Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

The Things


Sembilan tahun yang lalu ...

"Mas Bayu ... tolonglah Santy."

"Apa yang harus kulakukan? Semua sudah terlambat, Santy. Harusnya kau bisa menjaga dirimu."

Santy menangis berlutut di kaki Bayu. Delapan bulan sejak mereka berpisah, Santy hadir kembali. Di satu hari ia muncul di ruang kerja Bayu.

"Aku tahu ini salah. Andai aku bisa memutar waktu, Mas. Andai ..."

Bayu menepis tangan Santy dari pahanya.

"Kita takkan pernah hidup dalam kenyataan bila kerap berandai-andai, Santy. Sama seperti penyesalanku beberapa waktu lalu. Andai saja kau tak menyebut nama pria itu saat malam pertama kita, tentu kejadian ini takkan pernah ada."

Santy mengisak.

"Ya aku tahu ... Aku tahu ini semua kesalahanku. Aku tak minta apa-apa. Hanya ... tolonglah aku ... Kumohon tolonglah aku ... dan janin di perutku ini."

Bayu melihat keadaan tubuh Santy. Wanita yang pernah membuatnya jatuh hati itu berubah. Ia terlihat tirus. Badannya tak sesegar dulu. Sebuah perbedaan mencolok adalah perutnya dalam keadaan membesar. Bayu sempat kaget saat pertama kali melihat Santy di ruangan ini. Santy hamil.

"Berapa usia kandunganmu?"

"Enam ... enam bulan, Mas. Tolonglah kami."

Bayu terdiam.

"Aku menyesal, Mas. Tidak ada yang dapat kulakukan sekarang. Siapa lagi yang dapat kuandalkan. Orang tuaku sudah tak peduli. Mas tahu sendiri. Aku tak punya siapa-siapa. Hanya Mas tempat tujuanku."

"Lelaki itu? Fadli, ke mana dia? Bukankah dia sangat menginginkan anak?"

Bayu ingat saat ia mencari tahu tentang Fadli. Mantan kekasih Santy itu lebih dahulu menikah dengan seorang wanita. Hampir empat tahun menikah, mereka tak kunjung diberi keturunan. Di belakang itu, Fadli masih berhubungan dengan Santy. Bahkan saat pernikahannya berlangsung, dan di malam pertama itulah, Santy membawa nama Fadli di ranjang. Tepat saat mereka berdua sedang bercinta. Karena itulah Bayu merasa pernikahan itu adalah pernikahan yang salah. Ia merelakan Santy pergi demi memilih Fadli yang akhirnya berpisah dari istrinya.

"Dia ... dia meninggalkanku."

"Meninggalkanmu?"

"Kembali pada istrinya ... yang juga sedang hamil."

Bayu menghela napas demi mendengar cerita Santy. Tentu saja Fadli lebih memilih istrinya yang berasal dari keluarga berada daripada bersama Santy yang tak punya siapa-siapa. Santy benar-benar tertimpa kemalangan.

"Maka dengan perasaan malu yang tak terhingga, aku kembali ke sini, Mas. Aku memohon padamu, Mas. Tolonglah aku. Tolonglah janinku."

"Santy ... bila kau masih istriku, aku akan menyelamatkanmu. Namun sejak hari itu, dimana kau benar-benar lebih memilih cinta pertamamu itu, aku sudah berjanji untuk tidak lagi berhubungan denganmu, bahkan lewat kenangan. Delapan bulan bukan waktu yang singkat. Delapan bulan aku juga berjuang untuk menerima sebuah pernikahan yang kuperjuangkan sesungguhnya telah kandas. Andai saja waktu itu aku mendengar kata-kata mama bahwa kau bukanlah wanita yang tepat untukku ... mungkin ini takkan kejadian."

"Mas ..."

"Pergilah ..." Bayu membuka laci dan mengambil amplop cokelat di dalamnya. Amplop berisi uang yang sekiranya akan dipergunakan untuk membeli operasional kantor diberikannya kepada Santy. "Gunakan ini. Semoga cukup untukmu dan janjinmu. Aku tak bisa banyak membantu."

Santy melongo.

"Kenapa?"

"Aku ... Aku butuh tempat tinggal. Di-"

"Aku tak peduli. Kau bisa mencari tempat tinggal dengan uang itu."

"Mas ... apa Mas tega?"

Bayu memandang wajah Santy yang mengiba.

"Santy ... coba dengarkan ... kau pikir, hanya kau yang terluka? Kau pikir hanya kau yang menderita? Kau tahu ... harga diriku hancur saat kau menyebut nama pria lain di waktu bercinta kita di malam itu. Itu luka paling dalam buatku. Kau tahu aku tak pernah mencintai wanita mana pun selain kau. Kau tak sadar betapa teganya dirimu."

"Tapi Mas ..., aku minta maaf ... aku minta maaf, Mas."

Bayu bangkit. "Pergilah. Semoga setelah ini kehidupanmu jauh lebih baik."

Santy menyerah. Ia bangun dari tempatnya berlutut. Sambil mengelus perutnya ia mengeluarkan suara bergetar.

"Baaiklahh Mas. Ternyata Mas pria egois yang pernah kukenal. Mas hanya peduli perasaan diri sendiri tanpa mau tahu perasaan orang lain. Aku tak butuh uangnya Mas. Simpan itu untukmu sendiri."

Santy berjalan lemah menuju pintu. Sementara Bayu bergeming.

Dan semuanya jadi hening.

***

Sedari pagi Santy mondar-mandir di sebuah perumahan. Ia sedang mencari sebuah alamat. Kediaman Fadli yang baru bersama istrinya. Sudah berjam-jam ia mencari namun tak juga ia temukan. Alamat yang tertulis tak lengkap. Satu per satu rumah ia masuki. Tak ada Fadli.

"Tolong ... tolonglah saya ... Tolonglah bayi saya." Santy terjatuh, di depan pagar sebuah rumah. Refleks seorang wanita memegang tubuh Santy yang melorot.

"Tenang, Mbak. Aku akan membantumu. Mari masuk."

"Terima kasih ..."

"Siapa namamu, Mbak?"

"Santy, panggil saja Santy ... kamu?"

"Saya Dea. Ladea."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro