Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

S a t u

"Savia!"

"Ada apa, Jeje?"

"Ini aku ada coklat buat kamu."

"Coklat? Dalem rangka apa?"

"Emm. Valentine?"

"Tapi aku belom nyiapin coklat buat kamu."

Hening.

"Jeje?"

"Jason?"

"JASONNNNN!"

Bruakk.

Savia jatuh dari tempat tidur. Ia meringis kesakitan sebentar dan tersadar akan sesuatu.

"Ck. Mimpi dia lagi."

Iya, Dia yang dulu sangat Savia sayangi. Sukai. Sebagai sahabat maupun lelaki.

Dia yang dengan tiba-tibanya menjauhi Savia tanpa memberitahu sebab akibatnya.

"Ah sue. Kenapa pagi-pagi udah mikirin dia aja. Bikin mood orang kesel aja."

Savia menggerutu dan melihat jam. Ia terperanjat ketika melihat jam yang menunjukkan pukul 06:40.

"Kelamaan libur ini. Jadi telat bangun."

Savia menggerutu. Ia langsung bergegas mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.

Saat ini Savia menyandang status anak kelas sepuluh. Dan hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah dengan rok abu-abu.

Setelah selesai. Ia bergegas turun dan langsung menuju ke meja makan.

"Pagi semua. Kenapa ga ada yang bangunin Savia sih?" Omel Savia.

"Loh? Kamu udah masuk sekolah toh? Mama kira masih libur. Jadi mama ga bangunin deh." Sahut Hany--Mama Savia--.

"Ah, Mama mah. Anaknya sendiri sekolah aja ga tau." Gerutu Savia sambil mengambil roti yang Hany siapkan.

"Salah lo juga sih ga kasih tau Mama." Balas Savier.

"Ih, bicik lo terong busuk." Ejek Savia.

"Apaan lo cabe busuk."

"Papa. Liat tuh Kakak." Savia merengek kepada Aldy--Papa Savia--.

"Savier, kamu ngga boleh gitu sama adik kamu." Tegur Aldy.

Savia menjulurkan lidahnya ke arah Savier.

"Ih, lo mah curang. Mainnya ngadu. Ga asik ih. Kalo begitu gue juga ga mau kalah. Mama. Adek jahat." Adu Savier

Savier Aderon adalah kakak Savia. Ia dan Savia berbeda 6 tahun. Saat ini Savier kuliah di jurusan bisnis.

"Sudah-sudah. Katanya kamu hampir telat, Sayang. Berangkat sana." Lerai Hany.

"Berangkat sama siapa, Ma?" Tanya Savia.

"Sama Kakak, yuk? Kakak juga mau kuliah."

"Loh? Kakak udah masuk aja?"

"Gue libur aja belom, bege lo."

"Oh? Masa? Yaudah yuk anterin gue, Kak."

Savia nyengir kearah Savier. Dan Savier hanya menatapnya malas.

"Giliran ada maunya aja lo baik sama gue. Untung adek gue lo." Cibir Savier

Savia mengandeng lengan Savier. Dan nyengir.

"Mama, Papa , Kami pergi dulu yah." Jerit Savia dan Savier.

Hany dan Aldy hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah laku kedua anak mereka itu.

❤❤❤

"VIA!!!"

Savia melihat kearah suara yang memanggilnya.

"Oh? Lo siapa ya? Kok kayak ngga kenal?" Savia menatap seorang gadis yang memanggilnya tadi. Menatap seolah-olah tidak mengenalinya.

"Oh. Lo gitu sekarang? Oh. Oke. Jangan nyari gue lagi yak. Jangan manggil "Tif, gue ke rumah lo ya." , "Tif, jalan yuk." "Tif...". Makan itu Tif." Kesal gadis tadi.

Savia hanya cengegesan. "Sorry, men. Gue canda aja kali. Btw, gue gugus berapa?"

"Gugus 2." Jawab Tifannya sekenanya. Masih ngambek ceritanya.

"Lo sama gue segugus?" Tifanny mengangguk mengiyakan.

"Eh, dia belom datang? Dia segugus sama kita juga?" Tanya Savia binggung.

"Dia? Anita? Ah, kayak ga tau dia aja lo. Paling kesiangan lagi. Yoi, segugus. Semoga aja sekelas juga." Jawab Tifanny.

Savia hanya menganggukkan kepalanya. Saat Savia dan Tifanny ingin masuk gugus. Terdengar teriakan suara cempreng seorang gadis berteriak.

"WOI!"

Savia dan Tifannya menoleh. Dan terlihatlah sosok yang terlihat menyedihkan.

"Kalian kenapa ga nungguin gue sih? Oh jadi sekarang kalian mainnya tinggalin ya. Ga sama kalian. Ga sama doi gue di tinggalin mulu." Curhat Gadis tadi.

Pelaku dalam jeritan tadi adalah Anita. Teman Tifanny dan Savia. Bisa dibilang mereka berteman sejak duduk di bangku SMP.

"Eh, eh. Itu Jason, kan?" Tanya Tifanny heboh, sambil menunjuk kearah kumpulan cowok.

Savia hanya melihat sebentar kemudian mendengus. "Biasa aja kali."

"Ye, paling lo juga dari tadi nyuri-nyuri pandang." Ngejek Anita yang di iyakan oleh Tifanny.

Anita dan Tifanny tau semua rahasia tentang Savia. Termasuk hubungan Savia dengan Jason.

Dari awal Savia tau. Tau bahwa Jason akan sekolah di sekolah yang sama dengan Savia. Dan Savia hanya cuek menanggapi hal itu. Walaupun hatinya tidak.

Kadang otak emang ga pernah sinkron sama hati.

"Ih, bicik lo bedua. Masuk kelas aja, yuks," Ajak Savia.

Tifanny, Anita dan Savia menuju ke Gugus 2.

❤❤❤

"Kenalkan, Nama saya Edward. Biasa dipanggil Pak Edu. Saya menjadi wali kelas kalian sementara selama Masa Orientasi Siswa di Gugus 2. Salam kenal. Jika ada yang mau ditanyakan silahkan bertanya." Pak Edu tersenyum.

"Pak, udah punya istri belom?" Tanya seorang siswi.

"Udah ada. Dan masih satu." Jawab Pak Edu dengan senyum manisnya.

Para siswi menghela nafas kecewa. Guru yang satu ini mungkin terlihat sedikit manis. Dan guru laki-laki yang paling muda di sekolah ini. Wajar aja jika semua murid hampir berteriak histeris jika melihat Pak Edu.

"Bapak ngajar apa?" Tanya seorang siswa.

"Fisika." Jawab bapak itu.

Terdengar helaan kecewa dari Savia dan kawan-kawan.

"Anjay, bapaknya ganteng banget." Bisik Anita ke Savia yang duduk disamping. Sedangkan Tifanny duduk di depannya sendirian.

Saat Savia menyuruh Anita duduk bersama Tifanny. Ia menolak dengan halus dan beekata "Gue udah terlalu biasa sendiri."

"Iya. Ganteng. Manis pula. Tapi sayang-"

"Udah punya istri." Sambung Tifanny. Mereka tertawa cekikikan.

"Gue kecewa, njay." Savia menggerutu.

"Karena ga segugus sama Jason ya?" Goda Tifanny.

"Najis. Bukan itu. Gue kecewa karena bapaknya ngajarnya Fisika. Lo tau sendiri gue paling benci sama Fisika." Ngeles Savia.

Sebenarnya apa yang dikatakan Tifanny hampir benar. Tapi yah biasa. Cewek mah harga dirinya tinggi.

"Ngeles ae lo kek bajaj." Gerutu Anita.

"Yee. Bodo amat." Savia menjulurkan lidahnya ke arah Anita.

"Tapi, selesai Mos, Kita ga langsung di bagi IPA, IPS kan? Tar kelas dua baru di bagi." Kata Tifanny.

"Mungkin."

"Tapi katanya usut punya usut, dia udah punya pacar, ya?" Sambung Anita yang ngga nyambung.

"Emang. Kok jadi bahas dia sih?" Jawab Savia yang tanpa ia sadari nadanya terdengar ketus. Tifanny dan Anita hanya senyum-senyum sendiri.

"Cie, cemburu yak. Sebenarnya lo masih ada rasa ngga sih sama dia?" Tanya Tifanny.

Savia diam. Ia binggung ingin menjawab apa. Savia ngerasa kalau dia emang ga punya rasa lagi sama Jason. Tapi disisi lain, ia ngerasa perasaan itu masih ada.

"Gue cuma mau, gue sama dia ga musuhan lagi. Lo tau sendiri. Gue ga suka di musuhin."

Ya, hanya ingin kami bertegur sapa seperti dulu. Bercanda seperti dulu.

❤❤❤

:)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro