D u a p u l u h e n a m
"Bang. Kentang gorengnya satu ya. Di bungkus."
Jason memberikan sejumlah uang kepada penjual itu lalu duduk dan menunggu dengan senyum tipisnya.
Ia tidak bisa berhenti tersenyum memikirkan reaksi apa yang akan Savia berikan kepadanya karena membelikannya kentang goreng.
Ia sebenarnya emang tidak ingin membelikan Savia makanan itu. Tapi karena ia melihat penjual kentang goreng saat ia ingin balik ke tempat Savia, ia pun menghampiri kedai itu lalu membelinya untuk Savia.
Drt drt
Dian ganteng calling.
Jason memutarkan bola matanya malas. Seharusnya tadi ia langsung mengganti nama kontak Dian.
"Halo?" Jawab Jason.
"Ish. Lo dimana sih? Lo cowok apa bukan? Lo udah bawa kabur anak orang terus ninggalin dia sama cowok asing. Mau lo itu apa ha?"
Jason mengernyitkan alis matanya. Ia ingat sekali ia tidak pernah meninggalkan Savia bersama cowok asing yang dimaksud Dian. Ia meninggalkan Savia sendirian.
"Ha? Cowok? Siapa? Jadi ga kalian samperin?"
"Ye. Mana gue tau. Ada kita samperin sih. Tapi Savia malah ngajak cowok itu pergi entah kemana. Dan nyuruh kita tunggu disini."
"Terus kalian kasih pergi gitu aja?!" Tanya Jason yang tanpa ia sadari bahwa nada bicaranya naik.
"Yaiyalah. Orang Savia bilang dia kenal cowok itu. Dan jugan, anak cewek yang lain cuma diam pas Savia pergi. Ga panik. Berarti gapapa kan? Dia juga ada ngenalin diri."
"Siapa namanya?"
"Siapa yah tadi. Namanya kayak nama gue. Tapi ada tambahan satu huruf. Apaan sih. Yo, apa tadi namanya?"
Jason merasa resah ketika mendengar ucapan Dian barusan. Ia merasakan ada sesuatu yang menganjal hatinya.
"Oiya. Ferdinan namanya. Ferdinan Fangestu. Gue merasa ga asing sama namanya. Kayak pernah gue denger di--"
Suara Dian terhenti. Begitu pula Jason yang langsung terdiam mendengar nama yang di sebut.
"Jangan bilang....."
"Dia kembali."
"Berarti bener dugaan gue. Gue ga asing sama namanya. Ternyata lo pernah cerita tentang dia yang buat Savia ngejauhin lo ya."
Jason tidak menanggapi perkataan Dian. Ia menggertakan giginya keras. Ia takut kejadian dulu terulang lagi. Dan jika kejadian dulu terulang lagi ia tidak akan melakukan hal yang sama seperti dulu.
Ia akan merubahnya. Ia akan berjuang untuk mempertahankan Savia.
Savia-nya.
"Woi Jas. Apa yang bakal lo lakuin?"
"Mereka ada bilang mereka kemana?"
"Ga ada."
"Sial. Kalian masih di tempat tadi?"
"Iya."
"Oke tunggu gue."
Jason mematikan sambungan telefon dari Dian. Lalu pergi dengan sedikit berlari meninggalkan kentang goreng yang belum siap.
Ia tidak peduli lagi. Yang terpenting sekarang adalah Savia. Savia-nya bersama dengan Ferdinan. Ia tidak suka. Sangat tidak suka.
❤❤❤
"Ferdinan."
"Ya?"
"Gue masih ga nyangka lo ada disini." Kata Savia menatap cowok di depannya.
Ferdinan hanya tersenyum. Senyum manis yang selalu ia berikan kepada Savia, teman masa kecilnya yang berharga.
"Ga kangen gue?"
"Masih bisa bahasa Indonesia ya lo? Gue kira udah lupa karena kelamaan tinggal di Singapura." Sindir Savia yang membuat Ferdinan hanya bisa tertawa sumbang.
"Lo disini udah lama?"
"Di Indonesia atau di taman bermain?"
"Di Indonesia dong."
"Baru balik kesini seminggu yang lalu." Jawab Ferdinan.
"Jadi lo lagi liburan disini?"
"Ga. Gue pindah lagi kesini. Ortu dapet tugas lagi disini." Keluh Ferdinan.
"Lo pindah-pindah mulu ya."
Ferdinan hanya mengangguk sambil menghembuskan nafas beratnya.
"Oya. Tadi lo bilang mau ngomong sesuatu sama gue kan? Pasti mau ngomong yang penting kan? Sampai-sampai lo harus ninggalin temen-temen lo yang tadi." Tanya Ferdinan penasaran.
Savia teringat akan sesuatu. "Iya. Kita ngobrol sambil naik bianglala itu ya?"
Ferdinan hanya terkekeh lalu menyetujuinya. Mereka berdua pun menunggu antrian untuk naik ke wahana bianglala sambil bercanda gurau.
"Eh ya. Gue bingung. Lo kok bisa tau itu gue ya? Padahal gue tadi lagi nunduk dan terakhir kita ketemu itu juga pas kelulusan SD. Dan juga kita ga ada saling kontak. Kita lost kontak kan?" Tanya Savia heran.
Ia ingat sekali bahwa dulu ia sangat berbeda dengan sekarang. Ia merasa bahwa ia jadi lebih terlihat cantik daripada dulu yang mirip seperti cowok.
"Kontak batin kali. Lo juga tau pas baru liat gue kan?" Kata Ferdinan sambil tersenyum manis lagi.
Savia berjalan memasuki wahana bianglala lalu duduk. Ferdinan juga melakukan hal yang sama. Ia duduk berhadapan dengan Savia.
"Udalah lama banget ga naik ini." Kata Ferdinan sambil mengintip keluar jendela saat bianglala sudah mulai naik.
Savia hanya tersenyum. Bohong kalau ia tidak merindukan sahabatnya yang saty ini. Ia sangat merindukannya. Tanpa sadar Savia memegang rambut Ferdinan.
Ferdinan terlonjak kaget. Lalu hanya terkekeh. Ia mengerti maksud Savia. "Tetap keriting yah? Padahal udah gue botakin dulu. Tetap aja tumbuhnya keriting gini."
Rambut Ferdinan emang sedari dulu keriting. Lebih tepatnya ikal tapi rapi. Kebayang kan? Betapa manisnya Ferdinan dengan rambut seperti itu.
Savia tertawa. "Tapi tetap ganteng kok."
Ferdinan tertawa sambil menaikkan alisnya menggoda-goda Savia. "Gue emang ganteng."
"Yah deh. Yang katanya mirip Manu Rios."
"Gue mah panu rios. Bukan Manu." Kata Ferdinan sok merendah.
Savia hanya tertawa. Ia sangat rindu bercanda tawa dengan Ferdinan. Ia sangat nenyanyangi sahabatnya ini. Tapi ia hanya menyanyanginya hanya sebataas sahabat tidak seperti perasaannya ke Jason.
Dan ia yakin, Ferdinan juga merasakan hal yang sama dengannya. Jadi, pasti bukan Ferdinan yang membuangnya kan?
"Lo mau nanya apa?"
Savia hanya tersenyum lalu menggeleng.
"Ga jadi."
Ia yakin. Pasti bukan Ferdinan pelakunya. Karena untuk apa Ferdinan melakukan hal itu? Tidak ada gunanya untuk dia kan?
❤❤❤
"Woi. Sini." Panggil Dian ketika melihat sosok Jason yang terlihat panik.
Jason yang melihatnya langsung berlari kearah Dian dan teman-temannya.
"Nit. Lo kenal cowok tadi siapa?" Tanya Jason kepada Anita yang sedang duduk di tempat yang tadi Savia duduki.
Anita hanya mengangguk.
"Kenal dari mana?"
"Savia pernah cerita." Jawab Anita.
"Juga tentang ternyata dia penyebab lo sama Savia dulu musuhan." Sambung Tifanny bocor.
Jason hanya diam. Leo dan Zelvian yang tidak tahu menahu tentang Ferdinan pun hanya menatap mereka satu persatu bingung.
Jason emang tidak pernah menceritalan Leo dan Zelvian perihal Ferdinan. Yang mereka tau dulu bahwa Jason menjauh Savia karena Savia membuang kado pemberiannya.
Angeline yang melihat mereka berdua kebingungan pun meminta izin kepada Jason untuk menceritakannya dan dibalas anggukan oleh Jason.
"Oh. Jadi gitu? Dia yang buat Savia lupa kalo ada lo ya? Emang sih lo pantes di lupain." Kata Leo tanpa tahu menahu perasaan Jason sekarang.
Jason hanya menatap Leo garang. Yang langsung membuat Leo bersembunyi di belakang Zelvian.
"Jadi? Sekarang gimana? Lo ga telepon Savia?" Kata Zelvian angkat suara.
Ia emang menyukai Savia tapi ia lebih suka jika orang yang bersama Savia itu Jason bukan laki-laki tadi. Ia merasa ada sesuatu di laki-laki itu saat tersenyum. Dan itu yang membuat dirinya tidak tenang.
Padahal senyum laki-laki itu ia akui sangat manis dan juga terlihat tulus. Tapi justru itu menganggunya. Mungkin karena ia tidak kenal dekat dengan laki-laki itu? Entahlah.
"Ponselnya ga ada baterai." Jawab Jason sambil mondar mandir tidak jelas.
"Yaudah sih. Sabar aja. Aman kok itu. Ferdinan bisa di percaya kok." Hibur Tifanny. Ia percaya dengan Ferdinan. Sedikit. Walaupun ia tidak mengenalnya tapi setidaknya laki-laki itu bisa di percaya. Menurutnya.
Jason hanya berdecak dan melanjutkan acara mondar mandirnya sambil meracau tidak jelas.
"Lo kayak orang gila. Serius, Son. Ga bohong gue." Kata Leo sambil mencoba menghentikan Jason dengan memegang bahunya.
Jason lagi-lagi hanya diam.
"Itu Savia!" Pekik Angeline sambil menunjuk ke arah Savia dan Ferdinan yang sedang berjalan menuju kemari sambil bercanda tawa.
Jason yang melihatnya hanya diam. Ia menatap Ferdinan tidak suka.
"Makin ganteng dia." Dengus Jason yang terdengar oleh teman-temannya.
"Kenapa? Takut kalah saing?" Tanya Dian sambil menahan tawanya.
Jason lagi-lagi nendengus.
"Iyalah. Kalah saing mah sih Jason. Ferdinan mirip manu rios. Lo mah mirip gembel di simpang empat sana." Ejek Angeline sambil menatap Jason remeh.
Jason yang sebal langsung menjitak Angeline yang kesakitan.
"Woi. Apa-apaan." Kata Dian sambil mengelus kening Angeline yang dijitak oleh Jason tadi.
Jason dan yang lain hanya pura-pura tidak melihat kejadian barusan.
"Hai." Kata Savia yang tiba-tiba sudah di depan mereka.
"Abis dari mana aja lo?" Tanya Jason dingin.
"Jalan-jalan. Eh ya ini..."
"Long time no see, ya, Jas." Sapa Ferdinan sambil tersenyum manis. Sangat manis. Sampai Jason tau bahwa senyum itu adalah palsu.
"Masih inget kan?" Tanya Savia sambil menatap penuh arti ke Jason.
Jason hanya mengangguk sebagai jawaban.
Gimana ga inget. Kalo alasan gue ngejauhin lo dulu adalah dia.
"Yaudah. Ini udah sore. Kita udah mau balik duluan." Kata Zelvian dengan maksud sedikit mengusir Ferdinan.
Ferdinan tersenyum. "Oke. Gue balik duluan ya. Dadah, Savia."
Setelah Ferdinan pergi, Jason pun mengajak mereka semua agar pulang dan di setujuin yang lain.
Selama perjalanan pulang. Suasana menjadi sedikit canggung dan diam. Tidak ada yang berani mengeluarkan suara sedikitpun.
❤❤❤
Suasana kelas X-2 masih ricuh setelah beberapa menit bel berbunyi. Masih banyak anak-anak yang bermain, mengobrol dan lain-lain.
"Woi." Tiba-tiba Vincent sih ketua kelas datang sambil membawa setumpuk buku.
"Kenapa? Bu Lindah ga datang?" Tanya Savia sambil berharap-harap. Ia sangat senang jika guru yang satu itu tidak datang.
Bukan masalah apa. Tapi semenjak kejadian yang 'moveon' itu. Savia jadi agak canggung jika bertemu dengannya. Sebaliknya, Bu Lindah selalu sensitif jika melihat Savia.
"Bu--"
Pak Edu datang tiba-tiba memasukki kelas. Dan suasana makin ricuh. Vincent langsung duduk di tempatnya saat Pak Edu menyuruhnya duduk.
"Loh. Kok wali kelas yang masuk?" Tanya Zelvian bingung.
"Paling Bu Lindah ga datang jadi di gantiin Pak Edu." Kata Leo sambil memotong kuku jarinya.
"Selamat pagi." Sapa Pak Edu.
"Pagi, Pak."
"Hari ini kita kedatangan murid baru. Silahkan masuk. Perkenalkan dirimu."
Seorang laki-laki dengan perawakan tinggi memasukki kelas dengan pakaian yang terbilang rapi.
"Selamat pagi. Saya Ferdinan Fangestu. Pindahan dari Singapura. Senang bertemu kalian."
Kelas langsung menjadi ricuh. Sebagian siswi senang karena mereka kedatangan cogan. Sedangkan para siswa mengeluh karena kalah saing dengan murid baru.
Lain halnya dengan mereka berdelapan. Savia terkejut. Begitu pula dengan yang lain.
Tapi Jason merasa sesuatu.
Ia merasa deja vu.
❤❤❤
Heyoooooo. Still love this story?hehey.
Sorry for late apdetss yoww. Hope kalian enjoy cerita ini bhakakaka.
Votmentsnya? Thanksyouuu❤❤
15 Mei 2017
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro