Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2


Lady Pruistine Astley berdiri melamun di depan jendela kamarnya yang berada di sebuah menara, seperti yang biasa Ia lakukan setiap hari, hampir sepanjang hidupnya.

Kamar dalam menara nya sengaja di bangun dengan banyak jendela, dengan ruangan yang berbentuk satu lingkaran penuh, memungkin kan nya untuk melihat daerah di sekitar nya dari arah mana saja, tanpa harus keluar dari menara.

Sejak Ia berusia enam tahun, ayah nya selalu berpesan, jangan pernah sekalipun menampak kan diri di luar rumah, pesan yang selalu Pruistine ingat dan patuhi seumur hidup nya.

Sebenarnya ingatan akan kejadian yang terjadi saat Ia berusia enam tahun, sudah sangat samar, akan tetapi sang ayah terus menerus mengatakan padanya supaya tidak menampak kan diri di depan umum. "Jangan pernah terlihat oleh orang asing, atau hal-hal buruk akan terjadi lagi." Itulah pesan yang selalu ayah nya katakan.

Jika Pruistine menanyakan kepada ayah nya kenapa dia harus menyembunyikan diri, ayahnya selalu berkata dengan sangat lembut."Ayah hanya ingin menjaga dan melindungimu, sweet heart."

Ya..Ayah dan ibu nya selalu berjanji akan menjaga dan melindungi nya sampai kapan pun.

Tapi takdir berkata lain.

Sudah sebulan lebih sang ayah dan ibu meninggalkan Ia seorang diri secara tiba-tiba.

Sebelum nya mereka berencana berlibur untuk merayakan hari jadi pernikahan, hal yang biasa mereka lalukan setiap tahun.

Tapi tidak kurang dari dua puluh empat jam sejak kedua orang tua nya berpamitan, kecelakaan itu terjadi.

Kecelakaan yang telah merenggut nyawa kedua orang tua nya dan menjadikan Pruistine sebatang kara, tanpa perlindungan, dan tanpa tahu dunia luar.

Membuat nasib nya kedepan sungguh tidak jelas.

Ia merasa bagaikan sehelai daun yang gugur dari ranting nya dan tertiup angin.

Tapi seminggu yang lalu, seorang pengacara datang dan bersikeras ingin bertemu dengan nya.

Pengacara itu mengatakan membawa wasiat dari kedua orang tua nya, Ia mengabarkan bahwa gelar yang di sandang ayahnya  jatuh ke tangan sepupu jauh sang ayah, Earl of Blackwater.

Mengingat Ia hanyalah seorang wanita, maka Ia tidak bisa mewarisi gelar ayah nya, Pruistine sangat paham akan hal itu.

Dan di wasiat akhir, sang Lord pengganti akan menjadi wali bagi nya sampai Ia berhasil mendapatkan suami.

Pruistine sangat gelisah akan hal itu sekarang, bagaimana Ia bisa menghadapi Lord baru pengganti ayah nya?

Bagaimana Ia bisa keluar rumah dan berbaur di pergaulan sosial untuk mencari suami?

Akankah hal buruk terjadi jika ia menapak kan diri keluar? Itulah pertanyaan yang berkecamuk di benak nya.
Sungguh, Ia belum siap menghadapi semua ini, setelah 19 tahun hidup dalam lindungan orang tua nya, kini Ia seorang diri harus menghadapi dunia luar tanpa perlindungan, hal yang sangat menakutkan.

Sebuah ketukan di pintu membuyarkan lamunan nya, Ia mendengar suara pintu di buka dan terdengar langkah kaki seseorang menuju ke arah nya, itu pasti Mary, pelayan pribadi nya.

"Seperti biasa, anda sudah bangun, My Lady," sapa Mary kepada Lady nya.

"Ya Mary, aku tidak bisa tidur dengan nyenyak semalam."

"Bukan hanya semalam, My Lady, anda selalu tidak bisa tidur nyenyak sejak sebulan belakangan ini," sahut Mary. Ia sungguh merasa prihatin dengan kondisi sang Lady.
"Anda tidak perlu mencemaskan banyak hal, Oh iya, apakah anda tahu My Lady? ada kabar bahwa Earl of Blackwater pengganti ayah anda akan segera tiba di Cornwall." tutur Mary dengan lembut nya.

"Benarkah?" sahut Pruistine dengan terkejut. "Kapan tepatnya dia akan sampai Mary?"

"Menurut kabar malam ini, My Lady."

"Aku takut Mary,"  ucap Pruistine sambil membalikan badan menghadap pelayan pribadi nya. "Apakah pria ini bisa melindungiku seperti ayah?" bisik Pruistine, "apakah dia akan takut jika melihatku?" Pruistine merasakan getaran dalam suaranya.

"Jangan cemas, My Lady, sudah saat nya anda menghadapi segala kekhawatiran yang tidak di perlukan." Mary melangkah ke arah sang Lady dan merangkul pundak nya. "Ayah dan ibu anda terlalu mengkhawatirkan anda, itu yang membuat anda berakhir terkurung di kastil ini My Lady"

Tubuh sang Lady menegang mendengar ucapan Mary, tapi Pruistine tidak merespon apapun, dalam fikiran nya Ia berharap ucapan Mary benar adanya.

"Kumohon jangan marah, My Lady, percayalah kepadaku, semua akan baik-baik saja" ucap Mary saat ia menyadari postur tubuh Lady nya yang kaku di dalam dekapan  nya. "Mr, Peregrine mempunyai keyakinan, siapapun yang masih mempunyai hubungan darah dengan mendiang Lord Stannage, beliau pasti orang yang baik." Ujar Mary menenangkan Pruistine.

Kalau benar apa yang di yakini oleh Peregrin, kepala pelayan yang merupakan salah satu orang kepercayaan ayah, maka aku harus berusaha untuk mempercayai sang Earl, batin Pruistine dalam hati.

"Kumohon, percayalah kepada diri anda sendiri, My Lady, " ucap Mary sambil menggenggam kedua tangan Pruistine.

"Iya Mary, kau benar, aku harus siap" Pruistine memeluknya sekilas dan langsung melepaskan diri. "Aku ingin mandi Mary, bisa tolong kau siapkan air kesini untuk ku?"

"Baik My Lady," Mary segera menyiapkan air dan segala peralatan mandi. Dia juga mengeluarkan gaun, jubah, dan tudung rambut yang bersih dari ruang gaun sang Lady dan di taruh nya di ranjang.

"Sudah siap My Lady".

Mary begitu cekatan melaksanakan segala tugas nya hingga tidak memerlukan waktu lama untuk menyelesaikan nya.

"Terimakasih sudah menyiapkan segalanya untuk ku Mary, aku akan bersiap sendiri".

Mary mengangguk kan kepala. Saat perlahan Pruistine melepaskan tudung rambut dan jubah nya sambil membelakangi Mary, dalam hati Mary merasa iba terhadap Lady nya.

Bagaimana mungkin sosok seperti Lady nya, di asingkan oleh ayah nya sendiri hanya karna takut akan hal yang belum tentu benar ada nya, batin Mary.

Posisi Mary sebagai pelayan pribadi Pruistine, memungkinkan dia dan juga Mr Peregrin, kepala pelayan, mempunyai beberapa kali kesempatan melihat sosok sang Lady, tanpa tudung dan jubah nya.

Sosok sang Lady yang membuat ayah nya selalu melindungi nya dari pandangan orang luar, yang membuat ayah nya takut akan terjadi hal buruk jika putri nya menampak kan diri pada dunia luar.
Takut akan terulang nya kembali kejadian saat pruistine berusia 6 tahun.

Kejadian yang menjadikan sumber mimpi buruk mendiang Lord Stannage dan menjadikan Pruistine terkurung di kamar nya, dan terasing dari dunia luar selama 13 tahun ini.

"Mary, karna Earl of Blackwater belum tiba dan belum ada siapapun di rumah ini, aku ingin sarapan di ruang makan," ucap sang Lady sambil melanjutkan kegiatan nya melepas gaun."Jadi selama aku mandi, kau bisa menyiapkan sarapan ku di meja makan" seru sang Lady sambil menanggalkan gaun hitam nya, gaun tanda berkabung yang biasa di kenakan masyarakat saat anggota keluarga nya meninggal.

"Baik my lady". Segera Mary meninggalkan kamar Pruistine dan bergegas turun ke bawah, untuk melintasi halaman dan menuju ke ruang makan.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Pruistine menyelesaikan ritual mandi nya, setelah selesai, ia segera mengenakan gaun, tentu nya tanpa korset, yang pastinya tidak mungkin bisa dia pakai sendiri.

Pruistine terbiasa tidak mengenakan korset dan dia tidak memperdulikan nya, toh dia selalu menutupi tubuh nya dengan jubah yang akan menutupi seluruh tubuh nya, melindungi lekukan tubuh nya dari pandangan orang-orang.

Selesai berpakaian, Ia membiarkan rambut panjang nya tergerai begitu saja, hanya di sisir nya dengan rapi, untuk kemudian dia memakai jubah dan tudung rambut, sampai benar-benar tidak terlihat lagi sosok diri nya, yang terlihat hanyalah seorang wanita berjubah dan bertudung hitam, tanpa terlihat satu pun bagian dari tubuh nya.

Setelah penampilan nya sempurna, sempurna sesuai versi mendiang ayah nya, Pruistine bergegas keluar dari kamar dan menuruni tangga kastil pribadi nya.

Begitu sampai di luar, Pruistin berlari kecil melintasi halaman belakang dan menuju pintu rumah utama, yang langsung menghubungkan nya dengan ruang makan.

Terlihat di meja makan yang sangat besar, sudah di sediakan sarapan sederhana kesukaan Pruistine, sekeranjang roti tawar, buah-buahan, selai strobery dan juga susu segar.

Hidangan tersebut terletak di ujung meja, yang berhadapan dengan ujung meja lain nya, posisi yang biasa digunakan untuk tuan rumah.

Ya, posisi duduk Pruistine selalu berhadapan dengan sang ayah, tempat istimewa yang hanya di berikan untuk putri kesayangan mendiang Lord Stannage.

Mary sudah menunggu nya di dekat tempat duduk, saat Pruistine sudah mencapai tempat nya, Mary segera menarik kan kursi untuk Lady nya, dan mempersilahkan sang Lady duduk.

Saat Mary sedang mengambilkan piring untuk sang Lady, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu utama rumah.

Pruistine dan Mary sejenak menghentikan kegiatan mereka, mereka heran."Siapa pagi-pagi begini yang datang berkunjung??"
Mereka mendengarkan dengan seksama saat langkah kaki seseorang, yang bisa di pastikan adalah Mr. Peregrin, menuju ruang depan.

Dan bunyi pintu depan terbuka, sayup-sayup terdengar percakapan yang tidak begitu jelas, dan tidak bisa di tangkap oleh pendengaran mereka.

Saat bunyi pintu tertutup kembali, Pruistine memutuskan melanjutkan kegiatan nya dan meminta Mary segera melanjutkan menyiapkan piring untuk nya.

Keanehan terjadi yang di tangkap oleh Pruistine adalah, terdengar kembali bunyi langkah kaki, kali ini langkah dari dua orang.

Mereka sepertinya menuju ke arah ruang makan? ya..mereka menuju ke arah nya,fikir Pruistine.

Mendadak serangan panik menerpa diri nya...

Siapakah mereka? Apakah mereka mencariku? batin Pruistine.

Saat pintu perlahan terbuka, pandangan nanar dari sepasang mata hijau paling indah, terlihat sekilas dari balik tudung yang menutupi wajah sang Lady.....

------------------------------------------------------

updte revisi...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro