Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🐢 Part 9 🐢

Labuhan Terakhir

Part 09

🐢🐢🐢🐢🐢🍓🍓🍓🐢🐢🐢🐢🐢


Seperti yang direncanakan, Diaz dan keempat temannya akan memulai rencana perubahan mereka hari ini. Sepulang kerja sore tadi, Diaz bergegas menyusul teman-temannya yang sudah ia hubungi untuk datang ke apartemen.

Di sinilah mereka saat ini, saling memandang satu sama lain memperhatikan penampilan. Merasa aneh akan perubahan mereka saat ini. Bagaimana tidak, Diaz dan yang lainnya datang kesini dengan style mereka, celana sobek, kaos oblong dan kalung rantai. Namun saat ini, celana kebanggaan mereka telah berganti dengan sebuah sarung yang diberikan oleh Pak Arman. Rambut warna-warni mereka, kini telah tertutupi oleh sebuah peci. Meski atasan mereka tetap kaus yang dikenakan sebelumnya, mereka  terlihat berbeda.

"Gue berasa aneh tahu, nggak?" ucap Alex. Ia meneliti penampilannya, memutar-mutar tubuh di depan cermin.

"Aneh, tapi ok juga, sih.” Johan pun sama, ia masih menilai penampilan. Mengibaskan sarung yang dikenakan, berpose layaknya model pada iklan sarung.

"Gue udah kayak Ustadz belum?" Ricky berkacak pinggang memandang teman-temannya dengan mengangkat dagu, sehingga ia harus mendapat pukulan dari yang lain.

"Gue udah siap menuju masa depan gue." Diaz tersenyum. "Gue harap, setelah ini kita bisa jadi orang yang berguna." Harapan itu tertanam dalam hatinya, berharap kebaikan setelah ini yang mereka dapat.

"Aamiin," ucap mereka serentak. Malaikat pun mengaminkan, begitu bahagianya Alloh melihat hamba yang berusaha mendekatkan diri kepada-Nya.

"Sudah selesai?" Pertanyaan itu terlontar dari Pak Arman. Membuat kelima pemuda itu menatap Pak Arman yang berdiri di ambang pintu.

"Sudah, Pak," jawab mereka kompak, mengangguk dan tersenyum

"Subkhanalloh," ucap Pak Arman yang memandang kagum akan perbedaan pemuda-pemuda di hadapannya. "Kalau begitu, mari!"

Diaz dan yang lainnya mengikuti langkah Pak Arman. Ia mengerutkan kening saat Pak Arman membawa mereka keluar dari rumahnya. Ngomong-ngomong, pemuda yang sudah tampak berbeda itu merasa heran dan penasaran, karena sejak tadi dia tidak mendapati Syifa sama sekali.

Pak Arman membawa mereka berjalan melewati samping rumah. Sesaat kemudian, Diaz dibuat terkejut dengan pemandangan bangunan di depannya. Sungguh, kenapa ia tidak menyadari jika ada bangunan ini di samping rumah Pak Arman. Ah, mungkin, karena letaknya agak ke belakang dari posisi rumah.

"Sebelum kita memulai, kita akan belajar wudu terlebih dahulu. Agar kita terbebas dari hadas kecil. Saya contohkan, kalian amati lalu ikuti, ya!" Semuanya mengangguk. Untuk awalnya, mereka memperhatikan dengan baik cara wudu Pak Arman. Setelah selesai, mereka mengikuti dengan sesekali mencuri pandang pada gerakan Pak Arman. Setelah itu, mereka melakukannya sendiri dengan dituntun.

Begitu sabarnya, Pak Arman memperhatikan mereka. Sesekali membenarkan gerakan dari kelimanya jika ada yang salah. Tak pernah bosan ia mengajari tentang kebaikan. Setelah hampir setengah jam kemudian, mereka sudah menguasai gerakan wudu dengan sempurna. Pak Arman tersenyum dengan itu. Setelahnya, kelima pemuda itu berlalu dari tempat wudu.

Sayup-sayup Diaz mendengar seorang wanita seperti tengah menyanyi, suaranya terdengar sangat merdu. Meski tidak mengerti dengan lirik yang dinyanyikan, cukup bisa dinikmati.

"Suara siapa, ya? Merdu bener." tanya Andre dengan suara berbisik.

"Iya. Tapi gue nggak ngerti dia nyanyi apa."

"Sama. Kayak bahasa Arab gitu, ya?" Ternyata tidak hanya dirinya yang mengakui suara itu enak didengar. Bahkan teman-temannya pun sama. Memasuki sebuah ruangan, mereka disambut dengan rak-rak berisi buku yang tertata rapi. Diaz suka melihatnya, meskipun ia tidak tahu buku-buku apa saja yang ada di sana.

Saat itulah pandangan mereka menangkap sosok perempuan yang tengah duduk dengan mukena menghadap sebuah buku. Diaz dan yang lainnya pun tahu, suara merdu yang mereka dengar berasal dari perempuan itu.

"Itu Syifa, kan? Ponakan Pak Arman?" Andre bertanya dengan berbisik pada Johan. Matanya melirik keberadaan Syifa.

"Iya."

"Silakan duduk." Mereka pun mengikuti dan duduk Bersila menghadap Pak Arman. "Sebelumnya, saya ingin minta maaf soal pakaian. Saya tidak melarang pakaian kalian yang sebelumnya. Karena sejatinya, pakaian dikenakan sesuai dengan kenyamanan masing-masing orang. Akan tetapi, sebaiknya kita memakai pakaian yang sesuai dengan apa yang akan kita lakukan."

"Iya, Pak. Tidak apa-apa."

"Dan ada lagi. Bisa tolong lepaskan anting-anting kalian?" Pak Arman menunjuk telinga satu persatu pemuda yang ada di hadapannya.

"Ini bukan anting, Pak. Tapi tindik," sanggah Johan dengan memegang kedua telinganya.

"Ah. Iya itu." Berbeda dengan Diaz yang langsung melepaskan tindiknya, keempatnya nampak masih tidak rela. Meskipun begitu, mereka tetap melepaskannya. "Maaf sebelumnya. Karena setahu saya, anting-anting itu dikenakan oleh perempuan," ucapnya dengan senyuman.

"Baiklah, untuk pertama kalinya, saya akan ajarkan mengucap dua kalimat syahadat." Kelimanya mengangguk. Pak Arman mulai menuntun untuk pengucapan. Setelahnya, merek mulai belajar gerakan sholat. Hal yang wajib dilakukan oleh umat Islam.

🍓🍓🍓

Syifa menyudahi kegiatan mengaji. Ia tahu, beberapa saat yang lalu, tengah diperhatikan oleh Diaz dan teman-temannya. Sekuat tenaga berusaha untuk tidak menolehkan pandangan, meletakkan Al-Qur’an pada tempat yang sudah disediakan.

Lagi-lagi Syifa tersenyum saat kembali mengingat Diaz yang mengatakan alasan ingin bertaubat. Masya Alloh. Alasan apa itu? Alasan yang jujur saja membuat pipi Syifa merona, mengingat di hari sebelumnya Diaz mengungkapkan rasa. "Astagfirullohaladzim." Syifa menggelengkan kepalanya saat menyadari jika telah berlebihan dalam memikirkan seorang laki-laki.

Memilih berlalu, Syifa menuju rumah untuk membantu bibinya yang tengah menyiapkan makan malam. Ia menyempatkan diri untuk memasuki kamar, mengecek ponsel barangkali ada pesan dari temannya. Kening melipat saat mendapati pesan dari nomor tidak dikenal.

Doakan aku agar proses belajarku untuk layak menjadi suamimu berhasil.

Syifa tersenyum setelah membaca pesan itu. Ia tahu persis siapa pengirimnya. Akan tetapi, ia merasa penasaran. Dari mana Diaz mendapatkan nomornya?

🍓🍓🍓

Pembelajaran dari Pak Arman untuk Diaz dan keempat temannya telah selesai. Saat ini, Pak Arman tengah membagikan sebuah kertas pada kelima pemuda itu.

"Ini apa, Pak?" Andre bertanya sembari membolak-balik kertas yang ia dapat.

"Itu adalah doa wudu dan bacaan salat. Karena kalian belum bisa membaca dalam bahasa Arab, saya membuatkan dengan latinnya dulu. Kalian bisa hafalkan dan praktikkan di rumah," jelas Pak Arman.

"Harus dihafalkan, Pak? Sebanyak ini?" Ricky menatap tak percaya tulisan yang begitu banyaknya untuk dihafalkan.

"Iya, Nak Ricky. Masak salat doanya harus baca di kertas." Hal itu sontak saja membuat yang lain tertawa melihat Ricky. "Untuk besok, kita akan belajar membaca huruf hijaiah dulu."

Semua memahami ucapan Pak Arman. "Baiklah, untuk sekarang cukup sampai di sini dulu. Untuk kertas itu, jangan lupa dihafalkan di rumah. Dan, dipraktikkan juga salatnya."

"Iya, Pak." Mereka benar-benar layaknya murid yang baru belajar mengaji. Memang begitu, 'kan?

"Terima kasih, Pak. Sudah berkenan menuntun dan mengajari kami," ucap Diaz.

"Sama-sama, Nak. Kalian juga, harus semangat dan istiqomah menjalaninya." Semua mengangguk. Setelahnya, Pak Arman mengajak kelimanya untuk makan malam di rumah. Tentu saja, yang paling bersemangat adalah Diaz. Karena dia bisa memandang wajah bercahaya Syifa sebelum pulang. Setidaknya, itu akan mengantarkan tidur pada mimpi yang indah.


🐢🐢🐢🐢🐢🍓🍓🍓🐢🐢🐢🐢🐢

Pagi yang dingin semua.
Apa kabar?
Semoga tetep sehat, ya
☺️☺️☺️☺️☺️☺️

Ayo, Mom up lagi. Kalau ada typo tolong komen
Vote pun jangan lupa.

yang belum follow Ig dan WP Mom, ayo Ndang difollow, ya

🐢Salam🐢
🍓 EdhaStory🍓

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro