LAGI MIKIRIN SIAPA KOK BELUM TIDUR? PART 11
Halo halo halooooo~
Nggak marah kan karena Bangse anggurin selama beberapa minggu? Bangse sibuk nulis novel baru soalnya. It's my first New Adult novel for Karyakarsa, HOBBY judulnya. Kalau kalian tertarik baca, monggo bisa langsung cuss ke KK. Part 1 bisa dibaca gratis di sana:
https://karyakarsa.com/dashboard/series/52973
Eniweiiii... part ini tentang ulang tahunnya Oza. Bangse GEMINI BOY sejati, yang berarti ulang tahunnya bentar lagi. Kalian sendiri zodiaknya apeu?
Seperti biasa, Bangse ingetin supaya jangan malu-malu ngasih vote dan komentar. Dukungan dari kalian adalah motivasi Bangse terus aktif di platform ini.
Okay then, selamat membacaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!
--
sebelas
SELAMAT ULANG TAHUN BUAT SATU-SATUNYA ORANG
YANG AKU INGAT ULANG TAHUNNYA
TANPA DIBANTU FACEBOOK REMINDER.
JULI
Kemarin Oza berencana tidur lebih awal, kelelahan karena hari yang panjang di tempat kerja (baca: mengerjakan slip gaji karyawan Retrofarma yang biasanya dikirim lewat e-mail tanggal 28 setiap bulannya). Tapi sesampainya di rumah, dia malah berubah pikiran dan memutuskan untuk menonton Transformers BotBots, serial kartun Netflix yang receh banget tentang barang-barang yang berubah jadi ala-ala robot Transformers setelah mall tutup. Cowok itu menontonnya sambil rebah-rebah dan empat episode berikutnya jadi tidur beneran.
Tepat jam 12, dia tersentak bangun karena suara berisik dari handphone-nya. "Transformers... More than meets the eye.... Autobots wage their battle to destroy the evil forces of... The Decepticons." Thanks to user YouTube bernama Zsolt Peter Kodner, Oza berhasil membuat lagu pembuka kartun The Transformers generasi pertama yang tayang 1984 jadi ringtone di handphone-nya.
https://youtu.be/myRAJdnkPUs
Theme song itu diulang sekali lagi ketika dia memutuskan untuk mengangkat telepon, dalam hati bertanya-tanya siapa yang meneleponnya jam segini. Ketika tahu kalau Saras yang menelepon, Oza tak kuasa tersenyum, sadar penuh kalau cewek itu selalu punya cara untuk membuatnya tertawa.
"Halo?" sapa Oza, suaranya masih serak karena baru bangun.
Alih-alih membalas, yang terdengar dari speaker handphone-nya malah, "Happy birthday to you... happy birthday to you... happy birthday, happy birthday, happy birthday to youuu!" Saras bernyanyi sepenuh hati, mengerahkan segenap kemampuannya.
"Thank you, Sar." Oza tak bisa menyembunyikan senyumannya. "Kamu beneran orang pertama yang ngucapin selamat ulang tahun hari ini."
Dia sempat mengira, berhubung sudah kembali menjomblo, nggak ada yang akan terpikir untuk mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Makanya sejak awal minggu ini, Oza berusaha keras menganggap hari ini tak jauh berbeda dengan hari-hari biasanya. Nggak ada yang istimewa selain fakta umurnya bertambah satu.
Bener-bener nggak nyangka, Saras mengubah perasaan muramnya jadi senyuman.
"Emang sengaja gitu konsepnya," kata cewek itu sambil terkikik geli. Suaranya terdengar merdu dan playful seperti lagu yang tak akan pernah bosan dia dengar. "Bela-belain begadang sampe jam 12 biar bisa langsung nelepon lo, hehehehehe."
"Sekali lagi makasih ya, Sar. Nggak cuman dinyanyiin Happy Birthday, kamu juga bikin aku senyam-senyum sepagi ini. So it's gonna be a great day for me."
Saras terdiam sesaat sebelum berkata, "Make a wish dong."
"Caranya? Bukannya itu biasanya sambil niup lilin?" Kening Oza mengernyit, diikuti bola matanya yang bergerak ke atas—lagi nginget-nginget mode on ceritanya. "Wait! I got it."
Oza mencelat cepat dari tempat tidur ke laci rak buku. Membongkar isinya sebentar hingga menemukan sekotak lilin yang sudah jalan tiga tahun tapi belum habis terpakai. Dia mengeluarkan satu, lalu duduk bersandar di sisi tempat tidur.
"Emangnya punya lilin?"
"Iya, buat jaga-jaga kalo mati lampu." Dia lalu merangkak untuk mengambil korek api dari laci nakas. "Thanks to you, sekarang fungsinya nambah satu." Tak lama kemudian, Oza membuat lilin itu jadi satu-satunya sumber cahaya di kamarnya. "Lilinnya udah dinyalain. Terus gimana? Apa kita nyanyi lagunya sekali lagi?"
"Let me do that for you. This is your special day, everyone should do eveything for you not the other way around." Entah kenapa, mendengar itu membuat hatinya jadi terasa hangat. "Happy birthday to you... happy birthday to you... happy birthday, happy birthday, happy birthday to youuu!"
Nggak sampai dua detik, Saras menyanyikan lagu lain. "Tiup lilinnya, tiup lilinnya. Tiup lilinnya sekarang juga! Sekaraaang jugaaa! Sekaraaang jugaaa!"
Oza terkekeh pelan saat menyadari cewek itu sedikit fals di bagian terakhir lagunya.
"Jangan lupa make a wish," katanya cepat.
Cowok itu mengangguk patuh. Dia memejamkan mata, memikirkan permintaannya dengan serius, lalu meniup lilin di hadapannya.
"YAYYYYYY!" seru Saras disertai tepuk tangan antusias. "Minta apa tadi?"
"Bukannya katanya, keinginan nggak akan terkabul kalo diceritain sama orang lain?"
"Eh, iya ya?" Oza merasakan napas cewek itu tiba-tiba tertahan. "Kalo gitu, pantes aja permintaan gue nggak pernah dikabulin."
"Emangnya dulu minta apa?"
"Cuman teensy-tiny-thing," katanya, "Gue mintanya perdamaian dunia."
"Anjir! Pantes aja nggak dikabulin—nggak realistis juga."
Saras ketawa ngakak. "Okay, fine! Buat ulang tahun tahun ini, gue bakal minta BBL aja."
"Hah?" Meskipun familier dengan istilah itu, Oza sempat nggak yakin kalau itu yang dimaksud oleh Saras. "BBL itu bukannya—"
"Brazillian Butt Lift—biar gue tonggeknya maksimal kayak Instagram model."
"Astagaaa!" Cowok itu geleng-geleng kepala. "Kalo memang pengen yang kayak gitu, kayaknya aku bisa bantu cariin workout routine-nya."
"Ugh, natural lagi ya?" Saras mendengus nggak suka. "Gamaoooooo! Pengennya yang instan aja."
"Dih! What kind of attitude is that? Bukannya selama sekian bulan terakhir, kamu sendiri membuktikan kalau natural itu lebih baik?"
"Iya deh, iyaaa," desahnya. "But it's hard, okay. I just know it's gonna be hard."
"So is world peace, Sar," celetuk Oza sambil tertawa.
"Eh, ngomong-ngomong, berhubung masih tengah malam, kayaknya lebih baik lo balik bobok lagi deh, Za."
"Iya deh."
"Etapiiii... sebelum ditutup, ada yang mau gue tanyain." Nada suaranya menggantung di udara untuk beberapa saat, sebelum melanjutkan, "Berhubung ini hari ulang tahun lo, gimana kalo sesi nge-gym hari ini dibatalin aja?"
"Hell no!" jawabnya tegas. "Jangan pake hari ulang tahunku sebagai alasan buat malas-malasan ya, Sar."
"Ih, fitnah!" balas cewek itu nggak terima. "Cuman ini kan hari spesial lo, Zaaa! Di mana-mana tuh ya, birthday boy bawaannya seneng-seneng, terus ngelakuin sesuatu yang dia suka—bukannya nge-gym!"
"Tapi aku emang suka nge-gym." Sudut bibirnya tertarik naik ketika menambahkan, "Dan nyiksa kamu, hahahahahahahahaha!"
"Anjirrr!"
"Jadi... nggak usah banyak alasan. Hari ini tetep nge-gym seperti biasa."
"Iye, iye. Cih! TTYL kalo begitu."
"TTYL, Sar."
Klik.
*
MASIH DI HARI ULANG TAHUNNYA OZA
Menyambut 17 Agustus, bosnya meminta divisinya untuk membuat kampanye khusus bertema kemerdekaan. Konsepnya simpel tapi chic; mereka akan mereka ulang empat lukisan legendaris Indonesia: Rini (lukisan karya Soekarno berdasarkan sketsa yang dibuat oleh Dullah, pelukis istana, saat berlibur di Bali), Gadis Melayu Dengan Bunga (lukisan karya Diego Rivera yang terbilang sangat langka dan bersejarah bagi Meksiko sampai ada undang-undang khusus yang dibuat untuk melindunginya—well, sampai kemudian Soekarno nyepik-nyepik presiden Meksiko sehingga memungkinkan lukisan itu keluar dari negaranya), Memanah (lukisan Henk Ngatung yang ditemukan sendiri oleh Soekarno pada 1944, tepatnya saat pameran yang diadakan oleh Keimin Bunka Sidhoso di Jakarta), and of course: lukisan Nyi Roro Kidul (konon katanya, Basoeki Abdullah sempat bertemu langsung dengan Nyi Roro Kidul saat beliau naik sepeda dan bersembahyang di Pantai Parangtritis). Model-model itu akan berpose semirip mungkin dengan lukisan, nggak lupa mengenakan jam tangan dn perhiasan koleksi terbaru Klimt Luxury.
Waktu yang diberikan untuk persiapan benar-benar sempit, hanya tiga hari. Karena banyak yang harus dilakukan, Saras dan timnya pun membagi tugas terkait persiapan pemotretan. Dia mengontak agensi model dan fotografer fashion yang, thank God, menyediakan servis gratis retouching foto supaya pantas dipajang di seluruh social media mereka, termasuk Visage yang dibayar sangat mahal untuk menampilkannya sebagai editorial di edisi Agustus mereka. Sisanya diserahkan ke anggota timnya, mulai dari menghubungi make-up artist sampai mencari kostum yang sesuai dengan konsep pemotretan.
And today is the D-day.
Musik berdentum-dentum dari speaker komputer iMac milik Adrian Chang di studionya di bilangan Kemang. Thank God konsep kali ini bisa dieksekusi di dalam ruangan, kalau nggak alamat mereka semua harus rela berpanas-panasan selama pemotretan. Untuk sesi pertama, Saras menjatuhkan pilihan pada model bernama Fabian, yang baru selesai di-make-up dan kini berdiri di depan kamera dalam balutan kebaya dan songket seperti di lukisan Diego Rivera. She looks fierce, by the way.
"Bunganya diangkat sedikit. Yes, yes, just like that."
Klik, klik, klik.
Blitz kamera berpendar berulang kali hingga mereka mendapatkan hasil yang diinginkan.
"Thank you, Fabian," kata fotografer itu sambil mengedipkan sebelah matanya. "Guys, tolong siapin dia untuk pemotretan berikutnya. Sekarang gilirannya... oh my!" Napasnya tertahan dan matanya melotot ke arah model itu. "It's fucking amazing! You really look like Nyi Roro Kidul."
"Euh, m-makasih," kata Danika malu-malu.
Pemotretan baru jalan lima menit ketika semua orang di ruangan itu mendengar suara Lizzo bernyanyi nyaring di saku celana palazzo Saras. Adrian refleks menurunkan kamera dan menatap tajam ke arah cewek itu. Saras langsung tahu diri dan melipir cepat dari situ.
Lagu di playlist berganti, kali ini memutar lagu yang lebih berisik dibandingkan sebelumnya. Saras sampai harus menutup pintu studio sebelum menyapa, "Halo?" ke telepon.
"Sar." Tubuhnya tersentak saat mengenali suara Oza. "Paketmu datang ke kantor hari ini."
"Yang bener?" Gantian Saras yang kaget sekarang. "Omaigat, nggak nyangka banget datangnya tepat waktu. Pas hari ulang tahun lo lagi!"
"Ini apa memangnya? Alamat pengirimnya kok dari Amerika—"
"It's your birthday gift," jawabnya cepat. "Open it."
Cowok itu sepertinya meletakkan handphone-nya di meja, karena selama beberapa menit berikutnya dia hanya bisa mendengar kresek-kresek plastik pembungkus dan suara cutter memotong lakban di atas kardus. "Ya ampun, Sar. This is too much! Way too much!"
"Tapi berani taruhan seribu persen, lo pasti suka banget!" serunya sambil terkikik senang. "Eh, by the way, barangnya seperti di foto nggak?"
"Nggak cuman PERSIS, lebih bagus malah!" Oza menatap hadiahnya dengan mata berbinar-binar. "Di instruksinya bilang, tinggal nambah baterai AA. Untung gue punya dua; satu dari jam meja, satu lagi cadangan di laci. Gue nggak tahu kenapa harus pake baterai segala." Cowok itu lalu mengenakan kembali helm Optimus Prime-nya. "Mungkin matanya nyala or something—"
Oza tiba-tiba membeku di tempatnya berdiri. "Or something...," ulangnya lagi dengan suara 'barunya'. "What. The. Fuck?! Helm ini dilengkapi dengan voice changer?! I can't believe it! Aku sekarang beneran kayak Optimus Prime di film. HOLY SHITTTTTT! THIS... THIS IS THE BEST GIFT EVER!"
"Glad you like it."
"Bentar, aku lepas dulu helmnya." Nggak lama kemudian, Saras mendengar cowok itu berkata lagi, "Actually, aku barusan bikin temen sekantorku freak out pas dia lewat tadi. Aku nggak mau dia sampe komplain ke HRD—wait, that's me. Hahahahahaha!"
Saras ikut tertawa juga. Saking serunya, cewek itu pake acara batuk-batuk segala. Makin jelaslah ya siapa yang lebih tua di antara kami berdua. I cough like Laila Sari, pikirnya.
"Tapi, Sar, apa ini nggak kemahalan?" Oza jadi nggak enak hati. "Kamu juga nggak bisa nyangkal karena kita jelas-jelas pernah ngebahas ini sebelumnya. Meskipun ini beneran bagus banget, seharusnya kamu nggak perlu sampe keluar uang banyak segala kayak gini."
"Gue cuman ngelakuin yang persis lo lakuin buat gue: berbuat baik tanpa ngarepin pamrih sama sekali. And this is the truth: gue berutang banyak sama lo karena udah jadi trainer gue selama beberapa bulan terakhir. Nggak cuman bikin gue jadi rajin workout, lo juga bantuin gue ngubah gaya hidup—and it shows. So please, jangan jadi nggak enak hati gara-gara hadiah itu. Anggep aja itu sekalian ucapan terima kasih atas semua yang pernah lo lakuin selama ini buat gue."
"Kalo gitu... makasih banyak, Sar."
"Sama-sama." Saras lalu bersandar ke dinding dan tersenyum lega. Syukurlah, batinnya. "Oh ya, ngomong-ngomong, apa rencana lo buat ngerayain hari ini?"
"Well, ada dua faktor yang harus dijadikan bahan pertimbangan: satu, aku sekarang kelewat tua buat excited sama ulang tahun sendiri."
"Emangnya sekarang lo umur berapa?"
"25."
"Holy s—" Dia memegangi dadanya sendiri. "Kalo 25 aja udah dianggep tua, terus gue apa kabarnya? I'm basically a dinosaur right now."
Dia mendengar suara tawa kecil dari seberang sana. "Dan dua, budget. Jadi aku hanya akan ngulangin yang terbukti berhasil di tahun-tahun sebelumnya. Aku bakalan nraktir temen-temen HRD-ku di restoran bebek bakar deket sini and that's it. That's the celebration."
"At least, ulang tahun lo ada yang ngerayain." Saras membasahi bibirnya dengan ujung lidah sebelum meneruskan, "Sejak diterima masuk di Klimt Luxury, nggak pernah tuh ada tradisi traktiran atau sekadar bawa makanan buat anak-anak kantor."
"Lho kok...." Cowok itu terdiam sesaat. "Jadi... garing banget dong pas ulang tahunmu?"
"Not really. Tradisi ulang tahu gue konsisten dirayain dengan satu temen setia: kartu kredit!" Saras menertawakan joke-nya sendiri. "Starting with, going for an early lunch at the mall. Tiap tahun biasanya ganti-ganti, tapi biasanya paling sering ke restoran Turki kesukaan gue. Biasanya, setelah makan, gue tutup dengan seporsi Ashure. Gue nggak tahu banyak soal kuliner Turki, tapi berdasarkan cerita staf di sana, katanya Ashure adalah puding yang dibuat oleh Nabi Nuh setelah air bah. So I take it as a food of celebration—udah gitu, enak banget lagi." Cewek itu mendecakkan lidah ketika membayangkan seporsi Ashure melayang tepat di depan matanya. Lezzetli, kalo kata orang Turki. "Abis itu, sambilan nunggu makan siang turun ke perut, gue keliling-keliling bentar sambil cuci mata. Biasanya, pas balik ke kantor, gue pasti nenteng tas belanja—a treat for me, by me, and from me. The end."
Oza bergumam pelan. Sejurus kemudian dia berkata, "Kalo gitu, aku bakal pasang badan buat ngerayain ulang tahunmu tahun ini."
"Nggak usah repot-rep—"
"No, no, no. Kamu dilarang buat nolak," potong cowok itu cepat. "You deserve feeling special in your birthday 'cause you're my friend." Ada jeda lagi di antara ucapannya. "Which comes to the most important question: when is your birthday?"
"Gue ultahnya bulan Agustus, but thank God bukan Leo."
Oza mengernyit bingung. "Why? Do you have a certain problem with that zodiac?"
"Iyaps. Gue udah kali punya mantan anak Leo dan dua-duanya adalah mantan terburuk yang pernah gue punya. Yang satu keras kepala banget dan hobi nge-gaslighting gue selama pacaran."
"Kamu terlalu emosional." "Stop being a drama queen." Dan oh, dia nggak mungkin lupa waktu Armand bilang begini padanya: "Masalah relationship ini bukan aku, Sar, melainkan kamu. You and your wild imagination" gara-gara dia kepergok mengecek WhatsApp dan menemukan percakapan flirty-nya dengan cewek lain.
Alih-alih marah, dia malah minta maaf—yang bikin dia langsung ditabok Nona waktu cerita. "Dasar goblok! Yang dia lakukan itu obviously gaslighting dan lo malah ngebiarin dia lolos begitu aja?!"
Setelah diceramahi panjang lebar kali tinggi, Saras pun mulai memahami kenapa Nona marah padanya. Dia juga jadi terdorong untuk mencari tahu sendiri solusi untuk menghadapi gaslighter. Cari bukti yang kuat, kata salah satu artikel di internet. Jadi ketika dia mulai melakukan mind game dan balas menyalahkanmu, kamu bisa menyadarkan dirimu dengan melihat kembali bukti yang jelas-jelas ada di tanganmu.
Itulah yang dia lakukan selama sebulan penuh. Alih-alih terlibat perang mulut seperti biasanya, Saras memutuskan untuk mencari tahu sendiri kebenarannya. Dan tentu saja Nona ikut membantu. That girl is basically Penelope Garcia.
Dan bener dong, bangsat itu Armand ngajak pramugari yang dikenalnya dari Instagram kopi darat di Starbucks. Seperti kata Nona juga, sementara si cewek bolak-balik minta maaf, dengan nggak tahu malunya Armand malah balik nyalahin Saras. "Ternyata kamu gini ya orangnya? Nggak percayaan dan hobi stalking kayak psycho?!"
Saras ingat sekali reaksinya waktu itu. Menatapnya untuk beberapa saat, lalu tertawa terbahak-bahak. "Save your lame gaslighting intent, Mand. Gue cuman mau bilang makasih karena udah nunjukin muka asli lo sebenarnya. You are a cheater and I deserve better than you." Dia lalu menepuk dahinya dengan gaya dramatis. "Dan oh, satu lagi. Lihat temen gue di sana? Dia ngerekam kalian berdua sejak mulai nginjakin kaki di sini. Temen gue bakal nge-upload videonya—" Saras tertegun sesaat. "—Ohhh, udah masuk Tik Tok rupanya. My bad. Doain aja cepet jadi FYP ya, Mand. Biar lo nggak perlu capek-capek nge-cover lagu-lagu Hillsong di akun YouTube lo demi jadi internet sensation."
https://youtu.be/dy9nwe9_xzw
By the way, video yang make lagu "Oceans"-nya Hillsong UNITED sebagai background (Nona has a twisted sense of humor), ternyata mendapat dua puluh ribu likes di Tik Tok. Dan Armand end up men-delete akun YouTube dan Instagramnya secara permanen. Good riddance.
"Dan yang satunya lagi diam-diam nikah sama cewek lain. So yeah. Nggak hanya dibikin trauma buat deket lagi sama cowok Leo, gue juga bersyukur nggak ditakdirkan jadi Leo. Eh, kita ngomongin apa tadi? Oh iya. Birthday. Samaan dengan Blake Lively: 25 Agustus."
"Sip, sip. Udah dicatet di kalender hape."
"Sekali lagi, beneran lho, gue nggak ngarep lo buat bales yang gue lakuin hari ini."
"No, I really want to make your birthday special. I want to be a friend that you can rely on."
*senyum* "Makasih kalo begitu."
"Bilang makasihnya pas beneran kejadian aja." "Oh shit, Pak Bos dateng. Dah dulu ya."
"Daaah!"
Klik.
Ketika Adrian sedang sibuk mengabadikan Fabian dalam balutan kostum Rini, Saras merasakan handphone-nya bergetar di saku celananya.
WhatsApp dari Oza—and it's photo. A screenshot, to be exact.
SARAS LIVELY
+62 812-5287-4xxx
Saras membekap mulutnya yang tak kuasa menahan tawa. "Omaigat! Dasar geblek, hahahahahahahaha!"
Karakter di Criminal Minds yang juga adalah seorang hacker.
Organisasi gereja besar dan denominasi kristen karismatik dari Australia. Hillsong UNITED, band mereka, memiliki 2,5 juta follower di Instagram dan lagu-lagu mereka didengarkan 4,8 juta kali di Spotify setiap bulannya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro