Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

22

Berdiri di depan pintu kamar tidur Pruistine, Edward ragu-ragu mengetuk beberapa kali pintu kamar itu. Setelah beberapa saat menunggu dan tidak ada jawaban apapun dari dalam kamar, Edward menghela nafas berat dan menyandarkan keningnya ke pintu. Dia begitu khawatir akan diri Pruistine dan ingin memastikan kondisi gadis itu. Tetapi entah karna apa, saat ini seperti ada hal tidak kasat mata yang menghalangi nya untuk masuk ke dalam kamar gadis itu. Setelah cukup lama merenung di depan pintu kamar Pruistine, Edward akhirnya melangkah dengan gontai menuju kamarnya sendiri.

Besok ...

Dia akan membicarakan semuanya dengan Pruistine, putus Edward di dalam hati.

----------------------------------------------------

Beberapa ketukan terdengar dari pintu kamarnya, Pruistine terlonjak kaget dalam lamunannya karna itu. Selintas, sedikit perasaan senang datang menghampirinya saat ia merasa orang yg mengetuk pintu kamarnya itu pasti adalah Edward.

Sebelumnya Ia merasa menyesal karna mengambil keputusan untuk berdiam diri sendirian di kamar dan tidak mengikuti acara makan malam bersama Edward dan kedua temannya. Ia merasa bersalah karna terlihat tidak sopan dengan tidak menyambut tamu mereka dengan baik dan malah menghindari nya. Dia hanya ingin mencari sedikit ketenangan setelah mengalami kejadian paling mengguncang jiwanya hari ini. Tetapi apa yang dia dapat? bukan ketenangan yang Ia dapat, justru kegelisahan yang setiap menit semakin terasa menyiksanya. Pruisine ingin turun ke bawah dan bergabung bersama Edward dan teman-temannya, hanya saja rasa malu di hatinya cukup besar untuk menghentikan keinginannya tersebut dan membuat nya terjebak dalam kegelisahan sendiri di dalam kamar.

Beberapa ketukan lagi terdengar dari arah pintu, dengan senyum penuh syukur Pruistine menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan turun dari tempat tidur untuk membuka pintu. Pruistine bergegas melangkah ke arah pintu dengan perasaan sangat bahagia, pandangan Pruistine hanya terfokus ke arah pintu. Tepat tiga langkah sebelum mencapai pintu, langkahnya terhenti seketika. Sebuah penglihatan baru yang mencenggangkan terjadi lagi.

Kali ini Ia benar-benar melihat seorang gadis kecil berambut platinum yang sedang berdiri tepat satu langkah di depannya, gadis kecil itu berlari arah pintu dan membuka pintu lebar-lebar. Tampak orang di depan pintu adalah seorang remaja pria tampan yang tersenyum cerah kepada gadis kecil itu.

"Paman ... "

Teriakan gadis kecil itu bergema dalam kepala Pruistine. Bersamaan dengan teriakan gadis kecil itu, tampak gadis kecil itu memeluk sosok remaja pria di depan pintu.

"Terimakasih sudah kembali paman, aku merindukanmu, kau berjanji akan selalu menemaniku bukan ... ? "

"Tentu saja Pru, paman tidak akan pernah pergi lagi meninggalkanmu sendiri. Mulai sekarang kita akan terus bersama dan paman akan menjadi satu-satunya orang yang menjadi temanmu."

Kilat mata posesif terlintas sejenak dalam mata remaja pria itu saat mengucapkan kalimat terakhir yang di dengar Pruistine. Saat itu kedua sosok misterius itu terus mengobrol di depan pintu. Percakapan mereka terus menerus bergema dalam kepala Pruistine. Celotehan riang dari gadis kecil berusia enam tahun, dan jawaban-jawaban lembut remaja pria itu membuat Pruistine merasakan kedekatan keduanya. Beberapa kali ucapan keduanya semakin membuatnya yakin gadis kecil itu adalah sosok kenangan masa lalunya, saat Ia berusia enam tahun. Sosok itu hadir dari suatu masa dalam kenangannya yang hilang saat ia berusia enam tahun. Lalu siapa remaja pria itu? Paman? Sosok dirinya yang berusia enam tahun itu memanggil remaja pria itu paman? apakah remaja pria itu adalah pamannya?
Lalu kemana pamannya sekarang? Ia tidak pernah bertemu dengan pamannya selama ini, bahkan selama ini Pruistine tidak pernah tau jika dirinya memiliki seorang paman.

Tiba-tiba terdengan beberapa ketukan lagi dari pintu. Ketukan itu seketika membuyarkan penglihatan Pruistine. Kini kedua sosok dari penglihatan masa lalunya mengilang dari depan matanya dan hanya tampak pintu tertutup rapat di depannya. Pruistine merasa kehilangan, Ia masih ingin melihat kenangan masa lalunya itu, Ia hanya bisa diam tertegun dan mencerna apa yang di lihatnya tadi. Ia sekarang seperti bisa merasakan perasaan dirinya saat berusia enam tahun, perasaan bahagia akan kedatangan orang yang di tunggu-tunggu. Sama seperti perasaannya saat ini. Perasaan bahagia akan kedatangan Edward yang memang di tunggu-tunggu olehnya.

Edward? Oh, tuhan ...

Pruistine teringat akan tujuannya semula yang ingin membuka pintu. Ia menggelengkan kepalanya untuk mengusir kebingungannya. Lalu Pruistine bergegas melangkah lagi ke arah pintu dan membukanya. Pruistine tersenyum lebar bersamaam saat Ia membuka pintu, akan tetapi senyum itu segera lenyap saat Ia tidak melihat seorang pun di depan pintu. Pruistine menengok ke lorong dan melihat ke arah kamar Edward. Sekilas Ia melihat pintu kamar Edward tertutup pelan, yang membuktikan kalau beberapa saat yang lalu Edward menunggu di depan  pintu kamarnya, menunggu nya membuka pintu. Tetapi sayangnya Ia terlambat membukakan pintu untuk Edward karna penglihatan akan kenangan masa lalunya yang tiba-tiba terjadi.

Dengan perasaan tidak menentu Pruistine kembali masuk ke dalam kamar dan berjalan dengan linglung ke arah tempat tidur. Ia merasa kecewa karna terlambat membukakan pintu untuk Edward, yang tadinya ia sangat berharap Edward bisa menemaninya untuk mengusir rasa gelisah di hatinya malam ini. Saat Pruistine berfikir ulang, kegelisahannya saat ini sedikit berkurang di bandingan sesaat yang lalu. Walau Ia tengah diliputi sedikit rasa kecewa karna kehilangan kesempatan kunjungan Edward ke kamarnya, Pruistine merasa perasaan lain jauh di dalam hatinya, sedikit perasaan bahagia akan munculnya lagi kilasan kenangan dari masa lalunya yang hilang. Kali kedua kemunculan ingatan itu di hari ini, tidak lagi membuat Pruistine panik, walau Ia tidak tahu apakah harus bersyukur atau tidak, Pruistine begitu bersemangat dan bahkam berharap dirinya akan sering mendapatkan penglihatan akan kenangan dirinya saat berusia enam tahun. Kenangan yang entah bagaimana bisa terhapus dari ingatannya, kenangan yang bisa jadi membuatnya akhirnya bisa mengetahui alasan apa sebenarnya yang membuat kedua orang tua nya menyembunyikan dirinya di kastil dan menyuruhnya untuk selalu bersembunyi dan tidak menampakkan diri.

"Jangan pernah menampakkan diri, atau hal buruk akan terjadi padamu, sweet heart ... "

Terngiang kembali bisikan lama mendiang ayahnya setiap kali mengingatkan Pruistine akan hal itu. Hatinya merasa sedikit tercengkeram ...

"Ayah ... sebenarnya apa yang terjadi pada diriku saat itu? Kenapa aku melupakannya?" bisik Pruistine dalam hati.

"Hari ini aku mengingat sedikit kenangan masa kecilku Ayah ... apakah kau yang mengembalikan kenangan itu kepadaku dari surga? Sepertinya kenangan masa kecilku bukan kenangan buruk,  dan tau kah kau Ayah ... hari ini aku baru tahu bahwa aku memiliki paman yang tampaknya berusia tidak jauh berbeda dariku, dimana keberadaan paman sekarang ayah? Apakah Ia bersama -sama denganmu dan ibu di surga sana? Atau Ia masih hidup di dunia ini, entah dimanapun Ia berada?"

Menghela nafas panjang Pruistine akhirnya merebahkan diri kembali ke tempat tidur, dan memaksakan diri untuk memejamkan mata dan mencoba untuk perlahan mengingat kembali ingatan masa kecilnya, dan perlahan tapi pasti karna kelelahan, akhirnya Pruistine larut ke dalam tidur yang nyenyak.

Jauh di sebuah rumah mewah di luar Stannage Park, seorang pria muda yang tampan tengah menyesap anggur merah di balkon ruang kerjanya. Pandangan matanya seakan tertuju pada satu titik di kejauhan ...

"Ma chéri ... , hanya aku yang berhak menjadi satu-satunya temanmu dalam hidup ini, aku pasti akan menjemputmu dan mewujudkan janji masa kecil kita. "

Krack...

Gelas anggur dalam genggaman pria itu pecah berkeping-keping dan membuat cairan darah yang bercampur dengan sisa anggur di dalam gelas perlahan mengalir di tangan pria itu.

Senyum gila tersungging dalam bibir pria itu, lalu pria itu tertawa terbahak-bahak. "Tunggu aku ... " teriak pria itu di sela-sela tawanya. Seketika tawa terbahak-bahak pria itu berubah menjadi isakan sedih penuh kerinduan ...

"Pru ... " bisiknya...

TBC

-----------------------------------------------------

Cusss... happy reading yahhh sayyyy   <3 <3 <3

Mumpung lg melanggar, sekaliang banyakin melanggar peraturannya.. wkwkk (parah yak.. #plak )

Salam sayang darikuhh
SOETBA

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro