Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

E m p a t

"Savia. Minjem PR Bahasa lo, dong." Kata Tifanny menirukan kata-kata Jason tadi.

Anita ketawa. "Serius anjay, dia manggil lo?"

Savia hanya diam mengingat kejadian yang sangat cepat tadi. Saat ini mereka sedang duduk-duduk di lapangan sambil menikmati pemandangan cogan-cogan yang sedang bermain futsal.

"Jadi pas Jason minjem. Lo jawab apa?" Tanya Angeline yang mendadak semangat.

Savia lagi-lagi diam. "Savia ga jawab apa-apa. Dia cuma kasih, dan Jason pergi gitu aja." Jawab Tifanny menggantikan Savia.

Anita mengeryit. "Dia ngga balikin bukunya atau bilang makasih gitu?"

"Ga ada, dia sekalian ngumpulin buku gue. Dan gue berhasil baper, karena itu. Hanya karena di panggil. Argh." Jawab Savia ga woles.

"Udah susah-susah moveon, di panggil gitu aja udah gagal moveon. Duh sedih." Sindir Tifanny dramatis.

Savia menggerutu. Angeline tersenyum. "Berarti itu bagus, Vi. Mungkin dia udah bisa ngelupain sedikit tentang kejadian itu. Dan niat mau temenan sama lo lagi."

"Percaya deh, Dia manggil gue cuma ada maunya doang. Kita liat besok deh. Benci gue liat dia." Gerutu Savia.

"Benci? Dipanggil gitu aja baper lo. Sok benci." Kata Anita tepat sasaran.

"Mulut bilang benci. Hati siapa yang tau." Kata Angeline menyeringai. Yang di balas dengan anggukkan dari Tifanny.

"Ah, sue lo semua." Gerutu Savia.

❤❤❤

"Papa? Mama?" Panggil Savia ketika melihat dua siluet orang yang sangat ia kenal.

Dua orang yang ia panggil menoleh dan tersenyum hangat.

"Ayo pulang." Kata Aldy.

"Tumben Papa sama Mama jemput? Biasa juga Kakak." Tanya Savia. Bukannya ia tidak senang di jemput oleh orang tuanya. Ia bahkan sangat senang. Tidak ada yang tau seberapa senang Savia saat ini. Sampai ingin rasanya ia joget-joget di tengah jalan.

"Tadi Papa jemput Mama arisan. Dan tempatnya sejalan sama sekolah kamu. Yaudah sekalian aja." Jawab Hany sambil merapikan rambut Savia yang berantakan.

"Yaudah, yuk masuk. Pergi makan dulu?" Tawar Aldy.

Savia dan Hany hanya mengangguk.

"Eh, Vi. Tadi Mama ketemu sama Mamanya Jason." Kata Hany. Dan hanya di balas anggukan oleh Savia.

Hany dengan Mama Jason memang berteman sejak Savia dan Jason SD. Mereka bertemu saat ingin menjemput anak mereka masing-masing.

"Oh. Terus kenapa, Ma?"

"Jason dulu SMP ga satu sekolah sama kamu kan? Sekarang?" Tanya Hany kepo.

"Iya. Sekarang satu sekolah. Satu kelas juga." Jawab Savia biasa.

Hany hanya mangut-mangut.

"Kamu temenan sama dia kan?"

"Ya. Kenapa? Mama ga berniat mau jodohin aku sama dia, kan?" Tanya Savia was-was walaupun ia berharap apa yang dia ucapin di benarkan.

Hany ketawa terbahak-bahak. Savia cengo. "Ya engga lah. Mana mau dia sama kamu."

Hany tertawa sampai menitikkan airmata. Yang di balas dengan cemberutan Savia.

Mama ga tau sih dulu aku sama dia kayak apa.

❤❤❤

"Sav, Minjem gunting dong."

Savia menoleh dan memberikan gunting ke Jason. Yah, yang berbicara tadi Jason.

"Sav, Ada lem?"

Savia mengangguk dan melihat kearah kotak pensilnya. Ia tidak menemukan lemnya. "Oh. Sama Leo."

Jason mengangguk. Iya, Jason hanya memanggilnya jika ada sesuatu yang ia ingin pinjamkan.

"See? Dia cuma manggil gue kalo ada maunya doang." Bisik Savia ke arah Tifanny sambil menggerutu.

"Gapapa sih, dari pada dia diemin lo. Lebih bagus gini kan?"

"Ga gini juga kali." Savia cemberut.

Savia diam. Tifanny mengerjakan tugas yang diberikan Pak Edu. Tentu saja Savia belum siap. Ia tidak pintar dalam Fisika. Jadi ia hanya menunggu jawaban dari Tifanny.

"Saviaaaaaaaaaaa." Panggil Zelvian.

"Apaaaaaaaaaaa? Kalo mau minta jawaban Fisika jangan sama gue." Jawab Savia.

Zelvian menoleh kebelakang menatap Savia. Dan menggelengkan kepalanya.

"Gue mah tau lo bego di Fisika. Dan gue masih cukup pintar buat ga minjem punya lo." Jawab Zelvian sambil nyengir.

"Jadi lo manggil gue kenapa? Kangen?"

"Iya kangen. Lo juga kan?" Jawab Zelvian dengan pede-nya dan mengedipkan sebelah matanya.

Savia menoyor kepala Zelvian pelan. "Jijik gue. Gue mah muak liat muka lo itu."

Zelvian mencolek pipi Savia pelan. "Jangan bohong deh. Btw, lo udah makan?"

"Ga usah nanya-nanya deh. Tar gue baper mau tanggung jawab?" Jawab Savia sambil bercanda.

"Kalo lo baper gue bakal tanggung jawab kok." Zelvian mengacak rambut Savia pelan.

Savia hanya memeletkan lidahnya. Ia menyukai Zelvian. Dan tidak ada yang tau tentang itu termasuk Tifanny dan Anita.

Bahkan ia sendiri tidak tau akan perasaannya itu. Ia hanya merasa nyaman akan kehadiran Zelvian. Apakah itu bisa disebut mencintai? Apalagi sejak Jason kembali hadir perasaan itu kembali ia pertanyakan.

"Eh, Besok hangout, yuk?" Ajak Zelvian.

"Berdua? Atau sama temen-temen?"

"Gue maunya sih berdua. Tapi kata emak berduaan aja ga bagus. Nanti ketiganya setan." Jawab Zelvian dengan sok alim.

"Yaudah. Gue ngajak Anita, Tifanny sama Angeline yak."

Zelvin mengacungkan jempolnya. "Gue bawa Dian, Jason sama Leo."

"Jason?" Tanya Tifanny. Savia hanya diam. Ia tau bahwa Zelvian dengan Jason berteman dekat. Ia adalah stalker. Tapi ia tetap terkejut jika Zelvian mengajak Jason. Ia penasaran sebenarnya. Apakah Zelvian tidak tahu tentang hubungan dia dan Jason?

"Woi, Son. Lo ikut kan?" Panggil Zelvian. Jason menoleh dan menatap Zelvian sebentar. Lalu mengangguk.

"Yaudah. Kumpul di cafe biasa."

Saat Zelvian kembali menghadap kedepan. Tifanny berbisik. "Lo ga kaget?"

"Kaget sih. Gue takut sama suasananya nanti. Takut canggung."

"Act natural, Sav." Savia hanya mengangguk.

Semoga aja bisa. Dan semoga aja acara ini memulai sesuatu yang bagus. Semoga.

❤❤❤

Makin gaje yak? wkkwkw

Votements?:))

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro