:: Sebelas
"Suka yang ini, kan?" Ghi bertanya sesaat setelah karyawan toko itu memberikan gitar yang Ghi minta.
Lana tampak malu-malu menganggukkan kepala. Seperti yang ia kira, Lana tak tahu apakah Ghi yang memang memperhatikannya sejak tadi atau cowok itu justru juga menyukai gitar yang Lana perhatikan. Lihat warna hitamnya begitu menggoda.
Dan setelah bertanya ini dan itu mengenai gitar, akhirnya Lana memutuskan membeli gitar hitam itu. Toh, memang sejak tadi gitar itu yang ia perhatikan dan begitu menarik perhatian. Ghi juga menyarankan Lana untuk membeli perintilan yang lebih lengkap, tentu Lana menyanggupinya.
"Suka?" Lana mengangguk dengan semangat.
Kendati bahunya terasa cukup berat karena gitar yang mereka beli langsung Lana bawa begitu saja. Awalnya Ghi yang ingin membawakannya tapi Lana menolak. Sudah jelas ia sangat merepotkan Ghi dengan mengantarnya ke toko ini, apalagi jika Ghi juga ikut membawakan gitar miliknya. Lana jadi semakin tidak enak.
Mereka segera meninggalkan toko, kembali berkendara. Sebenarnya Ghi ingin mengajak gadis di belakang tubuhnya itu untuk jalan-jalan sebentar. Tapi karena barang bawaan Lana alias gitar yang baru saja mereka beli itu cukup berat, jadi akhirnya Ghi membawa Lana pulang saja. Lebih baik begitu, biar gadis itu bisa lebih puas menggunakan gitar barunya. Ghi mengerti, Lana pasti merasa sungkan dan tidak enak padanya. Tapi Ghi tidak merasa kerepotan sama sekali. Lagipula Ghi yang mengajak Lana keluar lebih dulu, tentu dengan pertimbangan yang kuat.
***
Lana sudah kembali berada di rumah. Ia sejak tadi tidak melepas pandangan dari sebuah gitar berwarna hitam yang baru saja ia beli bersama Ghi. Sebenarnya daripada terpesona pada gitarnya, Lana justru tersenyum lebar begitu mengingat Ghi. Betapa baiknya tentangganya itu. Lana tidak ingin terlalu terbawa perasaan, tapi bagaimana dong. Ghi adalah orang pertama di expo ekskul saat itu yang menarik perhatian Lana. Ghi orang pertama yang membuat Lana memutuskan untuk kembali bermain musik. Ghi adalah orang pertama yang membuat Lana kembali jatuh cinta pada musik setelah sempat terhenti dan melupakannya.
Ah, Lana tidak sadar kalau sejak tadi ia senyum-senyum sendiri.
Dipegangnya gitar tersebut dengan hati-hati, kemudian Lana kembali bersenandung dengan melodi gitar yang dulu sempat ia hafalkan. Lana akan mengingat hari ini dengan baik. Hari di mana Lana akhirnya bisa dengan bebas bersuara lewat alat musik yang ia mainkan.
***
Di sisi lain, Ghi saat ini berada di studio latihan. Studio tempat ia dan teman-temannya latihan tiap seminggu tiga kali. Kali ini ia dan teman-temannya sedang dalam semangat-semangatnya latihan untuk festival Korean wave yang diadakan di kampus dekat sekolah mereka.
"Ei, Ghi. Lu ngerti ngga sih, beberapa hari belakangan lu agak aneh." Ghi menoleh dengan wajah yang seolah bertanya mengapa.
"Sejak kapan lo semangat banget megang gitar? Posisi lo dari dulu di drum. Kalau latihan pun pasti megangnya stik drum. Lalu sejak kapan lo mulai megang gitar kalau nggak seminggu belakangan?" Hanan, teman satu timnya itu bertanya dengan wajah jenaka.
"Kenapa? Dia baru sadar kalau seminggu belakangan sikapnya aneh banget?" Jaka ikut menimbrung.
"Ngaku lo, lagi kasmaran sama siapa?"
"Ngapa nebaknya jadi kasraman dah?" Akhirnya Ghi menimpali.
"Gelagat lo kek orang kasmaran soalnya."
Ghi terdiam cukup lama dengan gitar listrik yang biasa Jaka pakai. Jemarinya bahkan masih berada di kunci G. Ghi juga seakan menghiraukan sekelilingnya yang mulai berisik.
Ghi? Kasmaran? Mana mungkin?
30/11/23
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro