Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

D u a p u l u h t i g a

Bel pertanda pulang sudah berbunyi. Savia buru-buru memasukkan barang-barangnya yang berserakan di mejanya ke dalam tas ketika melihat Zelvian keluar dari kelas.

"Mau kemana, Vi? Kok buru-buru?" Tanya Tifanny yang melihat Savia yang terlihat terburu-buru.

"Mau nyusul Zelvian. Mau bicara sama dia. Gue duluan yah. Tar bilangin ke Anita sama Angeline." Savia mengambil tasnya lalu melambaikan tangannya ke arah Tifanny dan pergi keluar kelas meninggalkan Tifanny.

Savia berlari dengan sekuat tenaganya menyusul Zelvian yang sudah jauh di depannya. Ketika sudah sampai di dekatnya. Savia langsung memukul bahu Zelvian dengan kuat.

Zelvian menoleh dan tersenyum menatap Savia yang sedang menyambung nafasnya yang hampir hilang gara-gara mengejarnya.

"Woi. Lo bilang mau bicara tapi main kabur aja. Apaan lo. Bikin gue capek ngejar lo aja. Dasar tai kuda." Gerutu Savia melihat Zelvian.

Zelvian hanya tersenyum.

"Ngapa lo senyam-senyum gitu?" Tanya Savia bingung.

"Gapapa. Gue suka aja lo balik kayak dulu."

Savia langsung merasa tidak enak kepada Zelvian akan sikapnya yang sedikit kekanak-kanakan. "Maaf."

"Gapapa. Kalem. Lets talk about it." Ajak Zelvian dan pergi meninggalkan Savia yang mengikutinya dari belakang.

Sesampainya di parkiran. Zelvian memberikannya helm.

"Loh mau kemana? Katanya mau bicara?"

"Yah bicaranya ga disini juga kan? Yakali bicara di tempat parkir. Ga elit banget." Kata Zelvian sambil melihat Savia yang mengangguk-angguk mengerti.

"Ga elit juga tar kalo gue di tolak terus nangis di parkiran. Ga banget." Gumam Zelvian.

"Ha? Lo ada bilang sesuatu?" Tanya Savia.

"Ga. Ga ada. Ayok naik."

Savia pun naik ke motor Zelvian sambil memegang bahunya. Zelvian pun melajukan motornya dengan kecepatan normal.

Setelah beberapa menit, mereka sampai di sebuah taman yang sangat indah dengan danau di depannya.

Zelvian memberhentikan motor dan menyuruh Savia agar turun.

Zelvian berjalan menuju sebuah bangku dekat danau. Yang hanya diikuti Savia dengan diam.

"Duduk disini. Pemandangannya bagus kan?" Tanya Zelvian.

"Iya."

Hening.

"Kita disini mau bicara kan? Ngapa diam aja?" Tanya Zelvian memecahkan keheningan.

"Iya yah."

Lagi-lagi terjadi keheningan.

Savia menarik nafas panjang lalu membuangnya. Ia memantapkan jawabannya.

"Gue juga suka lo."

Apa yang ia jawab benar kan? Lagi pula ia dulu juga merasa menyukai Zelvian. Dulu.

"Yakin? Bukan Jason?"

Sebelum Jason hadir dalam hidupnya.

"Kenapa diem?" Tanya Zelvian.

"Ga. Gue suka sama lo."

Zelvian mengangkat salah satu alisnya lalu menatap Savia intens. Yang ditatap sedari tadi mencoba mengalihkan pandangannya kemana pun asal bukan mata cowok di sebelahnya ini.

"Gue seneng kalo lo jawab itu."

Zelvian berdiri. Savia menatapnya bingung lalu ikut berdiri. Sehingga saat ini mereka berhadapan.

"Seneng?" Tanya Savia tersenyum.

"Banget."

Savia hanya tersenyum. Ia benar. Ia melakukan hal benar. Ia menyukai Zelvian. Bukan Jason.

"Tapi." Kata Zelvian lagi sambil memegang kepala Savia lembut.

"Ya?"

"Gue bakal lebih senang kalo lo ngomong itu dari hati terdalam lo. Bukan karena paksaan." Kata Zelvian lembut.

"Ha? Gue ga terpaksa ngatain itu?"

"Jujur aja. Gue seneng banget lo ngomong kayak gitu. Tapi gue lebih seneng kalo lo lebih jujur ke perasaan lo, Sav. Gue tau. Yang lo suka itu bukan gue." Kata Zelvian sambil menurukan tangan yang ada di kepala Savia tadi.

"Bukan gitu...Tapi..."

"Tapi?"

"Tapi gue nyaman kalo sama lo. Itu berarti gue suka sama lo juga kan?" Tanya Savia. Suaranya mulai bergetar.

"Lo suka gue. Tapi sebatas sahabat, Sav. Cinta datang tanpa alasan. Kalo alasan lo suka gue karena nyaman itu namanya bukan cinta. Karena rasa nyaman itu bisa datang dari mana saja dan dari siapa saja." Jelas Zelvian.

Savia hanya diam mendengarkan.

"Maaf." Kata Savia dengan suara yang parau.

Zelvian hanya bisa tersenyum. Senyum kecut. Jujur ia sangat kecewa saat Savia mengatakan hal yang seharusnya tidak ia katakan.

Ia tau. Dari awal. Bahwa Savia mencintai Jason bukan dirinya. Ia tau alasan teman-temannya menyuruh menyatakannya duluan karena jika Jason menyatakannya duluan. Ia tidak akan mempunyai kesempatan buat mengatakannya.

Ia tau dari awal. Bahwa ia akan di tolak. Ia tau bahwa hati Savia tidak akan menjadi miliknya seberapa keras ia berjuang.

"Gapapa. Jangan nangis. Gue ngerti. Jadiin ini pelajaran yah. Cukup jujur sama perasaan lo." Kata Zelvian lalu memeluk Savia.

Savia terkejut. Tapi ia tidak meronta. Ia hanya diam.

"Gue sayang lo. Banget. Tapi gue tau dari awal rasa sayang lo itu hanya sebatas sahabat ke gue. Gue tau. Hati lo ke Jason. Bukan gue. Jadi jangan bohongin perasaan lo lagi. Karena itu ga salah." Kata Zelvian masih belum melepaskan pelukannya. Savia hanya diam dan menangis di pelukan Zelvian.

"Vi?"

"Hm?" Jawab Savia dengan susah payah karena tangisnya.

"Makasih udah mau di peluk gue. Gue harap gara-gara ini persahabatan kita ga akan hancur. Makasih atas semuanya." Kata Zelvian melepaskan pelukannya lalu pergi meninggalkan Savia yang masih menangis.

"Zelvian."

Zelvian mendengar Savia memanggilnya. Tapi ia tidak akan berbalik lagi. Ia tidak akan kembali lagi ke tempat Savia. Ia akan berjalan maju melupakan semuanya. Ia sudah memantapkan pilihannya.

Ia akan melepaskannya.

Ia akan merelakannya.

"Terima kasih. Setidaknya udah ngasih gue meluk lo. Terima kasih karena mengatakan lo suka gue walaupun bohong. Terima kasih."

Semakin jauh ia berjalan pergi meninggalkan Savia. Semakin banyak air mata yang jatuh di pipinya.

Ia sakit. Sangat sakit.

❤❤❤

Savia masih menangis di tempat dimana menjadi saksi bahwa Savia adalah orang yang paling jahat sedunia.

Ia telah membuat Zelvian kecewa. Ia telah menyakiti hati Zelvian. Ia merasa sangat bodoh akan hal itu.

Mengapa ia harus mengatakan kata-kata itu? Mengapa ia sangat percaya diri bahwa kata-kata itu bisa membuat semuanya membaik? Kenapa ia tidak mengikuti saran kakaknya? Mengapa ia sangat bodoh?

Ia mempertanyakan semuanya. Tapi tidak ada yang menjawabnya. Hanya angin yang menjawabnya.

"Lo bego. Banget."

Savia berhenti menangis. Ia tau suara ini. Ia sangat mengenalnya.

"Lah nangis. Yang di tolak siapa yang nangis siapa." Ejek orang itu.

Bukannya berhenti menangis. Savia malah makin menangis.

"Lah. Kok makin kuat? Tar gue di kira apa-apain lo lagi. Udah ah. Lo ga nangis aja jelek. Apalagi nangis?"

Savia malah makin menguatkan tangisnya. Ia sedikit merasa sakit hati karena ucapan orang itu barusan.

"Heh. Udah woy udah. Jangan nangis mulu. Ini coklat."

Savia mengambilnya. Ia menghapus air matanya dan ingusnya menggunakan tisu yang di berikan orang itu.

"Jason bego. Cara hibur cewek itu bukan kayak gitu. Di katain jelek. Di bilang bego. Jason jahat." Kata Savia setelah menyelesaikan acara nangisnya.

Jason terkekeh.

"Jahat? Gue ga jahat. Kalo gue jahat gue ga mau datang ke sini repot-repot bawain coklat, tau. Biar aja lo disini di curi genderuwo." Kata Jason cemberut lalu berjalan meninggalkan Savia.

Sebelum berjalan lebih jauh. Savia menarik tangannya lalu memeluknya. Erat. Jason yang di peluk seperti itu kaget. Sangat kaget.

"Makasih. Udah ngehibur gue."

Savia lalu melepaskannya. Jason hanya tersenyum lalu mengelus rambut Savia lembut.

Savia kembali duduk dan membuka coklat lalu memakannya.

"Kok lo bisa ke sini?"

"Zelvian nelepon gue."

Savia menghentikan acara memakan coklatnya. Perasaan bersalah kembali menghinggapinya. Rasanya ia ingin menangis lagi.

"Jangan nangis lagi. Zelvian ngerti kok. Dia tau. Jangan ngerasa bersalah gitu." Kata Jason duduk di samping Savia sambil merangkul bahunya lembut.

Awalnya, Jason juga terkejut. Ketika Zelvian tiba-tiba meneleponnya agar pergi ke tempat yang asing menurut Jason.

Ia kira Zelvian ingin berbicara kepadanya. Ia pun datang lalu ia melihat pemandangan yang membuat hatinya sedikit terenyuh.

Zelvian memeluk Savia. Ia kira Zelvian ingin menunjukkan bahwa Savia menerimanya. Tapi tidak ketika Jason melihat Savia yang menangis dan Zelvian yang berjalan pergi meninggalkannya.

Jason yang bingung pun menghampiri Zelvian yang terlihat matanya berkaca-kaca. Zelvian mengatakan bahwa ia di tolak Savia dan menyuruh Jason agar menghibur Savia yang sedang menangis karena merasa bersalah.

Awalnya, Jason tidak ingin. Ia ingin menghibur Zelvian bukan Savia. Walaupun ia menyukai Savia tapi ia juga sahabat Zelvian. Tapi Zelvian dengan keras menolak.

Sehingga disini lah sekarang Jason berada. Di samping Savia yang saat ini memakan coklatnya sambil menangis.

"Dia yang nyuruh lo ke sini? Dia baik banget. Gue ngerasa bersalah banget. Gue bego banget karena bilang kayak gitu. Seharusnya gue langsung nolak dia bukan pura-pura bahwa gue juga suka sama dia." Kata Savia sambil terisak.

Jason bingung. "Lo ga nolak dia langsung? Jadi?"

Savia menceritakan semuanya dan membuat Jason menghela nafasnya.

"Lain kali jangan gitu. Kalo ga suka bilang ga suka. Jangan bohong. Sakit tau di gituin." Kata Jason ketus.

Savia hanya mengangguk.

"Yaudah jangan nangis lagi. Yuk pulang. Udah mau sore nanti di cariin loh."

Savia lagi-lagi mengangguk dan berdiri. Begitu juga dengan Jason.

Jason menatap ke arah langit. Ia masih mengingat kata-kata Zelvian tadi.

"Gue percaya sama lo. Tolong jaga dia. Jangan buat dia kecewa. Satu air mata jatuh di pipinya. Habis lo sama gue."

Ia masih mengingatnya dengan jelas. Ekspresi yang di berikan Zelvian saat itu.

Ya. Gue bakal jagain dia. Liat aja. Gue bakal buat dia bahagia, Zel.

❤❤❤

Zelvian yg di tolak. Savia yg nngis. Gue yg nyesek;(.

Sumpah gue nulisnya kok nyesek bgt yah. Berasa pen mewek /alay.

Btw. Bsk yg mau un semangat yakk❤❤

Juga makasih yg selalu votments crita ini. Aku syg kalian❤❤

9 April 2017.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro