10
Edward dan Pruistine melangkah beriringan menuruni tangga, menuju ke ruang tamu utama. Setibanya di ruang tamu utama yang terletak di lantai dasar, mereka meneruskan langkahnya menuju ke halaman luar kastil.
Tepat di halaman luar kastil yang terletak di depan pintu utama, terlihat Peregrine, Robert, Mary, dan juga beberapa pelayan, yang tengah menyiapkan beberapa persiapan yang akan di bawa oleh Edward dan Pruistine dalam kunjungan ini. Banyak sekali bekal-bekal yang mereka bawa, yang nantinya akan di bagikan kepada warga sekitar. Semua bekal-bekal tersebut diangkut dengan kereta pembawa barang yang juga akan ditumpangi oleh Edward dan Pruistine, guna memudahkan perjalanan.
Semua persiapan yang di lakukan oleh para pelayan itu tentunya atas perintah Edward. Ia merencanakan dengan matang hanya dalam waktu satu malam, apa yang terbaik bagi Pruistine di acara kunjungan pada hari ini.
Edward menuntun Pruistine ke arah Peregrine dan Robert yang kini tengah berdiri di samping kanan kereta barang, mereka tampak sedang bekerja sama meneliti daftar apa saja yang mereka bawa dalam kunjungan ke rumah-rumah warga hari ini.
Baik Peregrine atau pun Robert tahu, Lord nya tengah berusaha semaksimal mungkin membantu Lady nya untuk memulai langkah baru. Dan hal itu sangat mengharukan bagi mereka.
Peregrin tidak menyangka tiba juga hari dimana Lady nya bisa menikmati hidupnya, bersama seseorang yang tulus menuntun Lady nya menjalani awal hidup yang baru setelah kepergian orang tuanya.
Sedangkan Robert, Ia yang seumur hidup mendampingi Lord nya, sama sekali tidak menyangka akan perubahan sikap dari Lord nya, yang tampak menjadi pria lembut dan penuh kasih sayang. Kasih sayang yang tampaknya hanya Ia curahkan kepada anak perwaliannya, Pruistine.
Sisi lain dari Edward yang sudah lama sekali tidak Robert lihat, sejak sekembalinya Lord nya dari sebuah tugas, yang tidak diketahui oleh Robert dan juga keluarga besar Lord nya. Entah tugas apa itu. Sejak hari kepulangan Lord nya dari tugas misterius itu, Lord nya yang lembut, ramah dan sangat menghargai orang lain, berubah sikap menjadi seorang yang arogan dan jarang sekali menghormati orang lain, terutama kepada wanita. Wanita-wanita penggoda dari kalangan bangsawan khususnya.
Dengan penampilan Edward yang berambut coklat dan bermata abu-abu dingin, dan garis wajah keras, membuat penampilannya cukup menawan. Walaupun tidak semenawan temannya, si casanova David Sullivan, Viscount of Bradley. Sahabat baik Edward sejak kecil.
Penampilan yang menawan di sandingkan dengan gelar dan harta yang melimpah, membuat Edward banyak di minati oleh para wanita-wanita penggoda, istri-istri yang tidak setia, dan juga janda-janda muda di kalangan bangsawan. Walaupun Ia bersikap dingin dan playboy.
Tingkahnya yang arogan bahkan tidak menyurutkan minat para wanita-wanita itu kepada Edward. Mereka semua justru praktis melemparkan dirinya kepelukan Edward, walaupun seringkali mendapatkan perlakuan buruk dari Edward. Bagi mereka bisa menikmati satu malam bersama Edward, mampu menaikan status daya tariknya akan lawan jenis, dan mereka merasa mendapatkan pengakuan, di antara para wanita penggoda.Pengakuan bahwa telah 'berhasil meruntuhkan gunung es'.
Satu hal yang sangat mengagumkan bagi Robert, saat ini di hadapan Pruistine, Lord nya yang biasa bersikap seperti itu, berubah menjadi seseorang yang lain. Lord nya tampak begitu lembut, memperlakukan Pruistine layaknya Ia adalah sebuah kaca yang bisa retak kapan pun.
Dari sorot matanya terlihat ada tatapan penghargaan setiap kali Ia memandang Pruistine.
Robert merasa yakin Lord nya memiliki perasaan khusus kepada Lady kecil itu. Akan tetapi sedikit Ego Lord nya dan rasa hormat yang tanpa Lord nya sadari Ia rasakan kepada Pruistine, mampu membuat Lord nya bertahan dalam situasi yang sulit ini. Situasi yang akan menjadi skandal besar, jika sampai Lord nya tidak mampu menahan rasa tertariknya akan anak perwalian nya sendiri.
Puji Tuhan yang telah mengaruniakan Ego yang cukup besar pada diri Lord nya, batin Robert.
Peregrine dan Robert melihat Lord dan Lady nya berjalan ke arah mereka, keduanya membungkukkan badan saat Edward dan Pruistine tiba di sisi mereka. "Apakah semua persiapan sudah siap?" tanya Edward kepada Peregrine dan juga Robert tanpa basa-basi.
"Sudah, My Lord," jawab Peregrine, yang di ikuti anggukan kepala dari Robert.
"Semua bekal yang di bawa sesuai dengan yang sudah saya catat saat terakhir kali mengunjungi warga dua hari yang lalu, My Lord." Ucap Robert sambil menunjukkan catatan tangannya kepada Edward.
Edward menerima catatan tersebut, Ia membacanya dengan teliti. Pruistine yang berdiri persis di sisi Edward ikut membaca catatan itu, Ia mendekatkan dirinya kepada Edward, supaya bisa membaca catatan itu dengan lebih jelas. Tanpa Pruistine sadari, posisi berdirinya sekarang membuat lengan dan dadanya menempel di lengan Edward.
Edward bergidik saat merasakan sesuatu yg lembut menyentuh lengannya. Ia berusaha tetap bersikap waras dengan mengabaikan posisi berdiri Pruistine saat ini.
"Obat-obatan untuk keluarga Wood, baju hangat untuk keluarga Smith, makanan, camilan, kue-kue, kebutuhan pokok... " gumam Pruistine. "Apakah ini semua yang akan kita bagikan kepada warga, Edward?" tanya Pruistine penuh rasa ingin tahu.
"Ya, Sweet Heart," jawab Edward, "ini hal yang biasa orang tuamu lakukan, memberikan beberapa kebutuhan mereka, menjamin kesejahteraan mereka, dan yang lainnya. Bagaimanapun semua warga di desa ini hidup di bawah perlindungan ayahmu dan juga bekerja untuk ayahmu." Edward menarik nafas sejenak, "dan kita harus meneruskan kebaikan hati mendiang ayahmu ini, kau dan aku, kita bisa mengurus Stannage Park ini bersama-sama." Jelas Edward kepada Pruistine dengan panjang lebar.
"Ya, tentu saja harus, Edward," jawab Pruistine dengan antusias, "menyenangkan sekali bisa membantumu mengurus tanah ini, Edward." Pruistine menarik nafas, "Dan, wow... aku akan melakukan hal-hal yang biasa orang tuaku lakukan? kau mempercayakanku untuk mengambil alih tugas itu?" tanya Pruistine dengan mata berbinar-binar.
Edward menganggukkan kepala, "Ya, Sayangku."
Senyum merekah di bibir Pruistine, hatinya sangat berbunga-bunga, untuk pertama kalinya dia akan di kenal oleh banyak orang. Ia juga akan melakukan hal yang biasa di lakukan kedua orang tuanya. Pasti mereka akan bangga kepadaku jika aku bisa meneruskan kegiatan baik kedua orangtua ku, batin Pruistine.
Satu hal lagi yang lebih penting dari segalanya, sepertinya hingga detik ini tidak ada hal buruk apapun yang terjadi kepadanya ataupun kepada orang disekitarnya, sejak Ia melepaskan jubah dan tudung rambutnya. Semua ketakutan selama tiga belas tahun ini terbukti tidak beralasan. Pruistine merasa puas akan hal itu. Hidupku bisa berjalan dengan normal, pikir Pruistine dengan senang.
Ayah, ibu, apakah kau melihatku saat ini di surga? Aku sudah tidak menyembunyikan diriku lagi ayah, dan tidak ada satupun hal buruk yang terjadi kepadaku, batin Pruistine. Ia berharap ayahnya mendengar bisikan hatinya. Pruistine menatap ke arah langit yang begitu cerah, Ia berharap dapat melihat wajah kedua orang tuanya tersenyum dari atas sana.
Tatapan mata semua orang yang berada di tempat itu sontak terpusat pada sosok Pruistine yang tengah menengadahkan wajah ke langit, menciptakan sebuah keheningan. Wajah Pruistine yang tengah menengadah menatap langit tampak begitu lembut. Di bawah sinar matahari, kilau rambut platinum Pruistine tampak begitu indah, membuat beberapa pelayan wanita yang kebetulan berada di sekitar sana merasakan rasa iri pada keberuntungan Lady nya yang memiliki rambut seindah itu.
Edward yang pertama kali tersadar akan keheningan itu, Ia melihat sekilas ke sekitar, tampak semua orang tengah memusatkan pandangan mata ke arah Pruistine.
Rasa hangat perlahan meresap di dada Edward. Lihatlah sayang, hanya dengan melihatmu, sanggup membuat semua orang terpana, dan akan mudah bagimu membuat mereka bertekuk lutut kepadamu, Pruistine. Kemanapun kau melangkah, dengan mudah orang-orang itu akan menerimamu. Aku yakin, sangat mudah bagimu mendapatkan cinta dari semua warga di sekitar sini, yang bekerja di tanah ini. Mereka pasti akan memujamu dan membanggakan diri mereka karna memiliki Lady yang sangat cantik. Keselamatanmu terjaga di tanah ini, bahkan hal buruk yang selalu di takutkan ayahmu itu pun akan segan untuk mendekat kepadamu.
Edward menatap Pruistine dengan penuh kasih sayang, hal yang tidak luput dari penglihatan semua orang. Mereka yang tengah memandang ke arah Pruistine dengan jengah mengalihkan tatapan matanya, mereka merasa malu melihat keintiman yang tanpa di sadari dipamerkan oleh Edward.
Semua pelayan, tak terkecuali Peregrine, Robert dan Mary berdoa memohon hal yang baik untuk kedua Majikan mereka. Dalam hati mereka meyesalkan hubungan kekerabatan yang mengalir pada darah keduanya, dan status Edward sebagai wali dari Pruistine.
Sayang sekali, mereka berdua sangat serasi, tetapi tidak mungkin untuk bisa bersatu, tanpa menciptakam sebuah skandal.
"Kurasa kita sudah siap untuk berangkat, My Lord," ucap Peregrine memecahkan kesunyian.
Edward mengalihkan tatapan matanya ke arah Peregrine, "Baiklah, Peregrine," sahut Edward. "Aku akan mengendarai kereta kuda ini sendiri, dan kurasa Lady Astley bisa duduk di sampingku di kursi kusir, aku ingin kami berdua benar-benar berbaur dengan semua warga." ujar Edward mengumumkan rencana kunjungannya yang tanpa pelayan dan pengawal.
Edward sangat yakin akan keamanan wilayahnya. Setelah beberapa kali mengunjungi warga dan berhasil mendapatkan simpati dari warga, Edward merasa mereka tidak akan menyebarkan gosip yang tidak-tidak mengenai kedatangannya yang hanya berdua saja dengan Pruistine tanpa membawa pengawal atau pun pelayan. Seluruh warga di sini benar-benar sangat loyal dan sangat mencintai mendiang Lord Stannage dan istrinya, dengan keloyalan itu pasti akan membuat seluruh warga memperlakukan Pruistine layaknya mereka memperlakukan mendiang Lord mereka. Kesetiaan dan keloyalam warga, dapat Edward pastikan akan menurun kepada Pruistine selaku putri dari mendiang Lord Stannage yang sangat mereka sayangi dan hormati.
"Baik, My Lord," jawab Peregrine.
Pruistune secara spontan memandang kearah Mary, tatapan matanya seakan bertanya kepada Mary apakah hal itu tidak apa-apa? Mary menjawabnya dengan anggukan kepala. Mary yakin apapun keputusan Lord nya adalah demi kebaikan Lady nya.
"Kami mungkin akan seharian di desa, jadi kalian semua, lanjutkanlah tugas-tugas harian seperti biasanya," perintah Edward kepada semua pengurus rumah tangganya yang ada di situ, "kupercayakan urusan rumah kepadamu, Peregrine, dan kau Robert, kurasa kau bisa membantuku mengecek tambang, kudengar ada sedikit masalah yang timbul di sekitar tambang."
"Baik, My Lord," jawab Robert dan Peregrine, yang mewakili jawaban dari semua pelayan, dengan serentak.
Edward menganggukkan kepala, lalu tersenyum kearah Pruistine yang diam saja sambil menatapnya. "Ayo, My dear, kita mulai debutmu," ujar Edward sambil merangkul Pruistine berjalan ke arah kereta, senyum hangat terukir indah di bibir Edward, senyum hangat yang jarang sekali Edward berikan kepada siapapun.
Pruistine membalas senyum Edward dengan tidak kalah hangatnya, Ia merasakan semangat yang sangat besar pada dirinya, Ia benar-benar merasa siap untuk menghadapi dunia dengan Edward berada di sisinya. "Terimakasih, My Lord," ucap Pruistine dengan tulus.
Pruistine naik ke sisi sebelah tempat dusuk kusir di bantu oleh Edward, begitu Pruistine sudah duduk dengan nyaman, Edward berlari kecil mengitari kereta untuk mencapai sisi berlawanan dari tempat Pruistine duduk. Edward segera naik ke tempat duduk kusir dan meraih tali kekang. "Kami berangkat," ujar Edward kepada Peregrine dan Robert.
"Semoga selamat sampai tujuan, My Lord."
"Terimakasih," jawab Edward sambil menganggukkan kepala. Ia meraih tali kekang dan mulai memerintahkan kuda untuk segera melangkah dengan tali kekang itu.
Saat perlahan kereta barang sederhana yang ditumpangi Edward dan Pruistine bergerak, Pruistine menatap ke arah Mary dan melambaikan tangannya.
Mary membalas lambaian tangan Pruistine, kebahagiaan di wajah Pruistine membuat Mary ikut merasakannya juga.
Semoga harimu menyenangkan, My Lady... ucap Mary dalam hati.
Perlahan tapi pasti, kereta kuda itu membawa Pruistine menjauh dari tempat yang seumur hidup tidak pernah ditinggalkannya. Di luar gerbang rumahnya, Pruistine dihadapkan langsung pada pemandangan Indah Laut yang terhampar luas, jauh di depan sana. Di sekitar jalan, di sisi kanan dan kiri nya, terhampar padang rumput yang terawat dengan indah. Selama ini Ia hanya bisa melihat pemandangan menakjubkan di luar rumahnya ini hanya dari atas jendela menaranya. Tak henti-hentinya Pruistine menatap takjub ke pemandangan sekitar, Pruistine membayangkan bagaimana rasanya melewati tempat ini dengan berjalan kaki, berjalan menembus padang rumput sambil menikmati pemandangan laut yang tampak di kejauhan sana.
Tampaknya kebahagiaan dan keinginannya terpancar jelas dari diri Pruistine, membuat Edward merasakan, seakan-akan Pruistine siap untuk meloncat dari atas kereta, hanya untuk menikmati bagaimana rasanya berjalan di tengah padang rumput sambil menikmati keindahan laut biru jauh di ujung pandang sana. Entah dari mana Edward mendapatkan perasaan seperti itu.
"Kita bisa berjalan kaki dari desa saat perjalanan pulang nanti, Pruistine," ujar Edward sambil tetap memfokuskan pandangannya kearah depan.
Pruistine terkesiap, "Apa kau bisa membaca pikiranku, Edward? tanyanya dengan heran, "kau menawarkan sesuatu yang kuinginkan bahkan sebelum aku bertanya apakah boleh berjalan kaki saat pulang nanti." Ucap Pruistine takjub.
Edward sedikit terhenyak, "Kurasa aku mempunyai kemampuan membaca semua keinginanmu yang belum terucap, Pruistine," nada bangga terselip pada perkataan Edward.
Pruistine merasa tersanjung dengan jawaban Edward, Ia mencondongkan tubuh ke arah Edward dan mengecup pipi Edward sekilas. "Terimakasih, Edward, My dear."
Sebuah kejutan yang tak di sangka-sangka oleh Edward, satu kecupan di pipinya dari Pruistine membuat Edward seketika menghentikan laju keretanya. Edward memandang ke arah Pruistine dengan sorot bertanya.
"Ada apa, My Lord? apa ada hal yang salah?" tanya Pruistine, Ia kaget Edward dengan tiba-tiba menghentikan laju kereta kuda mereka.
Edward menatap Pruistine, Ia mencoba menyelami kedalaman mata Pruistine, hanya tatapan polos yang Ia dapatkan dari kedua mata hijau indah itu. Tentu saja kecupan yang gadis itu berikan murni hanya kecupan biasa tanda ucapan terimakasih, tidak lebih dari itu, dan Pruistine memperlakukanku seperti layaknya seorang anak yang tengah bermanja-manja dengan ayah kandungnya, pikir Edward. Hatinya merasa sedikit nyeri saat memikirkan hal itu. Kenapa kau begitu polos Pruistine, batin Edward.
Edward menggelengkan kepalanya, "tidak ada apa-apa, My dear," ucap Edward sambil memaksakan senyumannya.
Ia menjalankan lagi keretanya, dan berusaha melupakan tentang kecupan sekilas dari Pruistine yang membekas di jiwanya. Sungguh Ia ingin memiliki Pruistine untuk dirinya sendiri.
Tidak, itu Mengerikan, tidak boleh terjadi hal seperti itu, batin Edward berkali-kali.
"Ya, syukurlah, Edward," jawab Pruistine dengan polosnya. Ia tidak menyadari hal buruk apa yang sudah diberikan olehnya kepada Edward. Tanpa di sadari dan tanpa keinginannya, Pruistine telah berhasil menancapkan panah ke hati Edward.
Perjalanan terus berlanjut, dan sisa perjalanan itu mereka lalui dengan pertanyaan-pertanyaan yang Pruistine lontarkan kepada Edward dan sesekali Pruistine terdiam hanya untuk memandang takjub pada pemandangan di sekitarnya.
Jauh di ujung jalan, mulai terlihat oleh Pruistine, atap-atap rumah warga, hati Pruistine berdebar-debar, Ia merasakan lonjakan adrenalinya.
"Selamat datang di desa, My Lady, kami sudah menunggu untuk bertemu denganmu sekian lama," ucap Edward menggoda Pruistine.
Pruistime menatap ke arah Edward, dan seringai lebar menghiasi wajahnya.
"Terimakasih," sahut Pruistine, Ia tampak bersikap formal layaknya seorang Lady.
Edward terkekeh geli melihat tingkah Pruistine yang membalas godaannya.
Tbc.
------------------------------------------------------
Olaa teman-teman...
Cusss update barunya, semoga tetap disukai ya..
Kalian sudah gemes belum sih ini cerita kok gak sampai-sampai juga ke konflik??hehee
Kalau iya berarti sama, daku pun gemes sendiri kenapa belum sampai-sampai juga ke konflik.. ^^
Semoga bisa sabar yaa All, cuss sudah ana kasih kode siapa nanti yang akan jadi saingannya Edward, dalam waktu dekat ane munculin, pasti...heheee
Tapi biarkan si Edward mengecap manis madu cinta dengan Pruistine dulu yakk... :D
Oh iya, seperti biasa, jangan sungkan untuk masukan dan sarannya ya teman-teman...
Jangan lupa vote dan komennya, apakah kalian menyukai karyaku ini, biar daku semangat <3 <3
Salam sayang dariku untuk semua...mmmuuaaaccchhhh
Soetba
Noted: rutin akan diusahakan update tiap dua hari sekali.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro