T i g a p u l u h d u a
Terdengar suara ricuh dari lorong rumah sakit. Jason dan Savia berlari secepat yang ia bisa menuju ruang rawat inap Ferdinan.
Jason dan Savia melihat Leo yang sedang melambaikan tangannya.
"Gimana keadaannya?" Tanya Savia cemas.
Leo hanya diam dan membukakan pintu ruang rawat inap untuk mempersilahkan mereka masuk. Jason pun langsung masuk. Tetapi tidak dengan Savia.
"Ga masuk?" Tanya Leo yang melihat Savia hanya berdiri di samping pintu.
Savia ragu. "Dia gapapa?"
"Kenapa ga mau liat sendiri aja?"
Savia menggigit bibir bawahnya.
"Savia?" Tiba-tiba Jason keluar lalu menghampiri Savia.
"Jas. Dia gimana? Udah sadar?" Tanya Savia ketika melihat Jason.
Jason menatap Savia lalu mengangguk mengerti. "Dia gapapa kok. Ga parah. Sekarang dia udah sadar tuh. Ga mau masuk?"
Savia menunduk. Menatap sepatunya dengan tatapan kosong. Haruskah ia masuk? Ia masih merasa kecewa dengan Ferdinan dan sedikit canggung dengannya. Salahkah Savia bersikap seperti ini?
"Serius ga mau masuk, Sav? Ada apa?" Tanya Leo bingung menatap Savia.
Savia hanya diam. Leo gantian menatap Jason, meminta penjelasan.
"Savia, serius lo mau kayak gini? Serius mau egois kayak gini? Ga mau nyoba selesain semuanya? Ngelurusin semuanya?" Tanya Jason lembut sambil memegang kepala Savia lembut.
Savia menggigit bibir bawahnya. "Tapi gue takut."
"Apa yang lo takutin, hm?"
Leo yang masih berdiri sana menatap mereka berdua aneh. Sedangkan, manusia-manusia yang berada di dalam ruangan menatap ke arah pintu. Termasuk Ferdinan.
Ferdinan tau, Savia datang. Karena ia mendengar suara Savia yang menanyakan keadaannya. Dan itu membuat Ferdinan senang.
Tapi, hatinya sakit ketika Savia tidak ingin masuk lebih tepatnya menemuinya. Ferdinan hanya menghela nafas. Ia mengalami kecelakaan seperti ini, karena ia tidak terlalu fokus dalam menyetir.
Tepat setelah kejadian di cafe kemarin, Ferdinan langsung beranjak pulang dan menyetir mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Dan karena ia tidak terlalu fokus dengan keadaan sekitar. Ia tidak tahu bahwa dari arah yang berlawanan ada mobil lain yang datang.
Untuk menghindari itu, Ferdinan langsung membanting stir lalu menabrak pembatas jalan. Dan berakhirlah ia disini. Dengan kepala yang di perban.
"Ada apa tuh?" Tanya Dian menatap kearah Leo. Leo yang melihatnya hanya mengangkat bahu.
Zelvian mengintinp sebentar lalu berbalik menatap Ferdinan. "Savia ga mau masuk. Ada apa?"
Ferdinan membuang wajahnya. Menatap kearah jendela yang berada di ruang inapnya.
"Oh ya. Anak-anak cewek ga datang?" Tanya Ferdinan mencoba mengalihkan pembicaraan.
Zelvian memicingkan matanya menatap Ferdinan curiga. Lalu menjawab. "Engga. Kita ini mau izin bertiga aja udah susah banget. Kalo bukan karena gue bilang ortu lo lagi luar negeri, jadi kita mau nemenin lo disini, pasti ga bakal di kasih tau."
Dian mengangguk. "Tar pulang sekolah mereka kesini kok."
"Bertiga? Jadi Jason sama Savia?"
"Mereka berdua ga sekolah tadi dan jangan tanya alasannya kenapa. Karena gue ga tau." Jawab Dian sekenanya.
Ferdinan hanya diam. Ia menatap kembali jendela tadi yang menampilkan langit dengan gambaran awan yang sangat indah.
"Ada apa sih? Kok baru masuk?" Kata Dian ketika melihat Savia sudah berjalan masuk ke ruangan Ferdinan.
Ferdinan yang mendengarnya langsung menatap Savia yang bersembunyi di balik bahu Jason.
"Apaan sih? Sembunyi-sembunyi gitu?" Tanya Zelvian yang melihat sikap Savia yang aneh.
Ia tidak cemburu atau apa. Ia sudah moveon. Jadi Savia hanya masa lalunya sekarang. Ia hanya tidak biasa dengan sikap Savia yang terlihat tidak nyaman di dekat Ferdinan. Bukankah mereka bersahabat?
Ferdinan melihat tangan Savia mengenggam tangan Jason erat. Jason yang menyadari tatap Ferdinan pun tersenyum lalu menyapanya.
"Gapapa lo? Kok bisa kecelakaan sih? Hati-hati dong lain kali." Kata Jason tulus.
Ia tidak marah karena Ferdinan membuang kadonya, ia sudah pernah bilang akan melupakannya bukan? Ia bahkan merasa sedikit tersentuh Ferdinan berbicara yang jujur kepada Savia walaupun dalam waktu yang lama.
"Gitu deh." Jawab Ferdinan sambil tersenyum kepada Jason.
Suasana menjadi hening.
"Ada apa dengan atmosfir disini. Kenapa mendadak jadi dingin yah? Atau cuma perasaan gue?" Bisik Leo ke Dian yang berada di sampingnya.
Dian menyetujui perkataan Leo.
"Oke. Dia gapapa. Sekarang gue mau pulang. Duluan." Kata Savia datar. Ia muak karena Ferdinan bahkan tidak menyapanya. Atau mengatakan sesuatu.
Savia melepaskan genggamannya lalu berbalik. Saat ia akan membuka pintu untuk keluar. Suara Ferdinan membuatnya berhenti bergerak.
"Maaf."
Savia diam, menatap pintu tadi dengan pandangan kosong. Ia bahkan tidaj tahu harus bersikap seperti apa sekarang.
"Sepertinya, kami bertiga ketinggalan berita." Kata Leo memecahkan keheningan.
Dan lagi-lagi hanya keheningan yang menjawab pertanyaan Leo.
"Gue minta maaf." Kata Ferdinan lagi. Tidak menjawab pertanyaan Leo tadi.
Savia berbalik menghadap Ferdinan dengan mata yang sudah merah dan berair.
Tiga orang yang tidak tahu apa-apa, terkesiap melihat tampang Savia. Sedangkan, Jason dan Ferdinan menatap Savia dengan pandangan sulit di artikan.
"Minta maaf? Untuk?" Tanya Savia dengan suara bergetar.
Ferdinan melihat kearah teman-temannya sambil bangkit untuk duduk di pinggir ranjang. "Bisa tolong tinggalin kita dulu?"
Leo menatap Ferdinan dengan pandangan -kalo-gue-ga-mau-keluar-lo-mau-apa- yang langsung membuat Dian mendorong Leo untuk keluar di bantu dengan Zelvian.
Ketika melewati Savia, Zelvian menatap Savia lalu memukul bahunya pelan. Savia hanya mengangguk lalu sedikit tersenyum.
"Gue keluar dulu." Kata Jason ketika sudah melihat ketiga temannya keluar.
"Lo disini aja." Kata Ferdinan ketika melihat Jason berbalik.
Jason pun berhenti dan menatap Ferdinan. "Ada apa?"
"Gue mau minta maaf ke lo, Jas. Maaf kalo selama ini gue pura-pura baik sama lo. Maaf, karena gue suka sama Savia." Kata Ferdinan menatap Jason.
Jason tidak terkejut. Ia sudah mendengarnya dari Savia. Ia hanya menatap Ferdinan. Menunggu perkataan Ferdinan selanjutnya.
"Lo pasti udah tau kan? Pasti Savia udah cerita ke lo. Dan juga masalah kado itu. Maaf."
Jason hanya mengangguk. Ia tidak tahu harus berbicara apa.
"Lo ga marah sama gue?"
"Gue ga permasalahin itu lagi sekarang. Itu udah bagian dari masa lalu." Jawab Jason seadanya.
Ferdinan tersenyum, berterima kasih. Sekarang ia menatap Savia.
"Maafin gue, Sav. Maaf karena udah buat lo kecewa, maaf juga udah buat lo marah. Dan maaf karena gue mencintai lo lebih dari sahabat. Gue minta maaf." Kata Ferdinan sambil membungkuk meminta maaf.
Savia yang tidak tahan lagi melihatnya, langsung berlari memeluk Ferdinan.
"Gapapa. Maaf, udah buat lo jadi kayak gini." Kata Savia sambil menangis. Ia tidak tega melihat sahabatnya seperti ini.
Ferdinan yang di peluk kaget. Sedangkan, Jason menatap Savia tidak percaya.
"Hah. Kok mendadak jadi panas yah." Kata Jason sambil mengibaskan tangannya ke arah wajahnya.
Savia yang sadar pun melepas pelukannya. Lalu menghampiri Jason dan tersenyum kepadanya dengan rasa bersalah.
"Gue bercanda kali." Kata Jason menatap Savia lalu tertawa.
Savia hanya cemberut.
"Sekarang clear yah? Udah ga ada apa-apa kan? Ferdinan?" Tanya Jason menatap Ferdinan.
Ferdinan mengangguk dan tersenyum. "Gue bakal nyoba ngelepasin lo kok."
Savia hanya tersenyum. "Maaf dan makasih."
Ketika Jason ingin berbicara, tiba-tiba pintu kebuka dan menampilkan sosok Anita, Angeline dan Tifanny.
"Ini ada apaan? Kenapa kita ga di kasih masuk sama tiga anak curut itu?" Tanya Anita.
"Lagi ada rapat mereka." Jawab Zelvian sekenanya.
"Tau tuh. Mereka udah main rahasia-rahasiaan sama kita. Udah ah kesel gue." Kata Leo menatap Ferdinan kesal.
"Ada apa sih?" Tanya Angeline.
"Ga ada apa-apa kok. Yakan, Fer?" Tanya Savia sambil merangkul Ferdian.
Ferdian tersenyum lalu meringis kesakitan ketika lengan Savia tanpa sengaja mengenai lukanya Ferdinan.
"Eh. Sakit yah? Maaf. Duh maaf. Ga sengaja." Kata Savia melepaskan rangkulannya lalu mengelus perban Ferdinan.
Ferdinan hanya tertawa. "Gue bercanda."
"Yeu. Lo mah modus yah sama cewek gue." Kata Jason menarik Savia.
"Cembokuran amat lo." Kata Angeline menatap Jason geli.
Jason hanya menjulurkan lidahnya. Semua tertawa melihat Angeline dan Jason yang terlibat perkelahian kecil. Kecuali, Leo. Ia masih kesal, lebih tepatnya ngambek.
Tapi tidak ada orang yang memperdulikan Leo. Bahkan yang lain tidak menanyakan kejadian tadi. Mereka percaya, jika teman-temannya itu akan menceritakan hal itu. Suatu saat nanti.
❤❤❤
Jason menghela nafas lelahnya lalu melemparkan tubuhnya ke kasur kesayangannya. Baru saja ia akan terlelap ketika mendengar bunyi dari handphone-nya yang menandakan ada pesan yang masuk.
Ia membukanya lalu tersenyum ketika membacanya.
Savia : ud nyampek?
Jason : udah syg. uda makan lo?
Savia : geli amat syg". klo blm mau anterin makan ga?
Jason : yeu. Pdhl sng kan lo. mau makan apa lo?
Savia : ga sng ah. ga ah. dah makan kok gue. tdur dlu ya gue.
Jason : key gue jg mau tdur gudnait <3
Jason tersenyum lalu mematikan handphone-nya tanpa menunggu balasan Savia. Ia sudah terlalu lelah hari ini.
Ia tidak cukup tidur karena kemarin ia tidur di depan pintu kamar Savia dengan posisi duduk. Dan itu sukses membuat tulang punggungnya sangat sakit.
Tapi ia tidak menyesali hal itu sama sekali. Tenaganya sudah cukup terkuras untuk hari ini. Ia hanya ingin tidur sekarang.
Jason pun terlelap dengan cepat. Ia bahkan bermimpi ia dengan Savia sedang berjalan-jalan ke suatu tempat.
Hingga suara ringtone handphone membangunkan tidurnya. Jason berteriak kesal, ia menatap jam dinding yang terpampang jelas sudah menunjukan pukul 02.30 dini hari.
Ia mengambil handphone-nya lalu mengernyitkan dahinya bingung. Untuk apa Savia meneleponnya jam segini? Ia segera mengangkatnya.
Dan hal yang pertama kali ia dengar adalah suara Savia menangis. Ia mendapatkan firasat buruk sekarang.
"Halo? Savia? Ada apa?"
"JASONNNN!!"
Jason menjauhkan telinganya ketika mendengar Savia menjerit sambil menangis. Ia makin mengkhawatirkan kekasihnya itu.
"Ada apa? Lo sekarang dimana? Lo kenapa?"
"Ja---jason. Fer--Ferdinan Jas. Ferdinan."
"Ferdinan kenapa? Kalian udah baikkan tadi kan? Kenapa nangis?"
"Ferdinan bunuh diri, Jas. Bunuh diri."
❤❤❤
MAAFIN GUEEEEEEEE. JANGAN LEMPAR GUE PAKE BATU ATAU APAPUN. JANGAN TINGGALKAN CRITA INI JUGA. GUE MINTAA MAAF.
TAU KOK CRITA INI MAKIN GAJE. TPI PLIS INI UDH GUE PERHITUNGIN DR JAUH" HARI. MAAFIN GUE:'(
02 Juli 2017.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro