Sasya
Ladea POV
Aku menyukainya, itu benar. Dan ia sudah menambah rasa sukaku padanya naik satu tingkat dengan ciuman paksa tadi. Benar-benat membangkitkan gairahku.
Tapi ...
"Bila satu hari nanti kau bertemu dengannya, jangan sampai ia mengetahui kebenaran. Aku mohon, La. Demi Shasya."
Mengapa harus dengannya? Mengapa dunia ini selalu penuh dengan kebetulan-kebetulan yang mengejutkan?
Kalau saja aku tak bertemu dengan wanita itu bertahun-tahun lalu ... Tentu saat ini aku benar-benar bisa menjalani hidupku sebagai seorang Ladea.
Tapi semua tak bisa disesali. Pertemuan beberapa tahun lalu dengannya adalah awal dari segalanya.
Hampir sembilan tahun yang lalu ...,
"Mbak ... Ada yang bisa kubantu?" Seorang wanita berdiri tidak jauh dari pagar rumah. Sedari pagi ia mondar-mandir seperti mencari sesuatu. Cukup lama hingga menggugah rasa penasaranku.
"Eh, saya ... Saya ..." Wanita itu mengeluh kesakitan. Kedua tangannya memegang perut.
Ah, rupanya ia wanita yang sedang mengandung.
"Tolonglah saya ... Tolonglah bayi saya ..."
Wanita itu tiba-tiba terjatuh.
Refleks aku memegang tubuhnya yang melorot.
"Tenang, Mbak, aku akan membantumu. Mari masuk."
"Terima kasih ..."
"Siapa namamu, Mbak?"
"Santy, panggil saja Santy ..."
***
Bayu POV
Mencari tahu kehidupan Ladea sama saja dengan mencari jarum di tumpukan jemari. Masa lalunya nyaris tak berbekas. Lelaki yang pernah bersamanya pun tak diketahui. Bagaimana lelaki itu meninggalkannya bersama putri kecilnya pun jadi misteri.
Rasanya wajar bila tadi kukatakan aku tak seperti lelaki itu yang pergi begitu saja.
"Sudahlah, Bro. Percuma kau mencari tahu tentang lelaki itu. Sia-sia. Ladea semisteri namanya." Steve makin menertawakan apa yang terjadi padaku.
"Bukan begitu, Steve. Aku hanya ingin memastikan tidak ada laki-laki lain yang sedang berjuang mendapatkan cintanya."
"Tak ada. Memang tak ada. Ladea menutup pintu. Ya barangkali sama seperti yang dia lakukan padamu. Dia sangat membenci laki-laki. Dia nyaris tak pernah keluar selain kerja, sekolah anaknya dan rumah orang tuanya."
"Benarkah?"
"Ya. Sepulangnya dari luar negeri beberapa waktu lalu, ia pulang dengan membawa seorang bayi perempuan. Siapa ayahnya, tidak ada yang tahu."
"Itu yang harus kucari tahu. Melihat Shasya aku seperti melihat seseorang. Semacam dejavu."
"Ah, kau terlalu banyak mengkhayal. Sudah, lupakan. Kita harus segera menuju lokasi. Atau Nyonya Ladea-mu itu bisa tambah marah."
"Ya, kali ini aku akan mencoba lagi mengajaknya makan siang."
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro