29
Tolong... tolong banget bagi readers yang masih sepolos Pruistine dan sepolos diriku, jangan baca part ini yah, nanti kalian bisa tercemar kepolosannya oleh babang tanvan ^.^
18++ skip bagi yang di bawah umur T_T
__________________________________
"Edward, bangunlah..." bisik Pruistine lirih sambil mengguncang tubuh Edward. "Penguntit itu datang lagi..."
Sambil tetap berdiam diri dalam pelukan Edward Pruistine terus mencoba membangunkannya.
Ya, malam ini Edward kembali menemani Pruistine tidur di kamarnya. Saat Edward ingin mengecek kondisi Pruistine malam itu, dia terkejut mendapati Pruistine tengah berjalan terburu-buru di koridor menuju kamarnya, dan begitu melihat Edward, dia langsung memeluk Edward dengan erat. Ia berkata ketakutan bahwa ada seseorang yang megawasinya dikamarnya. Mendengar itu Edward mengutuk penguntit sialan yang datang sangat tepat waktu di saat kondisi mereka tengah banyak masalah.
Bergegas mereka berdua kembali ke kamar Pruistine dan Edward langsung memeriksa setiap sudut kamar Pruistine, tidak ada yang aneh, semua jendela tertutup rapat, melongok ke balkon di luar sunyi tidak ada siapapun. Setelah lelah memeriksa berulang kali, pencarian yang sia-sia itupun Edward hentikan, dan Ia meyakinkan Pruistine untuk pergi beristirahat, Ia akan menjaganya dan menemaninya. Malam berlanjut semakin larut dan baru saja mereka terlelap tidur tiba-tiba Pruistine merasakan lagi seseorang yang seakan sedang mengintainya di sudut kamar. Dengan gelisah Pruistine terus mencoba membangunkan Edward.
"Edward... Edward... bangun,"
"Ya my sweet heart... " jawab Edward dengan suara parau setelah Ia terbangun.
"Penguntit itu datang lagi, aku merasakannya," bisik Pruistine.
Seketika Edward terjaga mendengar apa yang di katakan Pruistine, Ia segera bangun dari tidurnya, "oke tenanglah, tetap berbaring dan biarkan aku yang memeriksa," ucapnya tegas.
Mengangguk, Pruistine menuruti perintah Edward, ia berbaring di ranjangnya sambil tetap terjaga. Dalam hati Ia marah kepada siapapun orang yang tengah menguntitnya, kenapa pada saat mereka mengejar penguntit itu dia sama sekali tidak menampakkan diri? Tetapi pada saat dirinya tengah sangat berduka, penguntit itu memutuskan untuk datang lagi? Ia merasa sungguh tidak berdaya menghadapi semua ini.
Dalam ketidakberdayaannya Pruistine bersyukur masih memiliki Edward dalam hidupnya sebagai pengganti kedua orang tua nya. Tidak, tidak hanya sebagai pengganti kedua orangtua nya, semenjak beberapa kali berbicara dengan David saat mereka tengah mencoba menjebak penguntit, David banyak memberitahunya tentang hubungan dan perasaan antara pria dan wanita, dimana dia berkata saat kau merasa nyaman, aman, dan bahagia bersama seseorang dan ada getaran-getaran yang aneh di hatimu, atau saat kau merasa tidak mampu hidup jauh darinya dan kau takut kehilangannya, itu berarti kau telah jatuh cinta dan siap memasuki kehidupan dewasa, dan jika kalian berdua memiliki perasaan yang sama kalian bisa memutuskan untuk menjadi pasangan, sehidup semati bersama,
sejak saat itu Pruistine merasa bahwa perasaannya kepada Edward sama persis seperti yang di ungkapkan David, perasaaannya kepada Edward lebih dari sekedar perasaan sayang kepada Edward yang berstatus pengganti kedua orang tua nya, Pruistine merasa lebih dari itu, Ia telah jatuh cinta kepada Edward.
"Masih seperti tadi, tidak ada siapapun sweet heart," bisik Edward sambil kembali merebahkan diri di sisi Pruistine setelah Ia lelah mencari, sejujurnya kini Ia mulai merasa seperti di permainkan oleh penguntit yang entah berada dimana, apakah ada ruang tersembunyi di kamar ini? tidak mungkin.
Merasakan Edward kembali disisinya, desiran hangat yang sudah akrab Pruistine rasakan kembali menerpanya setiap kali Ia menghabiskan malam bersama Edward. Hal itu di perparah sejak dia meyadari bahwa dia jatuh cinta kepada Edward, hanya saja sangat di sayangkan kejadian buruk dan teror yang dia alami membuatnya tidak mempunyai banyak waktu untuk memikirkan tentang perasaannya.
Mencari posisi paling nyaman yang di sukainya, Pruistine merebahkan kepalanya di dada bidang Edward dan masuk ke pelukannya. "Tidak apa-apa, sebaiknya kita abaikan saja penguntit itu," bisik Pruistine dengan suara serak, Ia meletakkan tangannya di dada Edward dan tanpa Ia sadari Ia berulangkali membelai dada Edward dengan lembut.
Pelukan hangat dan sentuhan lembut Pruistine perlahan membangkitkan hasrat Edward yang hanya dengan berada di dekat Pruistine saja bisa menyala, kini semakin berkobar.
"Selama ada dirimu, aku merasa nyaman Edward..." lanjut Pruistine sambil setengah bangkit Ia menumpukan kedua tangannya di dada Edward, yang tanpa Pruistine sadari posisi mereka begitu intim, membuat bagian lain dari tubuh Edward berdenyut nyeri menahan gairah. "Jika bisa, aku ingin sejenak saja melupakan semua masalah ini, mari kita membicarakan hal-hal yang menyenangkan," bisik Pruistine.
Edward menyukai bisikan lembut itu, baginya suara Pruistine terdengar begitu menggoda.
"Hal yang menyenangkan? tentang apa my dear? tanya Edward.
Tidak bisa menolak Pruistine yang berada di posisi sangat intim dengannya saat ini, membuat Edward sedikit kehilangan kontrol diri. Perlahan Ia tidak kuasa menahan tangannya untuk meraba bagian belakang tubuh gadis itu. Tangannya terus membelai tubuh indah Pruistine dari bahunya turun perlahan di sepanjang punggungnya dan berlama-lama di bulatan sempurna tubuh bawah gadis itu. Samar-samar Edward bisa merasakan getaran-getaran kecil dari tubuh gadis itu akan sentuhannya.
"Ceritakan tentang kehidupanmu di Londong, please... " pinta Pruistine sambil tersenyum manis. Edward tersenyum dan membelai rambut gadis itu, Ia mulai menceritakan tentang kehidupannya di London, tentang pesat-pesta, tentang dirinya yang selalu di kejar-kejar oleh para wanita, untuk bagian ini dia melebih-lebihkan ceritanya hingga terkesan lucu bagaimana para wanita berlomba-lomba mengejarnya. Walaupun terdengar lucu, entah mengapa Pruistine merasa kesal dengan cerita Edward, dia benar-benar membayangkan Edward bersama wanita lain dan Pruistine tidak menyukainya.
"Berapa wanita yang sudah pernah dekat denganmu?" cetus Pruistine saat Ia merasa sudah tidak bisa menahan rasa cemburu dan rasa penasarannya.
Mendengar pertanyaan Pruistine yang bernada cemburu, Edward merasa senang, "biar ku hitung, satu... dua... lima... hmm, ya kurasa lebih dari lima," seloroh Edward dengan bercanda menjawab pertanyaan Pruistine, Ia merasakan kesenangan tersendiri menggoda Pruistine. Setidaknya walau untuk sekejap mata, Ia bisa menikmati momen saat Pruistine cemburu kepadanya, tidak peduli itu benar atau hanya sekedar khayalannya saja.
Cubitan keras mendarat di pinggang Edward saat Ia menjawab pertanyaan Pruistine, lalu dengan dorongan lembut Pruistine melepaskan diri dari pelukan Edward dan berbalik memunggunginya. "Aku tidak ingin mendengar ceritamu lagi," ucap Pruistine datar sambil menarik selimut menutupi tubuhnya.
Tercenggang, satu kata yang bisa menggambarkan perasaan Edward melihat sikap Pruistine, apa yang terjadi? kenapa Pruistime tiba-tiba terlihat seperti sedang merajuk?
"Ada apa my dear? kau marah kepadaku?" tanya Edward sambil mendekap erat Pruistine dari belakang, "atau kau marah karna aku pernah dekat dengan wanita lain?" bisik Edward tepat di telinga Pruistine. Tidak bergeming, Pruistine tidak menjawab dan pura-pura tertidur. Edward tersenyum senang melihat tingkah Pruistine yang menurutnya terlihat lucu, seperti seorang istri yang tengah marah kepada suaminya.
Memandangi sisi wajah Pruistine yang terpahat sempurna, Edward benar-benar memanfaatkan setiap momen untuk bisa Ia kenang, terdorong oleh hasratnya kepada Pruistine, tanpa Edward sadari Ia mengecup sisi leher Pruistine, satu kecupan yang di ikuti oleh beberapa kecupan lainnya di sepanjang leher jenjang Pruistine.
"Stop Edward..." ucap Pruistine, Ia mendorong Edward dan beringsut bangun. "Kau tidak boleh melakukan itu kepadaku, aku bukan wanitamu," ucap Pruistine sambil duduk di ranjang menghadap Edward, "kau memanfaatkanku."
Edward hanya bisa melongo melihat sikap Pruistine dan tidak tau harus bersikap bagaimana, memanfaatkan Pruistine? Demi Tuhan, baginya Ia sama sekali tidak memanfaatkan Pruistine, dan juga Pruistine berkata ia bukan wanitanya? demi siapapun di dunia ini, dari mana gadis itu belajar kata-kata seperti itu?
Melihat Edward yang terlihat bingung, Pruistine merasa bersalah, tanpa berani menatap wajah Edward, dengan terbata-bata Pruistine menjelaskan bahwa saat dirinya bersama David, David memberitahunya bahwa tidak seharusnya seseorang yang bukan sepasang kekasih melakukan kegiatan berciuman, bagi wanita itu namanya dia telah di manfaatkan. David berkata dia harus tegas meyikapi pria yang bertindak seperti itu terhadap dirinya. Hanya orang yang saling mencintailah yang boleh berbagi ciuman bersama.
"Kau tidak mencintaiku, jadi tidak seharusnya kita melakukan itu," tutur Pruistine menutup penjelasannya.
Entah untuk keberapa kalinya otak Edward tidak bisa berpikir? David sialan, ternyata diam-diam dia sudah meracuni Pruistine dengan nasehat-nasehatnya yang sangat membantu.
"Kau tidak mencintaiku sebagai wanita bukan Edward? Kau tidak menginginkan ku?" tanya Pruistine dengan wajah yang memerah.
Pertahanan terakhir diri Edward runtuh melihat Pruistine yang tertunduk malu di hadapanya.
Melepaskan semua kendali dirinya Edward menarik Pruistine ke pelukanya dengan keras dan langsung mendaratkam ciuman ganas ke bibir gadis itu.
Tercenggang, Pruistine refleks mencoba untuk memberontak kepada Edward tetapi Ia tidak mampu melakukannya. Edward masih terus melumat bibirnya dengan ganas, tiba-tiba saja tubuh Pruistine berbaring kembali di atas ranjang dan Edward berada di atasnya, berat badan Edward menindih tubuh Pruistine. Panas, perlahan Pruistine merasa tubuhnya memanas, dan tangannya yang tadinya mendorong tubuh Edward kini justru menariknya mendekat. Merasakam ciuman ganas Edward di bibirnya, sentuhan tangan Edward yang membelai tubuhnya dan tekanan tubuh bawah Edward di tubuhnya membuat Pruistine mendesahkan nama Edward, Ia terbakar dan Ia merasa ingin lebih terbakar.
"Apakah ini terasa seperti aku tidak menginginkanmu my dear?" bisik Edward di sela-sela ciumannya.
Menghentikan ciumannya, Edward menatap Pruistine. Ia melihat gairah yang tengah berkobar di diri gadis itu karena dirinya, dan Edward merasa jauh lebih panas dari sebelumnya melihat itu. Dia merasa malam ini dia harus menyatakan semua perasaannya kepada Pruistine, dia butuh mengklaim gadis itu untuk dirinya sendiri. Setelah mengambil keputusan itu, Edward benar-benar mengerahkan semua kemampuannya mencumbu wanita, menghanyutkan Pruistine ke dalam kenikmatan surgawi yang belum pernah di rasakannya. Tidak ada sejengkalpun kulit Pruistine yang tidak tersentuh oleh tangan dan bibir Edward, setiap sentuhan, setiap ciuman menghasilkan rintihan-rintihan nikmat dari bibir Pruistine.
"Aku mencintaimu sayang, aku mencintaimu sejak pertama kali melihatmu, dan aku menggilaimu sejak pertama kali kita berbagi keintiman di padang rumput itu," bisik Edward di telinga Pruistine di sela-sela cumbuannya. "Tetapi aku tidak berani mengungkapkannya, dan terlalu banyak hal buruk yang menimpamu hingga membuatku tidak mempunyai kesempatan untuk menunjukkan perasaanku."
Dalam badai gairah, Pruistine mendengar dengan jelas pernyataan cinta Edward kepadanya, hatinya melambung tinggi mendengar hal itu. Pruistine menyentuh kepala Edward yang tengah berada di cekungan lehernya dengan kedua tangannya, "aku juga mencintaimu, Edward..." ucap Pruistine sambil menatap kedua mata Edward dengan penuh cinta. Keduanya tersenyum bahagia atas pernyataan cinta masing-masing, terhanyut dalam cinta dan cumbuan panas, mereka melupakan semua beban masalah yang ada, mereka melupakan masalah dengan penguntit sesaat lalu yang menghantui mereka, bahkan mereka melupakan dunia.
Yang ada hanya cinta dan gairah, menit berlalu cumbuan keduanya semakin menggelora, satu persatu pakaian yang melekat dalam tubuh masing-masing teronggok di lantai, hingga tidak ada lagi selembar benangpun yang menutupi tubuh keduanya di bawah selimut.
"Sayangku... kumohon izinkan aku..." pinta Edward memohon izin kepada Pruistine sambil mengarahkan dirinya ke pusat diri Pruistine. Pruistine sudah sangat basah untuknya, dan miliknya sudah menempel sempurna, berada di posisi yang seharusnya di pusat Pruistine. Hanya dengan sekali dorong, maka tubuh mereka untuk pertama kalinya akan benar-benar menyatu.
Pruistine tidak tau apa pastinya yang di minta Edward, yang Ia tahu dia tidak ingin berhenti, dia ingin menikmati kenikmatan ini selamanya. Tanpa berpikir panjang, sambil memejamkan mata Pruistine mengangguk mengiyakan apapun yang di minta Edward.
Mendesah lega atas persetujuan Pruistine, Edward menarik nafas panjang terakhir kalinya sebelum mendorong miliknya kekelembutan Pruistine.
Prang...
Tiba-tiba terdengar bunyi botol pecah yang menghantam sesuatu dengan keras, merusak momen penyatuan mereka.
Jika ada yang bisa memilikimu, maka hanya akulah orangnya
Tbc
_________________________________
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro