🐢 Prolog 🐢
Ok
Sekilas info dulu, ya
Cerita ini akan diup ulang karena bakalan terbit. Jadi cus ayo baca sekali lagi.
Yang pastinya akan beda di bagian ending nanti.
Peran si Darren akan sedikit menonjol nantinya.
Eakkkkk
So, kuy kita merapat dan lihat apa perbedaan cerita ini.
🤗🤗🤗🤗
Labuhan Terakhir
Prolog
🐢🐢🐢🐢🐢🍓🍓🍓🐢🐢🐢🐢🐢
Seorang pemuda dengan paras tampan dan tubuh tegap tengah berdiri di depan sebuah rumah. Memakai celana jens sobek pada bagian lutut dipadu dengan kaus hitam yang dilapisi jaket bomber. Style yang selalu melekat pada dirinya, siapa lagi jika bukan seorang Aldiaz Digolatif Matewson. Mata dengan iris gelap itu memandang rumah tempat tinggal seseorang yang dicintai, menatap lurus ke arah pintu yang masih tertutup rapat.
"Bismillahirrohmanirrokhim." Sebuah kalimat pamungkas diucapkan untuk mewakili langkah pertamanya. Berharap menyertai niat dan keberanian yang ia yakini kali ini.
Tepat di depan pintu kayu jati berwarna cokelat, tangan kekar itu terangkat untuk mengetuk. Tidak lupa disertai ucapan salam dengan nada tegas. "Assalamualaikum!”
Dua tiga kali mengetuk dan mengucap salam. Tak lama kemudian, pintu di hadapannya pun terbuka, membuat ia memundurkan tubuh beberapa langkah. Terlihat dua paruh baya sepasang suami istri. Seorang laki-laki dengan tatapan tenang yang selalu beliau tunjukkan, dan perempuan yang memperlihatkan wajah ketidaksukaan saat melihat dirinya.
Bukannya bermaksud tidak sopan, tanpa menghiraukan tatapan berbeda yang didapat, segeralah ia mengulurkan tangan untuk meraih tangan kedua paruh baya yang ada di hadapannya, lalu dicium punggung tangan mereka. "Assalamualaikum Pak, Bu," ucapnya dengan sopan.
"Wa'alaikum salam warohmatulloh."
"Wa'alaikumsalam." Dua nada jawaban salam ia terima dengan senyuman. Diaz mengangkat wajah, menatap tepat pada mata keduanya. Bukan untuk bermaksud sombong, juga bukan untuk bermaksud menantang. Hanya ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah seseorang yang bersungguh-sungguh.
"Saya ingin membicarakan niat saya yang pernah saya ucapkan." Berbeda dari laki-laki paruh baya yang menatap dengan tatapan tenangnya, perempuan di samping laki-laki itu semakin menatap Diaz tidak suka.
"Jangan mimpi!" teriak perempuan berkerudung lebar. Namun, Diaz masih tetap mempertahankan senyuman.
"Setelah apa yang terjadi dengan keponakan saya, sekarang kamu datang bak pahlawan, iya?" teriaknya lagi dengan kemarahan yang tidak dapat dibendung.
"Semua ini gara-gara kamu!" Iya, Diaz tahu bahwa semua yang terjadi adalah salahnya. Bahkan, ia pun tidak mengelak akan tuduhan itu, dan untuk itulah ia berada di sini.
"Bu, sudah." Laki-laki dengan kopyah hitam meraih punggung istrinya, mencoba menenangkan kemarahan sang istri yang kembali tersulut.
"Tidak, Pak. Memangnya dia punya apa ingin menikahi ponakan kita? Uangnya? Motornya yang selalu ia banggakan itu? Sama saja dengan lelaki tidak berguna." Sungguh! Jika kita sendiri yang mendengar secara langsung, sakit hati itu pasti akan langsung kita tuangkan dalam bentuk kemarahan. Akan tetapi, Diaz mencoba menahan. Karena apa yang ia lakukan di sini, demi seseorang yang masih berada di dalam rumah ini, yang masih enggan menemui dirinya.
Sedang di balik gorden, seorang gadis tengah memperhatikan paman dan bibinya beserta pemuda tadi. Sesekali membenarkan hijabnya yang terasa menghalangi pandangan. Raut wajahnya tak terbaca, ada rasa kasihan kala sang bibi mengucapkan kata pedas pada pemuda itu. Namun, ia pun tidak bisa berbuat apa-apa.
Tidak ada yang tahu, bahwasanya ia berdo'a akan apa yang ada dalam hati dapat didengar oleh Maha pengabul segala keinginan.
Entah sadar atau tidak, ia begitu berharap akan hal itu. Namun yang pasti, ia berharap. Apa pun yang terjadi nantinya, semoga mendatangkan kebaikan bagi semua pihak. Aamiin.
🐢🐢🐢🐢🐢🍓🍓🍓🐢🐢🐢🐢🐢
Hay. Maaf sebelumnya. Cerita ini aku ganti judul ya. Yang sebelumnya Ucap Ikhlas, aku ganti dengan Labuhan Terakhir.
Silakan ikutin terus lanjutannya, 😊😊😊Aku tidak menemukan feel saat menulis. 🤧🤧🤧🤧
Semoga kalian suka 🙏🙏🙏🙏
With Love
🐢 Salam🐢
🍓 EdhaStory🍓
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro