Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19

"Kalian ... " ujar Edward heran. Ia begitu terkejut melihat kedua sahabatnya, Thomas William-Duke of Westmoreland dan David Sullivan-Viscount of Bradley, berada di Cornwall. Turun dari kudanya, Edward berjalan ke arah kedua sahabatnya yang kini tengah bersama Pruistine.

"Sedang apa kalian disini?" tanya Edward kepada sahabatnya dengan nada tidak suka, ketidaksukaannya akan kehadiran sahabat-sahabatnya itu di karnakan beberapa alasan yang memang Ia risaukan sedari tadi, sejak Ia berada di ruang kerjanya. Hal itu di perparah dengan situasi pertemuan mereka yang tidak baik, mengingat saat ini kedua temannya tengah 'menyerang' Pruistine nya.

Setibanya Edward di hadapan sahabatnya yang kini tengah mencengkeram lengan Pruistine, dengan kasar Edward menepis tangan sahabatnya itu, "Lepaskan cengkraman tanganmu dari lengan gadis ini, Thomas, dia berada di bawah perlindunganku," ujar Edward dengan kasar. Tidak ada perlawanan berarti dari Thomas. Pria itu hanya mengendikkan bahu dan mengangkat alisnya. Wajah angkuh masih bertahan di raut wajahnya.

"Gadis ini di bawah perlindunganmu, Ed? kalau begitu, aku rasa kau telah gagal berperan sebagai seorang pelindung," Thomas berkata dengan nada datar.

"Kau ... " geram Edward, lalu Ia menyentakkan lengan Pruistine dan menariknya supaya berdiri di belakangnya. Saat Edward merasa posisi Pruistine sudah aman, tanpa pikir panjang Edward menarik kerah leher Thomas, "berani sekali kau berkata kurang ajar seperti itu kepadaku! tidak peduli kau seorang Duke atau pun seorang pria biasa tanpa gelar, tidak ada seorang pun yang akan kubiarkan merendahkanku."

Pruistine terpekik ngeri saat melihat Edward menerkam Pria asing yang ternyata adalah sahabatnya, saat ini Pruistine yakin Edward tengah diliputi kemarahan dan seperti tidak bisa mengendalikan dirinya, "Edward, jangan ... " bisik Pruistine. Entah apa sebabnya, Pruistine tidak ingin Edward berkelahi dengan sahabatnya sendiri hanya karna dirinya. Berniat ingin meredakan amarah Edward, Pruistine mencoba mendekat ke arah Edward dengan kaki gemetaran.

"Tetap di sana, Pruistine, dan jangan mendekat!" Bentak Edward kepada Pruistine saat Ia tahu apa yang ingin di lakukan oleh Pruistine, "dan kau, Thomas, ada masalah apa dengan kewarasanmu itu, hingga tega sekali kau menyerang gadis muda sepertinya," Edward berkata sambil melepaskan satu cengkraman tangannya di leher Thomas, lalu Ia menunjuk ke arah Pruistine.

"Tanyakan kepada gadis itu, siapa tadi namanya? oh ya, Pruistine." Thomas berhenti sejenak dengan di sengaja, "Tanyakan kepada Pruistine mu itu, apa yang sudah di lakukannya sehingga membuatku merasa tersinggung, semua di awali karna kesalahannya," lanjut Thomas dengan entengnya. Tak lama Ia menepiskan tangan Edward dari kerahnya, "Walau pun kita bersahabat, aku juga tidak akan memperhitungkan siapa pun orangnya, sahabat atau hanya sekedar kenalan, yang berani-berani merendahkanku, dengan atau pun tanpa gelar," tegas Thomas. Ia merapihkan kerah lehernya dengan gerakan anggun, yang sekilas seperti gerakan mengejek perbuatan Edward sesaat lalu, saat Edward mencengkeram kerah lehernya.

Tidak tahan melihat kesalahpahaman di depan matanya, dan di tambah dengan tempramen kedua sahabatnya itu yang sama-sama sekeras batu. Membuat satu-satunya pria yang sedari tadi hanya diam saja mengamati, dengan terpaksa mencoba melerai pertengkaran yang tidak perlu itu, "Hentikan kalian berdua," teriak pria itu tepat bersamaan dengan  Edward yang mencoba menyerang Thomas. Kini pria itu berdiri di antara keduanya. Kedua tangannya terentang lebar membuat jarak bagi kedua pria yang tengah kehilangan akal sehat mereka karna amarah yang tidak perlu. "Kalian, berhentilah bersikap bodoh! ini hanya kesalahpahaman saja," teriaknya kepada kedua sahabatnya, "kita bisa bicarakan baik-baik, dan coba lihatlah kedua gadis itu, mereka semakin ketakutan melihat tingkah kalian!"

Mendengar ucapan sahabatnya yang menyangkut tentang diri Pruistine membuat Edward sedikit lebih tenang. Memejamkan matanya erat-erat, Edward menghembuskan nafasnya dengan perlahan. "Setidaknya ada di antara kita yang masih bersikap waras, terimakasih, David," ujar Edward setelah Ia berhasil menenangkan diri.

Mengalihkan tatapan matanya ke arah Pruistine, kini Ia melihat dengan jelas kondisi gadis itu, dan juga Mary, pelayannya, yang tampak jelas tengah diliputi ketakutan, tepat seperti apa yang di katakan David.

Tepat seperti perkataan David? itu berarti sejak tadi perhatian David hanya terarah kepada Pruistine ku? pikir Edward, rasa kesal kepada temannya itu seketika menghampirinya. Edward melirik David sekilas, dan seperti dugaannya, pria casanova itu tampak tengah mencuri-curi pandang ke arah Pruistine, walau pun kini dia tengah mencoba menenangkan Thomas.

Cihh, dasar buaya! rutuk Edward dalam hati.

"Kurasa kau perlu menjaga matamu untuk tidak terus menerus menatap anak perwalianku, David," sengaja Edward menekankan intonasi suaranya pada saat mengucapkan 'anak perwalianku' kepada David, agar pria itu bisa mengerti batasannya, dan tahu bahwa Pruistine adalah miliknya. Edward berjalan ke arah Pruistine dan menutupi gadis itu dengan tubuhnya dari pandangan David yang membuatnya jengkel.

Mendengar teguran dari Edward, dan melihat Edward yang kini menempatkan Pruistine di belakang punggungnya membuat David, dan juga Thomas, yang sesaat lalu masih di liputi kemarahan, menyeringai lebar. Mereka bisa mencium aroma 'pria yang ingin menunjukkan kekuasaan atas kepemilikannya' memancar kuat dari diri Edward tanpa pria itu sadari.

"Wah ... wah ... sabar Edward, kau seperti induk ayam saat sedang mengerami telurnya," ujar David dengan jailnya yang hanya di balas sebuah dengusan oleh Edward. "Kita perlu meluruskan permasalahan antara dirimu, Edward, dan juga kau, Thomas, yang baru saja terlibat kesalahpahaman yang tidak penting" secara tiba-tiba David berkata dengan serius kepada Edward.

"Ya, tanyakan kepada anak perwalianmu itu, apa alasannya menuduh kami penguntit!" dengan semena-menanya Thomas menyela ucapan David yang tertata manis dan rapi agar tidak ada pihak yang tersinggung. Hal itu membuat David dengan refleks menyikut rusuk Thomas dengan kencang, "auw," erang Thomas kesakitan.

"Brengsek kau!" hardik David, "tidak bisakah kau menutup saja mulut pedasmu itu! biar aku yang menjelaskan permasalahan ini."

Thomas hanya memelototkan matanya kepada David dan Ia memutuskan untuk diam saja sesuai dengan perkataan David. Sejujurnya Thomas merasa sedikit menyesal dan sadar tindakannya kali ini sedikit keterlaluan. Itu semua pasti karna banyaknya fikiran yang membebaninya saat ini.

"Penguntit? apa yang kalian bicarakan ini, David?" tanya Edward heran.

Karna ulah dari mulut pedas Thomas, yang merusak rencananya menjelaskan permasalahan secara baik-baik, David hanya bisa menjawab dengan mengendikkan bahunya dan memberi isyarat agar Edward menanyakannya saja langsung kepada gadis di belakangnya, Pruistine.

Di selimuti kebingungan Edward menatap ke arah Pruistine. Gadis itu kini hanya terdiam dan menundukkan kepalanya begitu dalam, ketakutan dari diri gadis itu masih tampak begitu jelas.

"Ada apa, Sweet Heart?" tanya Edward dengan lembutnya, Ia menangkup kedua pipi Pruistine lalu mendongakkan wajah gadis itu, mencoba membuat Pruistine memandangnya tepat di matanya. "Apa ada hal yang kau sembunyikan dariku, Sweet Heart?"

Pruistine menganggukkan kepalanya, "Ya Edward, maafkan aku," ucap Pruistine dengan suara tercekat, "selama ini, sejak beberapa minggu yang lalu aku merasa ada seseorang yang terus menerus mengikutiku dari belakang, tetapi pada saat aku mencoba mencarinya, aku tidak pernah menemukan siapa pun. Hari ini pun sama, Edward, sejak pagi aku merasa ada seseorang yang mengikutiku, dan saat di pantai ini, aku melihat kedua sahabatmu itu yang tengah menatap ke arahku dan Mary dari atas tebing, dan aku mengira merekalah penguntitku selama ini" jelas Pruistine dengan begitu cepatnya, tanpa jeda sedikit pun. "Tapi kurasa tebakanku salah, sahabat-sahabatmu tidak mungkin berniat jahat kepadaku dengan menjadi penguntitku bukan, Edward?" tanya Pruistine dengan ragu.

Mendengar pengakuan Pruistine membuat ketiga Pria itu terperangah. Masing-masing dari ketiganya di hinggapi dengan perasaan yang berbeda-beda akan diri Pruistine. Thomas dengan rasa penyesalan yang semakin menguat di hatinya karna sudah mengasari Pruistine, David dengan dorongan perasaan ingin melindungi Pruistine dan juga naluri liarnya yang ingin segera mencari tahu siapa penguntit gadis pujaan hati 'terbarunya' itu. Lalu Edward, entah perasaan apa yang berkecamuk di hatinya kini, tetapi yang paling dominan adalah rasa kecewa kepada Pruistine yang tidak terbuka kepadanya.

"Jika kau sudah merasakan seseorang menguntitmu beberapa minggu belakangan ini, jelas sekali kami bukanlah penguntit itu," ujar Thomas, entah mengapa suaranya masih tanpa simpati sedikit pun, walau dalam hatinya kini Ia benar-benar merasa menyesal. "Kami baru saja tiba dari London, kunjungan kami ke sini dalam rangka untuk menjenguk teman lama kami, yaitu ayah perwalianmu, Edward, yang tiba-tiba saja menghilang tanpa kabar apa pun," lanjut Thomas, kini Ia berusaha menyelipkan sedikit nada hangat dalam suaranya, walau pun tentu saja, gagal.

Pruistine melirik ke arah Thomas, lalu bergantian menatap mata Edward. Ia sadar, imi semua salahnya karna tidak menceritakan kepada Edward dari awal. "Maafkan aku ... " ucap Pruistine. Permohonan maaf Pruistine menggantung di udara, tidak jelas untuk siapa permohonan maaf itu.

"Kenapa tidak kau ceritakan kepadaku dari awal, Pruistine?" tanya Edward, nada kecewa tidak bisa Ia sembunyikan dalam setiap perkataannya.

"Aku ... " ucap Pruistine ragu.

"Aku apa, Sweet Heart?"

"Aku fikir itu hanyalah hayalanku saja, Edward, itu sebabnya aku tidak terlalu memikirkannya sampai hari ini," jawab Pruistine, air mata perlahan mengalir di pipinya, "maafkan aku, Edward, karna sudah mengecewakanmu," lanjutnya di sela-sela isakan tangisnya.

Melihat Pruistine yang menangis dan tampak sangat tertekan, membuat hati Edward merasa begitu sedih. "Tidak apa-apa, Sweet Heart, sudah ... diamlah," jawab Edward, lalu Ia merengkuh Pruistine ke dalam pelukannya.

"Kurasa sebaiknya kita mencari tempat lain untuk meneruskan obrolan kita," seru David dengan lantang. Jujur saja Ia tidak senang melihat bagaimana Edward memeluk gadis pujaan hatinya itu dengan sangat erat. "Tidakkah kau ingin menyambut kami di rumahmu, Edward? Jadi marilah segera kita kerumahmu terlebih dahulu, dan kita lanjutkan pembicaraannya di sana."

Edward diam saja mendengar ucapan David, Ia justru semakin mengetatkan pelukannya di tubuh Pruistine, dengan di sengaja. Lihat David, gadis ini milikku! batik Edward.

"Kau bisa melanjutkan acara pelukanmu itu nanti, Edward, dan bukankah untuk saat ini lebih baik kita segera mencari tahu tentang pelaku penguntitan anak perwalianmu itu?" lanjut David dengan jengkelnya.

"Ya, jika aku jadi dirimu, aku tidak akan menunda waktu walau hanya satu menit, untuk mencari tahu pelakunya." Kini Thomas yang berkata kepada Edward, jujur saja Ia sangat terhibur melihat Edward dan David yang seperti terlibat gesekan karna gadis bernama Pruistine itu. Menatap ke arah gadis itu, yang kini berada dalam pelukan Edward, mau tidak mau Thomas mengakui kecantikannya mampu membuat pria mana pun kehilangan akal sehatnya. Sepertinya aku akan mendapatkan tontonan menarik selama berada di Cornwall ini, Thomas terkekeh geli dengan pikirannya ini.

Benar juga apa yang di katakan mereka berdua, kenapa bisa tidak terpikirkan olehku untuk segera mencari tahu kebenaran tentang penguntit itu? bodoh kau Edward! rutuk dirinya sendiri di dalam hati. Melepaskan pelukannya dari Pruistine, Edward mengajak gadis itu untuk pulang yang di jawab dengan anggukan oleh Pruistine. Tanpa mengacuhkan kedua sahabatnya, Edward membantu Pruistine naik ke atas kudanya dan Edward duduk di belakang Pruistine, dengan refleks Pruistine memeluk pinggang Edward karna posisi duduknya yang menyamping. "Sandarkan saja kepalamu di dadaku, My Love," bisik Edward di telinga Pruistine.

"Mary, sepertinya kau terpaksa berjalan sendiri ke rumah karna Pruistine harus pulang bersamaku, apa kau tidak apa-apa?" ucap Edward saat teringat Mary yang sedari tadi hanya diam saja di sisi Pruistine, "atau kau bisa menunggu di sini dan akan kusuruh seseorang menjemputmu sesampainya di kastil nanti?" tanya Edward, Ia merasa tidak tega jika Mary berjalan seorang diri karna hari sudahlah petang.

"Terimakasih, My Lord, dan saya bisa berjalan sendiri ke rumah, anda tidak perlu mencemaskan saya," jawab Mary dengan tulusnya.

"Kau bisa naik ke kudaku," terdengar suara  lembut David, tidak ada nada menggoda dalam suaranya, David sungguh-sungguh menawarkan bantuan kepada Mary. "Kita seperjalanan, Edward, bagaimana bisa aku meninggalkan seorang gadis muda sendirian di sini."

Edward mengangkat kedua alisnya, "Jadi kalian benar-benar berniat mengunjungiku?"

David tertawa mendengar ucapan Edward, "Tentu saja, bahkan kini kami mempertimbangkan menambah waktu kunjungan kami, guna membantumu menangkap penguntit yang dengan beraninya mengganggu anak perwalianmu itu."

"Aku tidak butuh bantuan kalian!" dengus Edward.

David hanya menyeringai mendengarnya. "Ayo, naiklah manis," ujar David kepada Mary. Ia melajukan kudanya ke sisi Mary.

"Tidak perlu, My Lord, terimakasih banyak."

"Aku memaksa! dan kau tidak boleh menolaknya." Tegas David.

Mary kaget mendengar ucapan teman dari Lord nya itu, dengan takut Ia memandang ke arah teman Lord nya itu, lalu Ia memandang ke arah Lord nya. Saat tatapan matanya bertatapan dengan Lady nya, Mary menangkap isyarat Lady nya yang memintanya untuk menerima saja bantuan dari teman Lord nya itu.

Mengehela nafas, akhirnya Mary menerima tawaran bantuan itu, "Baiklah, terimakasih, My Lord."

David tersenyum, "Sama-sama manis, cepat naiklah," ucap David sambil mengulurkan tangannya membantu Mary naik ke kudanya.

Mary memilih duduk di belakang David di kuda itu. Berbeda dengan Pruistine yang duduk menyamping di kuda, Mary lebih memilih duduk mengangkang di kuda itu.

Melihat posisi Mary yang sudah duduk dengan aman di kuda bersama David, akhirnya Edward segera melajukan kudanya meninggalkan pantai dan di ikuti kedua sahabatnya.

Di sepanjang perjalanan, Edward merasakan Pruistine yang menyandarkan kepalanya di bahunya, gadis itu tampak pasrah dan sangat kelelahan secara emosional. Dengan kondisi Pruistine yang seperti itu, dalam hatinya Edward bertekat akan membuat perhitungan yang setimpal kepada siapa pun orangnya yang berani mengusik ketenangan Pruistine.

Tunggu saja perhitungan dariku, kau akan menyesal karna berani-beraninya menguntit Pruistine ku! batinnya dengan kemarahan yang di tahan.

------------------------------------------------------

Maaf yaa say sepetinya masih babyak typo, besok coba daku edit2 lagi yakkk...

Dan daku malam ni up satu dulu yaa say, buat obat kengen sista-sista sayang semuaa yaaa ^.^ , moga-moga aja gak aneh yak..hahaa

Warning!!! Cerita ini di tulis dalam keadaan setengah sadar saat bohlam mata tinggal lima watt...heheheee :D :D :D

Oh iya, maaaaaapppppp bgt yaaa bwt teman-teman semua menunggu update an ku yang lama bin gak jelas kapan up nyaaa... soet blm bisa mendisiplinkan waktu soalnyaa :D

Salam sayang dariku... Soetba

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro