Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

→ Morning After Sex; Sasara Nurude

oneshot; Sasara Nurude x Reader (fluff-a bit mature)

"Kau tahu apa yang lebih menyebalkan, Sasara? Lawakanmu pada pagi hari. Rasanya pahit, membuatku ingin menambah gula pada kopiku. Kau tahu aku tidak menyukai pahit, bukan?"

Kau jelas menyuarakan sebuah keluhan saat jam baru saja memberi tanda bahwa matahari sebentar lagi akan terbit dan kau jelas harus bangun cukup subuh untuk bersiap pergi bekerja-- mengurus usaha yang diturunkan oleh pihak keluarga setelah lulus dari pendidikan secara menyeluruh. Wanita mandiri ... Itulah pandangan pertama dari orang-orang awam. Tetapi, sebuah rutinitas harus kau lewati dari sosok kekasih; Sasara Narude, seorang jenius di atas panggung dalam merangkai kalimat guna menghibur banyak orang yang  tidak pernah tahu kapan harus berhenti untuk menyampaikan lawakan garing kepada orang-orang secara empat mata. [Full Name], wanita tersebut memang senang kepada kemampuan kekasihnya; tapi jika kekurangan ini dilakukan berulang, tentu, kau bisa mencapai titik muak. Sayang sekali, Sasara merupakan tipikal lelaki keras kepala, terutama kepada sosok sang kekasih. Mari simpulkan bahwa rasa cintamu bisa memperbaiki suasana hati secara mudah setelah menanggapi kalimat tak berbobot dari sang kekasih. Setiap saat.

"Hm~ Lagi-lagi aku memikirkannya lucu. Aku akan berusaha keras untuk ke depan." Suara khas Sasara bisa digambarkan terdengar lucu dan aneh didengar, tetapi jelas jenis suara seperti itu adalah kunci sebagai pelengkap seorang pelawak Jepang. Kau sendiri membalas dengan helahaan napas--- kedua kaki sudah menginjak daerah dapur sedari tadi, diekori oleh sang kekasih yang masih mengenakan pakaian tidur. Jelas tidak diharuskan bekerja pada pagi hari, tetapi ikut bangun karena ingin mendampingi sosok wanita tercinta hingga benar-benar pergi bekerja. Ya, wanita itu adalah kau.

"Kau ini---" Kau berbalik badan dengan satu tangan yang membawa cangkir kopi. Berencana menambahkan gula, walaupun alasan sebenarnya memang kurang diberi takaran gula dan masih terlampau pahit dalam toleran. Tetapi tubuh mendadak harus berhenti total saat Sasara ternyata berhenti tepat di belakangmu, melempar senyuman tipis, begitu pula memandang dengan kedua mata khas; sipit dan berbentuk--- selayaknya raut wajah seekor rubah. Salah satu tangan, entahlah, memegang kipas kesukaannya seraya satu tangan lain ikut bergerak, meraih bagian kerah kemejamu untuk dibenarkan. Sasara sedikit menunduk, mendengus geli sejenak.

"Dasar." Kau membuang pandangan sembari melempar bisikan. Jemari tersebut secara perhatian membenarkan kerah yang ternyata sedikit terlipat--- sepasang mata agak menyipit, pipi menghasilkan rona. Jelas kekasihmu satu ini bisa memberikan kejutan atau memang melakukan sesuatu tanpa berniat memberi sebuah tanda.

"Jangan terburu-buru, Sayang. Kau jelas tidak ingin terpandang berantakan di tempat kerja, kan?" Sasara melepas tawaan pelan setelah melempar pertanyaan demikian. Kau tidak berniat menjawab--- huh, apakah dirimu harus ikut menegur jenis pakaian yang selalu dikenakan Sasara? Terkesan norak, tetapi mau bagaimana lagi, sang lelaki mengaku bahwa jas itu adalah salah satu kebanggaannya. Dengan artian dari sebuah faktual luar biasa;

Sasara Narude sadar bahwa pakaiannya norak.

"Terima kasih." Kau berucap demikian setelah kedua tangan Sasara bergerak turun secara bersamaan. Di mana kedua kaki kembali melangkah menuju konter penyimpanan, sedangkan sang lelaki tidak membalas selain mengetuk ujung kipas di sekitar dagu sembari memerhatikanmu. Sasara sempat menawarkanmu sepiring kue dadar, tetapi kau menolak karena alasan sama; tidak terbiasa sarapan.

"Jangan mencoba melawak lagi, ya. Aku sedang ingin menuangkan gula ke dalam kopiku agar manis."

Kau terdengar menegur, tetapi kenyataan bahwa kau bergurau seharusnya membuat Sasara mengerti tanpa perlu diberitahu. Maka saat tubuh telah berhenti di depan konter seraya meletakkan gelas; salah satu tanganmu jelas hendak meraih toples kecil berisi gula. Tetapi kau mendadak memberhentikan gerak tangan setelah menyadari keberadaan kedua telapak membuatmu terperangkap pada batas ruang, telapak tersebut terlihat menempel di atas keramik konter--- sebelum dada bidang berakhir menyentuh bagian permukaan punggungmu. Kau sedikit membelalak, refleks menoleh ke arah belakang. Penciuman masih menangkap bekas wangi tubuhmu yang membekas pada tubuh Sasara. Ah, mau bagaimana lagi? Lelaki itu belum membersihkan diri dan wangi tersebut bertahan lama karena kalian baru saja menghabiskan waktu malam untuk bercinta. 

"Kau ingin sesuatu yang manis?"

Oh.

Tidak.

Suara khas dari sang kekasih jelas terdengar berbeda sekarang. Dengan suara yang disalurkan melalui bisikan, kau menangkap sisi maskulin dan sedikit lebih berat dari pengucapan tersebut--- di mana kedua mata menangkap wajah Sasara dari jarak cukup dekat, telah mencondongkan tubuh dan memberi sedikit dorongan agar mampu mengamati wajahmu dari samping. Sasara tetap tersenyum seperti biasa, tetapi perubahan itu membuat hatimu berdetak jauh lebih cepat! Saat Sasara Narude memutuskan mendominasi, kau tahu dirimu tidak bisa melawannya sama sekali. Lelaki itu tahu kapan orang bisa menanggapinya serius dan kapan tidak.

"Semalam dirimu baru saja mengatakan bahwa ciumanku terasa manis."

Kau tanpa sadar menahan napas dan memori terlintas sejenak hingga kedua pipi kembali merona. Di mana salah satu tangan Sasara berpindah dengan cara digerakkan, mengarahkan kipas tertutup miliknya--- meletakkan ujung benda tersebut pada samping pipi berlawanan, memberikan sedikit dorongan agar wajahmu datang lebih dekat pada pandangannya. Sasara semakin mengulas senyuman, kedua mata khas sipit sedikit terbuka hingga memerlihatkan netra. Dengan model rambut yang jelas belum disisir oleh sang pemilik, Sasara memang terlihat sedikit berantakan sekarang. Kau jelas menjadi lebih lemah karena faktor itu. Sungguh, sampai kapan seorang Sasara Narude akan seperti demikian?

.

"Hm~ Jadi, mungkin satu ciuman sebelum kau pergi bekerja?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro