Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

T i g a b e l a s

Bel pertanda pulang berbunyi. Savia menoleh kearah tempat Jason dan ia tidak melihat Jason lagi.

Savia berfikir haruskah ia pergi ke tempat itu atau tidak.

"Woi." Dian menepuk bahu Savia pelan. Savia menoleh menatap Dian.

"Belum pulang?"

"Oh. Iya ini mau pulang. Duluan yah." Kata Savia sambil bangkit dari kursinya. Saat ia akan berjalan keluar, Dian menahan tangannya.

"Nih." Dian memberikan kertas kepada Savia lalu pergi. Savia langsung membuka isi kertasnya.

Jangan lupa. Tempat biasa. Ga mungkin lupa kan? Atau udah lupa? Kalo udah lupa gue kasih tau nih. Taman kecil kompleks rumah Bu Astrid.

-Jason.

Savia terkekeh membaca surat itu. Mana mungkin ia lupa, jika dulu hampir setiap minggu ia selalu kesana. Menanti Jason. Berharap Jason datang dan menemuinya. Menjelaskan semuanya.

Dan waktu yang ia tunggu sekarang datang. Jason memintanya untuk datang dan ia akan menjelaskan semuanya.

Savia mengeluarkan handphone-nya dan menelepon Pak Arman supirnya. Sejak kepergian ayahnya, Savia tidak di jemput lagi oleh Savier yang terlampau sibuk.

"Pak, udah disekolah?"

"Udah, Non. Saya didepan gerbang."

"Oke." Savia mematikan sambungannya dan pergi ke gerbang. Ia melihat Pak Arman sedang melambaikan tangan. Savia segera berlari dan masuk ke mobil. Begitu juga dengan Pak Arman.

"Pak, ke Perumahan Indah Permai."

"Loh? Ga langsung pulang, Non? Udah izin sama Kak Savier atau mama belum? Kalo belum, Bapak ga berani anterin, Non." Kata Pak Arman khawatir.

Savia hanya tersenyum dan mengangguk. "Udah dong. Aku kan anak baik."

Pak Arman mengangguk dan mengantarkan Savia ke tempat dimana semuanya akan terungkap. Tentang Jason dan dirinya.

❤❤❤

Savia melihat jam tangannya gelisah. Sudah setengah jam lebih ia menunggu keadaan Jason. Pikiran buruk terus berkeliaran dipikirannya. Dimulai dari Jason yang berbohong tentang mengajaknya kesini.

Tapi ia tetap memilih menunggu. Hingga tiba-tiba matanya ditutup oleh sebuah tangan.

"Jason?"

Jason melepaskan tangannya dari wajah Savia. Savia menoleh melihat Jason. Jason tersenyum.

"Lama banget lo. Lo yang ajak ketemuan lo yang telat." Dengus Savia.

Jason hanya tertawa. Ia duduk di bawah pohon. Ia menepuk samping kirinya menyuruh agar Savia duduk.

Savia menurutinya. "Jadi?"

"Jadi apa?"

Savia menatap Jason geram. "Lo yang ajak ketemuan kan?"

"Yah. Terus kenapa lo mau ketemuan sama gue?"

Savia langsung terdiam. Sedangkan, Jason tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Savia.

"Bercanda. Ada yang mau lo tanyain ke gue? Kalo ini gue bakal bilang ke lo semuanya. Gue janji."

Savia berfikir. Haruskah ia mengutarakan semuanya? Menanyakan semua yang selama ini menganjal di hatinya.

"Em. Kenapa lo?" Savia berdehem sebentar.

"Gue kenapa?"

"Ah lo. Kenapa lo dulu ngehindar gue? Lebih tepatnya musuhin gue. Perasaan gue ga ada salah apa-apa." Savia berkata dengan sangat polosnya.

Wajah polosnya hampir saja membuat Jason ingin memakinya karena wajahnya yang kelewat polos itu.

"Karena lo bego."

Savia mengerutkan keningnya. "Bego? Bego apa?"

"Lo lupa? Semua berawal dari teman lo itu. Ferdinan. Lo ingat?" Kata Jason sedikit berapi-api.

"Ferdinan? Ingat. Ga mungkin gue lupa. Sekarang dia udah pergi ke Singapura yah. Kangen dia juga." Kata Savia sambil menerawang. Dan sukses membuat Jason sedikit kesal.

"Emang dia kenapa?" Sambung Savia dan melihat Jason.

"Setelah dia datang. Lo ngejauhin gue. Lo ga inget?"

Savia menggeleng. "Oke, kalo gitu. Gue bakal ingetin semuanya. Tentang gimana rasanya disakitin dan dilupain sama orang yang lo sayangi."

Flasback.

"Pi. Udah belajar buat hapalan PKN?" Tanya Jason ketika melihat temannya duduk di depannya.

Yang dipanggil menoleh kebelakang dan menatap Jason sambil tersenyum.

"Udah dong. Aku kan rajin. Pinter juga. Savia gitu loh." Kata gadis itu dengan bangga.

Jason hanya tersenyum. "Loh? Itu kok roknya jorok? Jatuh?" Kata Jason ketika matanya melihat rok merah Savia terdapat bercak tanah.

Savia hanya tersenyum lebar. Menandakan benar. Ia ingin menjawab ketika wali kelas masuk ke kelasnya. Savia langsung menghadap ke depan. Begitu juga dengan Jason.

"Anak-anak. Kali ini kita kedatangan murid baru. Sini masuk. Kenalkan dirimu." Kata Bu Astrid, Wali kelas Savia dan Jason.

Seorang laki-laki dengan perawakan tinggi, masuk dengan senyum lebarnya. Bajunya ia biarkan keluar menutupi celana pendek merahnya.

"Hai. Kenalin aku Ferdinan Fangestu. Senang bertemu dengan kalian. Ada yang mau ditanyakan? Silahkan."

Savia yang sedari tadi penasaran akan cowok itu segara mengangkat tangannya.

Ferdinan hanya mengangkat alisnya. "Ya?"

"Kenapa kamu pindah? Kan kita ini udah kelas 6 SD. Bentar lagi mau UN. Jadi kok pindah? Kan tanggung?"

Ferdinan hanya terkekeh. "Karena urusan kerja Papa ga bisa di tunda. Jadi gitu deh."

Savia hanya mengangguk. Jason hanya menatap Savia.

"Oke. Kita akhiri pertanyaannya. Kamu, Ferdinan. Masukkan bajumu dan duduk disebelah orang yang menanyai kamu tadi." Kata Bu Astrid.

Ferdinan menurut, ia duduk disebelah Savia. Ia mengeluarkan buku dari tasnua. Ia menoleh ke arah Savia yang sedari tadi menatapnya.

"Hai. Kenalin aku, Savia Aderin. Dan temen aku ini namanya Jason Maurier." Kata Savia dengan senyum lebarnya.

Jason mengulurkan tangannya dan di balas oleh Ferdinan. Mereka saling bertukar senyum. "Senang kenalan sama kalian."

Sejak saat itu, mereka selalu bersama-sama kapanpun, dimanapun. Sampai disuatu hari. Jason merasa makin lama Savia makin mengabaikannya.

"Pi?" Panggil Jason ketika melihat Savia dan Ferdinan berjalan menuju kelas.

Savia menoleh. "Hai, Je."

Setelah mengatakan itu Savia menoleh ke arah Ferdinan dan berbicara dengannya lagi. Tanpa menoleh ke arah Jason.

Jason hanya diam menatap kepergian mereka berdua. Ia merasa menjadi terasingkan diantara mereka berdua.

Jason tetap sabar. Saat pelajaran dimulai ia memanggil Savia. Tapi tidak di hiraukan oleh Savia. Bahkan menoleh pun tidak.

"Piiii!" Jason memegang lengan Savia pelan. Dan langsung di tepis pelan oleh Savia.

"Bentar Je. Aku sama Ferdinan lagi diskusi."

Jason menunggu. Menunggu Savia memanggilnya lagi. Meminta maaf kepadanya karena telah mengabaikannya.

Kata menunggu menjadi berharap bagi Jason. Ia berharap Savia menoleh. Tapi tidak. Savia tidak pernah menoleh kepadanya lagi. Savia tidak bermain bersamanya lagi. Savia tidak tersenyum untuknya lagi. Savia tidak tertawa karenanya lagi.

Savia, tidak , lagi.

Flashback End.

Savia terkejut mendengar cerita Jason. Demi apapun, ia tidak merasa telah mengabaikan Jason. Ia sama sekali tidak tau. Bahwa itu akan menyakiti Jason dalam.

"Bukan. Gue masih bisa bertahan kalo karena itu. Gue masih mencoba manggil lo. Masih mencoba berteman dengan lo." Kata Jason menatap bunga yang bertebaran di sekeliling taman itu.

"Jadi? Apa gue ada nyakitin lo lagi?" Kata Savia dengan wajah yang takut. Takut bahwa ia menyakiti Jason lagi.

"Ada. Dan kali ini lebih dalam."

Seketika Savia merasa tubuhnya tegang.

❤❤❤

Oke. Itu konfliknya belom selesai. Itu masih awal. Gaje? Tau kok.

Udah gitu aja. Votmentsnya? Thengs:))

13 Oktober 2016.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro