Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

→ Miss You; Rosho Tsutsujimori

oneshot; Rosho Tsutsujimori x Reader (fluff)

Sasara Nurude terdiam total.

Ah, walaupun merasa tidak mengherankan, tetapi jelas sekali lelaki yang berprofesi sebagai pelawak terkenal itu tak bisa tinggal diam setelah menangkap sosok teman baik sedang duduk dengan suasana hati memburuk pada ruang utama. Kebetulan pula lelaki bermahkota keunguan tersebut menumpang sementara di rumahnya--- mengapa? Cuaca luar sedang memburuk akhir-akhir ini dan lelaki bernama Rosho Tsutsujimori tidak akan menyangka sebuah hujan badai malah melanda dengan dahsyat dalam perjalanan pulang. Untunglah alternatif didapatkan karena jarak rumah Sasara jauh lebih dekat daripada rumahnya sendiri. Kedua kaki Sasara pun kembali melangkah mendekat; untunglah baju miliknya bisa dikenakan oleh Rosho, itulah yang ia pikirkan saat menangkap sosok lelaki tersebut sudah membersihkan diri. Model rambut ala slicked back hair sukses menjadi model turun, handuk kecil dibiarkan melingkar di sekitar leher karena alasan khusus, yaitu menenangkan isi hati. Oh, tidak lupa kumpulan kertas menjadi pusat perhatian saat dibiarkan tersusun di atas permukaan meja dalam keadaan cukup basah.

Rosho Tsutsujimori adalah seorang guru dan peran tersebut membawa diri untuk memedulikan murid-muridnya. Ah, tidak, pada dasarnya lelaki itu memang menyayangi mereka. Tetapi bukan fakta di mana kertas hasil tes dalam keadaan demikian yang membuat hati Rosho gelisah. Mengingat lembaran-lembaran itu masih bisa diselamatkan jika dibiarkan mengering.

"Rosho! Cuaca di luar sedang sangat memburuk setelah langit beradaptasi dengan warna rambutmu. Tetapi tampaknya sepiring takoyaki bisa cocok dengan situasi seperti ini?"

Sasara membuka suara dengan nada khas seiring berjalan semakin mendekat. Sang lelaki memang tidak memiliki sisi menyalurkan simpatik secara langsung dalam mempertanyakan keadaan, tetapi mencoba melawak dan menawarkan hal menyenangkan bisa menjadi pembuktian tersirat. Kentara kedua mata di balik kelopak mengamati; Rosho terlihat membungkuk cukup dalam dengan kedua lengan menahan beban tubuh di atas pangkuan. Wajah tidak mampu menampak jelas karena helai rambut menghalangi--- Sasara tidak berniat menunggu jawaban, justru menebak apa jangan-jangan Rosho ikut terbawa suasana cuaca dan menjadi makhluk sedih tanpa alasan jelas?

"[Name]."

"Oh~?"

Rosho tidak menjawab pertanyaan maupun merespon lawakan tersebut, tetapi mulut terbuka guna menyebutkan satu nama yang Sasara kenali betul pula. Di mana Sasara menjadi cukup sadar bahwa tetesan air yang sedikit berjatuhan bukan hanya berasal dari ujung helai rambut dalam keadaan belum cukup mengering. Tetapi, untunglah, setidaknya otak lelaki pelawak itu menarik kesimpulan mudah bahwa Rosho sedang memikirkan sang kekasih. Wanita cantik murni asal Osaka, sukses merebut hati dari sosok guru berwatak bijak--- [Full Name], mereka sudah menginjak status sebagai kekasih selama dua tahun. Sayang sekali, [Name] harus bertugas di luar kota dan membuat hubungan mereka terpisah oleh jarak. Keberadaan sekarang? Di Yokohama, bekerja menjadi detektif di kepolisian.

Rosho membenci fakta itu.

Tetapi ia harus mendukung pekerjaan yang didambakan oleh sang wanita semenjak kecil.

"Baiklah, Pak Guru. Pantas saja murid-muridmu memberikan banyak bingkisan kepadamu. Begini, eh? Rindu dengan kekasih sampai seperti ini."

Sasara yang sudah berdiri di hadapan Rosho melepas tawaan pelan dan melirik ke arah kantung berisi hadiah kecil. Memang tidak jarang, tetapi dengan kuantitas sebanyak itu--- para murid tersebut pasti sadar dengan kondisi Rosho. Tetapi sang lelaki yakin bahwa temannya ini akan tetap bekerja dengan baik; hanya saja, memang bisa saja berbeda atmosfer. Atau murid-murid tersebut sudah terlalu peka karena ikatan hubungan mereka sudah mengental. Pada akhirnya Rosho tidak menjawab apa-apa karena merasa tak diperlukan, mengingat Sasara sudah menarik kesimpulan dengan benar. Mungkin jika lelaki berambut kehijauan ini adalah muridnya--- maka tambahan nilai akan diberikan atas kecerdasan sementara karena berani membuka suara.

Tetapi, Sasara belum berniat meninggalkan Rosho, dan memutuskan berjongkok guna menangkap raut wajah milik sang lelaki; sisi tegas, serius, keras masih terbalut sebagai bagian luar yang mendarah daging--- memang penampilan pertama ini membawa pandangan bahwa Rosho adalah lelaki garang. Walaupun ia tak sepenuhnya demikian. Seperti sekarang, raut itu dilengkapi dengan kesedihan di mana kedua sudut mata tak jarang mengeluarkan tetesan air mata. Membentuk jalur pada permukaan kedua pipi sampai terjatuh pada titik spesifik karena posisi tubuh tak berkutik. Sasara yang sudah mendongak. Memerhatikan dengan ekspresi netral--- sedang berpikir kalimat seperti apa akan dilontarkan. Ah, lupakan saja, lawakan akan menjadi bunyi kosong bagi teman baiknya sekarang. Mari tarik topik lain.

"Aku hanya takut dirinya jatuh dalam bahaya dan terluka." Rosho jelas sekali mencurahkan isi hatinya, tetapi memang hubungan yang terjalin lama membuat sang lelaki mudah berbuat demikian. "Jika saja ia masih memutuskan berada di Osaka, aku bisa lebih mudah mengantisipasi kemungkinan ini. Tetapi, di Yokohama?"

Yokohama memang merupakan salah satu kota yang memiliki tingkat kriminalitas cukup tinggi. Jelas, Osaka jauh lebih aman--- tetapi niat [Name] untuk membantu membenarkan keadilan di sana memang tidak perlu dipertanyakan. Walaupun Rosho merelakan melalui kata dan memberi beberapa amanah; jemari kentara sulit melepas saat terkait pada jemari sang kekasih untuk terakhir kalinya pada kala itu. Sasara jelas tidak menyangka, sebelum ucapan selanjutnya dilontarkan secara sembarangan.

"Oh! Aku mengira kau takut [Name] akan berpaling darimu karena terdapat sosok polisi 'tampan' di sana." Sasara bergurau, ia tahu jelas siapa sosok Jyuto Iruma--- anggota dari divisi yang dicetus oleh Samatoki Aohitsugi, ah, semoga mengingat teman lamanya itu tak membuatnya gatal untuk memancing emosi lelaki itu saat bertemu lagi nanti.

"Hah?"

Uh, oh.

Mungkin Sasara memang benar sembarangan berbicara.

Saat kalimat itu masuk pada indra pendengaran Rosho, kedua mata menatap cukup tajam ke arah sang lelaki--- seperti atau memang tidak senang saat hal itu disinggung. Tetapi tatapan tajam tersebut tak bermaksud mengancam sang pemimpin divisi Osaka, Rosho hanya merasa tak terima kala mengingat; sosok polisi yang tampaknya sudah kehilangan kepercayaan untuk meluruskan hal benar dan berbaur dengan kekotoran. Ekspresi Rosho tampak berubah lebih mengeras, kedua alis mengerut kemudian. Ia memang memiliki sisi yang terlihat lemah; tapi jangan pernah bermain-main dengan keseriusannya.

"Sedikit saja kuketahui lelaki itu mengganggu kehidupan kekasihku."

Rosho membalas dengan penuh penekanan dan mengancam sebagai sebuah bentuk janji pada diri sendiri. Di mana tubuh mulai menegap seiring tangan meraih kacamata miliknya--- mengenakan bersamaan satu tangan mulai menyisir helai rambut ke arah belakang. Mengatakan demikian ke arah Sasara, di mana sang lelaki mendengarkan dengan senyuman terulas; bak senyuman licik dari seekor rubah. Memang senang dengan sisi Rosho satu ini walaupun sekarang disalurkan kepada sosok yang dikasih.

"Aku akan membuatnya mampus. Bahkan peluru saja tidak akan menembus niatku ini."

Rosho jelas mengatakannya dengan serius dan berterimakasihlah kepada Sasara, suasana sang lelaki berubah total--- maka saat kedua kaki membawa tubuh untuk berdiri, Sasara melakukan hal sama sembari tertawa geli; tidak ada salahnya berucap sembarangan seperti tadi, eh? Lagipula tak menutup kemungkinan bahwa [Name] tidak akan diganggu oleh lelaki tersebut. Untuk sekarang, hawa seorang guru saja tidak bisa mendefinisikan Rosho Tsutsujimori. Jauh melebihi itu.

"Takoyaki? Aku akan membuatkannya. Aku pinjam dapurmu."

"Aye, aye~"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro