15
Suara derit pintu yang terbuka membuat Edward terjaga dari tidurnya. Mengutuk dalam hati, Edward menduga pasti Robert yang baru saja masuk ke dalam kamarnya. Edward merasa benar-benar masih mengantuk, dan dengan malas Edward membuka kedua matanya. Mengedarkan pandangan ke sekitar ruangan, Edward berusaha mencari sosok Robert, akan tetapi tidak ada. Pencahayaan di dalam kamarnya yang cukup gelap, membuatnya sedikit kesulitan melihat ke sekitar ruangan. Tak heran karna semua tirai di jendela kamarnya masih tertutup rapat, dan bara api dalam perapian sepertinya sudah lama padam.
Edward tidak tahu sudah pukul berapa sekarang. Tetapi mengingat dirinya masih sangat mengantuk, Edward yakin saat ini pasti belumlah pukul enam pagi. Seperti biasa Robert pastilah masuk ke kamarnya terlalu dini untuk membangunkannya, dan saat sudah di kamarnya Ia baru menyadari bahwa belum tiba waktunya bagi Edward untuk bersiap-siap, sehingga Robert keluar lagi dari kamar ini. Kebiasaan buruk dari diri Robert yang satu ini, tidak bisa Edward apa-apakan. Ia hanya bisa meminta kepada Robert untuk berkonsultasi tentang masalah ingatannya itu kepada dokter yang kompeten.
Menghela nafas lega karna Edward merasa masih mempunyai waktu beristirahat, Ia memutuskan untuk kembali tidur. Edward memperbaiki posisi tidurnya dan tanpa di sengaja lengannya menyenggol sesuatu yang lembut. Edward terlonjak kaget, dan Ia melihat ke sisi tempat tidurnya. Keterkejutannya berlipat ganda saat melihat Pruistine tengah berbaring di sisinya. Melihat Pruistine yang tengah berbaring di sisinya, membuat Edward tersadar bahwa semalam Ia tidur bersama Pruistine di kamar gadis itu. Bukan tidur, lebih tepatnya Ia mencoba untuk tidur di saat sebenarnya Ia ingin meniduri gadis itu, batinnya.
Teringat kembali bagaimana tersiksa dirinya semalaman suntuk karna tidur di samping Pruistine, dan baru bisa tidur saat fajar menjelang, itu pun karna akhirnya Pruistine melepaskan pelukannya dari tubuh Edward. Membuatnya bisa menarik nafas dan akhirnya terlelap. Tak heran jika Ia masih sangat mengantuk, tentunya itu karna Ia baru tidur beberapa jam saja, batin Edward.
Jika ini bukan kamarnya, maka tidak mungkin Robert berani membuka pintu kamar ini. Lalu siapa orang yang membuka pintu tadi? Oh tidak, jangan Mary, semoga bukan Mary, pikir Edward cemas. Ia tidak ingin orang-orang salah paham dengan hal ini. Memikirkan akan hal itu, Edward merasa Ia harus segera pergi dari kamar Pruitine sebelum ada orang yang benar-benar memergoki kebersamaan mereka seperti ini. Dengan tergesa-gesa, Edward menyibakkan selimut. Sayangnya gerakan tubuh Edward saat menyibakkan selimut dari tubuhnya membuat tidur Pruistine terganggu.
Pruistine merasakan gangguan di dalam tidurnya, dan membuatnya terjaga. Ia membuka matanya dan melihat Edward yang tengah terduduk di kasurnya seperti hendak turun.
Dengan lirikan sekilas, Edward melihat Pruistine terbangun, dan menyadari dirinyalah penyebab gadis itu terjaga. "Selamat pagi, Sweet Heart," sapanya kepada Pruistine.
"Selamat pagi ... " jawab Pruistine, masih menatap Edward dengan lembut. "Kenapa begitu tergesa-gesa, Edward? kau ingin pergi tanpa membangunkanku." Lanjut Pruistine merajuk kepada Edward.
"Bukan seperti itu, sayang, aku hanya tidak ingin mengganggu tidurmu yang nyenyak," jawab Edward menjelaskan, "dan juga, sebentar lagi Mary pasti akan datang kesini untuk membangunkanmu, aku tidak ingin ada orang yang salah paham melihatku di sini bersamamu pada pagi-pagi buta seperti ini." Jelas Edward panjang lebar.
"Tidak akan ada yang salah paham," ucap Pruitine percaya diri. Ia bangun dari tidurnya dan duduk di sisi Edward. "Kenapa orang harus salah paham? kita hanya tidur bersama, sama seperti kebiasaanku dan kedua orang tuaku dulu," ucap Pruistine, nada heran dalam suaranya begitu jelas terdengar.
"Tapi aku bukanlah orang tuamu, aku bukanlah ayahmu Pruistine," Edward berusaha menjelaskan kepada Pruistine. Ia mencoba untuk sedikit-demi sedikit menyadarkan Pruistine bahwa dia tidak boleh memperlakukannya seperti ayahnya, Edward bukanlah ayah gadis itu. "Orang-orang akan berpikir macam-macam jika melihat kita dalam keadaan seperti ini, My Dear."
"Oh, baiklah," Pruistine menganggukkan kepala, walau pun sebenarnya Ia masih belum paham apa yang di maksud oleh Edward. Memangnya apa salahnya Edward menemaniku tidur? kenapa tidak boleh ada orang-orang yang melihatku tidur bersamanya? toh orang-orang pasti tidak akan melihat mereka, kalaupun ada, itu pastilah Mary, dan Mary terbiasa melihatnya tidur bersama ayahnya, ia pasti tidak akan salah paham melihatnya tidur bersama Edward, pikirPruistine.
Edward tersenyum melihat Pruistine yang menganggukkan kepala, tetapi wajahnya tampak sedang berfikir keras. "Jangan terlalu di fikirkan, mulai sekarang aku akan mencari seseorang yang bisa memberitahumu tentang segala hal yang belum kau mengerti, Sweet Heart." Ucap Edward.
"Ya, terimakasih, Edward," ucap Pruistine refleks.
"My Pleasure, cintaku," jawab Edward dengan sangat lembut sambil Ia mengecuk kening Pruistine. Membuat Pruistine tersipu karna kecupan itu.
"Apa kegiatanmu hari ini, Edward?"
Edward tampak berfikir sejenak, "Sepertinya hari ini aku akan di sibukkan dengan beberapa urusan dokumen dan surat-surat yang belum sempat kubaca."
Pruistine tersenyum mendengarnya, "Semoga harimu lancar, Edward," ucap Pruistine mendoakan diri Edward. "Oh iya, hari ini aku akan ke desa lagi, bolehkan Robert ikut denganku, Edward?"
"Tentu saja boleh, My Dear. Robert harus ikut denganmu, untuk menjagamu."
"Terimakasih," ucap Pruistine. Pruistine ingin memberi tahu Edward akan sesuatu, tetapi akhirnya Ia memutuskan tidak jadi memberitahukan Edward akan hal itu.
Tidak ada apa-apa, semua hanya khayalan, batin Pruistine.
"Sama-sama, sayang. Baiklah sepertinya aku harus ke kamarku sekarang," ujar Edward. "Apakah ada hal lain yang ingin kau sampaikan, My Dear?" tanya Edward karna Ia merasa sesaat lalu Pruistine seakan-akan ingin mengatakan suatu hal.
Pruistine hanya menggelengkan kepalanya. Melihat itu, Edward tersenyum, Ia mengacak lembut rambut Pruistine, lalu Edward berjalan ke arah pintu penghubung yang mengarah ke kamarnya sendiri.
Pruistine memandang Edward yang berjalan menjauh darinya. Entah kenapa Ia merasa sedih. Pemikiran akan Edward yang mungkin tidak akan lagi mengunjunginya di malam-malam berikutnya, membuat Pruistine sedih. Tidak salah bukan jika aku ingin selalu dekat dengan Edward, hal yang wajar seorang anak dekat dengan wali pengganti orang tuanya? batinnya dalam hati ...
------------------------------------------------------
Mary terkesiap kaget saat pagi hari ini Ia masuk ke kamar Lady nya, dan mendapati Lady nya tengah meringkuk dalam pelukan Lord nya. Secara spontan Ia langsung membalikkan badan, dan memutuskan untuk datang kembali ke kamar Lady nya beberapa saat lagi. Mary bingung harus bagaimana, tidak mungkin Ia membangunkan keduanya dan membuat Lord serta Lady nya malu karna terpergok sedang tidur bersama.
Tidur bersama? pikir Mary shock, apakah mereka melakukan hal itu? apakah terjadi sesuatu kepada Lady nya? tetapi, tidak mungkin Lord nya tega memanfaatkan Lady nya yang sangat polos itu. Dari yang Mary perhatikan, sejak pertama kali bertemu, Lord Blackwater adalah seorang yang sangat bertanggung jawab. Jadi Mary yakin, walau pun sudah bukan hal yang rahasia lagi tentang gosip antar sesama pelayan yang merasa bahwa Lord nya menaruh hati kepada Lady mereka, Lord nya tidak akan pernah melampaui batasannya sebagai wali gadis itu. Tidak, aku tidak boleh berburuk sangka. Pasti ada penjelasan dari kejadian ini, pikir Mary mencoba menenangkan diri.
Setelah beberapa waktu berlalu, dan matahari mulai menampakkan sinarnya dengan lebih tinggi, Mary memberanikan diri kembali ke kamar Lady nya dan berharap sang Lord sudah meninggalkan kamar Lady nya. Ia tidak ingin terjebak dalam posisi canggung karna memergoki mereka yang sedang bersama. Kalau pun ternyata mereka belum bangun, maka Mary terpaksa harus membangunkan mereka, sebelum hari benar-benar siang, dan semua pelayan beraktifitas seperti biasanya. Sangat beresiko jika mereka melihat Lord dan Lady nya dalam keadaan seperti itu. Tidak semua pelayan memiliki mulut yang loyal walau pun jiwa dan raga mereka loyal dalam melayani Stannage Park ini, pikir Mary.
Tiba di depan pintu kamar Lady nya, Mary mengetuknya, dan tanpa menunggu jawaban dari dalam kamar, Mary membuka pintu dengan pelan, kemudian Ia mencoba masuk dengan tenang. Sekilas pandang ke arah tempat tidur di ruangan itu, Mary melihat sosok Lady nya yang tengah duduk bersandar di ranjang, dengan tatapan mengarah ke pintu penghubung yang menghubungkan kamar Lady nya dengan kamar Lord nya.
Tidak ada Lord Blackwater, syukurlah ... puji tuhan, batin Mary.
Dengan perasaan syukur dan rasa lega yang sangat, Mary masuk ke dalam kamar Pruistine. "Selamat pagi, My Lady," sapa Mary dengan nada seceria yang dia bisa. Mary berjalan lurus ke arah Pruistine.
Tidak ada jawaban apa pun dari Pruistine. Ia tampak termenung dengan pandangan sedih, hati Mary merasa terenyuh, jika di lihat dari ekspresi wajah Lady nya yang sendu, mungkinkah? mungkinkah Lord nya memaksakan diri kepada Lady nya?
"My Lady ... " panggil Mary mencoba memecahkan keheningan. Kali ini Lady nya seperti tersadar dan mengalihkan pandangannya ke arah Mary.
"Kau terlambat, Mary," ucap Pruistine, "aku sudah menunggumu dari tadi."
"Maafkan aku, My Lady, sebelum kesini ada hal penting yang menghalangiku dan membuatku terpaksa harus memundurkan waktu untuk membangunkan anda, My Lady." ujar Mary menjelaskan, dia mencoba sebisa mungkin untuk memberikan alasan yang sesuai dengan kenyataan. Pantang baginya untuk berbohong.
Pruistine hanya menganggukkan kepala. Ia tampak bimbang sesaat dan menggigit bibir bawahnya. Keraguan tampak di wajahnya.
"Ada apa, My Lady? adakah hal yang ingin anda tanyakam kepadaku?" tanya Mary. Sebagai pelayan yang setia Ia sungguh-sungguh khawatir dengan Lady nya, dan Ia berharap jika hal buruk terjadi kepada Lady nya, Lady nya bisa sedikit terbuka kepadanya, agar Ia bisa membantu.
"Apakah banyak hal di luar sana yang tidak aku ketahui, Mary?" tanya Pruistine ragu-ragu. "Apakah salah jika aku dan Edward tidur bersama? tidak bukan? Ayah dan aku pun dulu sering tidur bersama, apa kau akan menganggap aneh hal itu? Maksudku tentang aku yang menginginkan Edward menemaniku tidur?" rentetan pertanyaan meluncur dari mulut Pruistine tanpa bisa Ia cegah lagi. Baginya saat ini, Ia hanya bisa bertanya kepada Mary, yang sudah Ia anggap lebih dari sekedar pelayan. Mary sudah seperti saudara perempuan bagi Pruistine.
Bingung harus menjawab apa, Mary hanya busa membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi dan mengulangi gerakannya itu sampai beberapa kali. "Apakah Lord Blackwater tidak keberatan dengan permintaan anda, My Lady?" akhirnya Mary hanya bisa menanyakan hal itu. Walaupun sejuta penjelasan sangat bisa Mary berikan kepada Lady nya, hanya saja saat ini Ia merasa bukan waktu yang tepat.
"Ya, dia berjanji akan sering mengunjungiku sebelum tidur, tapi pagi ini dia berkata tidak boleh ada orang yang melihat kami tidur bersama, karna orang-orang akan salah paham nantinya,"
Mendengar jawaban Lady nya, hati Mary merasa lega. Kini Ia yakin mereka hanya tidur bersama, dan itu pun atas permintaan Lady nya. Mary menjadi sedih saat tahu apa sebenarnya yang diinginkan Lady nya. Lady nya masih terjebak dalam ingatan akan kedua orang tuanya, dan memperlakukan Lord nya seperti saat Ia masih bersama ayah kandungnya. Syukurlah Lord nya bukan seseorang yang suka memanfaatkan situasi, entah apa yang akan terjadi jika Lord nya adalah pria yang berbeda. Hal buruk pasti akan menimpa Lady nya karna tingkah laku kekanakannya itu, pikir Mary sedih.
"Kalau begitu, kita percaya saja kepada Lord Blackwater, My Lady," tutur Mary memberi saran kepada Pruistine. Dalam hatinya timbul perasaan ingin memberikan pengertian kepada Lady nya akan batasan-batasan yang pantas dan tidak pantas untuk di lakukan. Tetapi ada sedikit keraguan dalam dirinya, pantaskah jika dirinya yang mengajari Lady nya?
"Edward juga mengatakan akan mencarikan seseorang yang bisa mengajariku segala hal," Pruistine menghela nafas, "apa aku terlihat seperti gadis bodoh yang tidak tahu apa-apa?" tanya Pruistine kepada Mary.
Mary tersenyum mendengar pertanyaan Lady nya, "Sama sekali tidak, My Lady, hanya saja ada beberapa hal yang belum sempat di ajarkan oleh kedua orangtua anda semasa hidupnya." Mary memutuskan untuk memberi bantuan kepada Lord nya dengan memberikan sedikit pengertian kepada Lady nya. Mendengar Lord nya akan mengajari tentang hal yang Lady nya tidak ketahui karna kepolosannya, membuat Mary menaruh rasa hormat setingkat lebih tinggi untuk Lord nya.
"Kalau begitu aku pasti akan belajar dengan giat supaya bisa menyenangkan Edward," ucap Pruistine dengan keyakinan mutlak.
"Bagus, My Lady," jawab Mary dengan senyum senang mengembang di wajahnya. "Sekarang sebaiknya kita segera bersiap-siap, hari ini jadwal kita akan pergi berkunjung ke desa, My Lady, dan sepertinya kita sudah cukup kesiangan untuk bersiap-siap."
"Ya, Mary, semoga kita tidak terlalu terlambat dan membuat warga menunggu kehadiran kita." Kecemasan tentang keterlambatannya untuk mengunjungi warga sedikit Pruistine rasakan. Ia menghabiskan waktunya dengan melamun dan melupakan bahwa Ia harus begegas menyiapkan kunjungannya, dan dalam hati Pruistine bertekat akan membuat warga dan anak-anak di sekitar sangat bahagia guna menebus keterlambatannya.
Walaupun ada satu hal lain yang meresahkannya ... segera Pruistine mengenyahkan pikiran itu. Ini hanya khayalan saja, pasti! ujar Pruistine dalam hatinya guna menguatkan dirinya sendiri. Lalu dengan penuh semangat, Pruistine dan Mary menyiapkan segalanya, dan melupakan berbagai macam kecemasan yang tidak perlu ...
Tbc.
------------------------------------------------------
Huaaaa....baru bisa publish lagi sista sayaang..maaf yaa...
Untuk menebus kerinduan teman-teman semua yang setia menunggu kisah babang edward dan eneng Pruistine... malam ini daku up beberapa part langsung yak...heheee
Part-part yang seminggu terbengkalai hanya karna gak ada waktu buat editing T.T , hick hick... berhubung saya jomblo akut (nah lho curhat, wkwkk) jadi malam minggu lumayan bisa bwt sempetin edit....
Di tunggu ya beberapa jam kedepan ^.^ up next part nyaaa...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro