sejak saat itu, gue sadar kalo pernikahan kami nggak mungkin bisa diterusin. He'd certainly not a husband material for better and for worse, and I don't even think he'll stay until death do us part."
"Jadi lo balik Indonesia karena cerai?" tanya Saras sambil meremas lengannya pelan. "Kalo kemarinya for good kok waktu itu bilangnya cuman dua minggu?"
Wajahnya tersipu malu. "Nggak juga. Gue ke sini karena diundang sama cowok baru gue." Saras dan Kosen bertukar pandang. Clearly, cowok itu juga baru dengar soal ini. "Gue yakin kalian familier sama dia: Abbas Kamstra. Dia—"
Kosen melotot sampai bola matanya seperti mau keluar. "CEO Munilever?! That's your NEW boyfriend?"
Puan tertawa sambil manggut-manggut.
"Holy shit! Dari dulu gue yakin banget lo orang paling beruntung yang pernah gue kenal. Tapi ini adalah bukti yang paling tak terbantahkan—and I'm officially so jealous of you!"
Puan mencium pipi Kosen. "Shuddup," katanya dengan nada sayang. "You're a a lucky SOB too. Your boyfriend adores you." Matanya lalu dengan cepat kembali tertuju pada Saras. "Which comes to my next question: Sar, how about your love life? Are you seeing anyone?"
Cewek itu mendesah pelan. "Setelah ditinggal kawin sama you-know-who, gue belum pacaran lagi."
Puan melotot kaget. "Whaaat? Tapi kan putusnya dah lama banget itu!"
Saras membenarkan dengan anggukan. "Pekerjaan menyita sebagian besar fokus gue, jadi jangankan kepikiran buat pacaran lagi, sampe rumah gue cuman pengen tidur aja. Temen banyak, tapi nggak pernah lebih dari itu. Other than that, gue disibukkan sama rutinitas workout gue."
"Dan keliatan banget hasilnya. Nggak hanya kurusan, lo juga kelihatan fit."
"At this size, lo bener-bener kayak manusia baru—transformasi lo ngingetin gue sama Adele."
"Holy shit, yes. She's sooo Adele!"
"Makasih ya, temen-temen buat pujiannya. Tapi sori gue lagi nggak ada uang receh," kata Saras sambil menepuk clutch-nya. Lelucon zaman SMA yang masih lucu sampai sekarang. Keduanya juga berpikir begitu, makanya ketawa ngakak sampai dipelototin cewek-cewek dari meja sebelah.
"Jadi beneran nih, nggak ada gebetan sama sekali?"
Saras tergoda untuk menjawab: Oza. Tapi tak hanya bibirnya yang melarang, kesadarannya juga.
Karena cowok itu memang nggak bisa dibilang gebetan.
Lebih cocok disebut cinta rahasia karena orangnya sendiri nggak tahu sampai sekarang.
"Nggak," akunya. "Tapi gue nggak keberatan sama sekali. I'm comfortable of being single. And trust me, I'm not really lonely—I have my baby Bee sleeping in my room every night."
"Bee itu...." Kosen melirik Puan dari ekor matanya.
"Kucingnya, Sen," jawab Puan sambil geleng-geleng kepala. "Nggak. Gue nggak bisa ngebiarin lo terus kayak gini. Temen-temen gue yang jadi cat lady di Berlin juga awalnya ngomong gitu. Sen?"
"On it," ujarnya cepat sambil mengeluarkan handphone dari Balenciaga Crush-nya. Nggak sampai sembilan menit, Kosen langsung bikin laporan, "Done. Barusan Wira konfirmasi, dia bakal kemari kurang dari dua jam. Dan dia bawa temen cowok yang banyak buat lo, Sar."
"What?!" Saras ternganga kaget sampai harus bersandar sebentar. "Astagaaaa! Gue kira malam ini cuman girls' night out doang. Kenapa pake acara ngajakin orang segala sih?"
"Dan biarin lo betah menjomblo? Not on my watch!"
Tapi sebelum Saras mengatakan sesuatu lagi, Kosen menarik pelan tangannya. "Udaaah, nggak usah dipikirin. Let's partyyyy!"
"Yes please!" seru Puan sambil menenggak habis Naked & Famous-nya.
Son Of Betch.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro